Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

Hadapi Gelombang Migran, Yunani Pasang Pagar Pembatas 40 Km

Ilustrasi pagar perbatasan. (Pixabay.com/sick-street-photography)

Athena, IDN Times - Menghadapi gelombang migran dari Afghanistan, pemerintah Yunani memutuskan memasang pagar sepanjang 40 km pada hari Jumat, 20 Agustus 2021, waktu setempat. Kedua negara ini menilai gelombang tersebut dapat menghadirkan tantangan serius.

Bagaimana awal ceritanya?

1. Menteri Perlindungan Warga Yunani menilai ini tidak bisa menunggu secarapasif

Menteri Perlindungan Warga Yunani, Michalis Chrisochoidis. (Instagram.com/mchrisochoidis)

Dilansir dari BBC, pemerintah Yunani telah memasang pagar dan sistem pengawasan
sepanjang 40 km di perbatasannya dengan Turki di tengah kekhawatiran atas gelombang migran dari Afghanistan.

Menteri Perlindungan Warga Yunani, Michalis Chrisochoidis, dalam kunjungan ke wilayah Evros pada hari Jumat mengatakan pihaknya tidak bisa menunggu secara pasif untuk dampak yang mungkin terjadi. Ia menambahkan perbatasan Yunani tidak dapat diganggu gugat.

Pengambilalihan cepat oleh Taliban atas Afghanistan memicu kekhawatiran di Uni Eropa akan terulangnya krisis pengungsi tahun 2015 lalu.

Ketika itu, hampir 1 juta orang melarikan diri dari perang dan kemiskinan di Timur Tengah dan sekitarnya yang menyeberang ke Yunani dari Turki sebelum melakukan perjalanan ke kawasan utara negara-negara Eropa.

Yunani berada di garis terdepan krisis itu serta mengatakan pasukan perbatasannya waspada untuk memastikan itu tidak menjadi pintu gerbang masuk Eropa lagi

Chrisochoidis mengatakan perpanjangan pagar sejauh 8 mil yang ada dan sistem pemantauan elektronik otomatis telah selesai dalam beberapa hari terakhir karena krisis di Afghanistan yang menciptakan kemungkinan arus migran ke Eropa.

2. Presiden Turki dan PM Yunani bahas perkembangan di Afghanistan melaluipanggilan telepon

Perdana Menteri Yunani, Kyriakos Mitsotakis (kiri), dan Presiden Turki, Recep Tayyip Erdogan (kanan). (Twitter.com/ekathimerini)

Presiden Turki, Recep Tayyip Erdogan, dan Perdana Menteri Yunani, Kyriakos Mitsotakis, membahas perkenmbangan di Afghanistan melalui sambungan telepon pada hari Jumat, karena kedua negara khawatir mengenai masuknya para pengungsi yang melarikan diri dari Afghanistan.

Erdogan mengatakan gelombang migrasi baru akan menjadi tak terelakkan jika tindakan yang diperlukan tidak diambil untuk membantu Afghanistan dan negara-negara tetangga, seperti Iran.

Akan tetapi, para migran Afghanistan akan pergi sebelum mencoba mencapai Turki dan Eropa. Dia juga mengatakan bahwa Turki sedang membahas masalah migran Afghanistan degan Iran.

Pada hari Kamis, 19 Agustus 2021, lalu Erdogan meminta negara-negara Eropa untuk memikul tanggung jawab atas orang-orang yang melarikan diri dari Taliban, memperingatkan bahwa Turki tidak akan menjadi gudang pengungsi Eropa.

Pernyataannya itu muncul menyusul peningkatan orang Afghanistan yang memasuki Turki dari Iran dalam beberapa pekan terakhir.

Dalam beberapa bulan terakhir, Yunani telah memperketat kebijakan migrasinya dengan memagari kamp-kamp migrannya serta meluncurkan tender di seluruh Uni Eropa untuk membangun dua fasilitas tipe tertutup di Pulau Salos dan Lesbos, dekat dengan Turki.

3. Beberapa hari yang lalu, Menteri Migrasi Yunani memprioritaskan mengevakuasiwarga Eropa dan Afghanistan yang bekerja dengan pasukan Uni Eropa

Beberapa warga Afghanistan mengibarkan bendera negaranya di tengah kekuasaan kelompok Taliban. (Twitter.com/V4Report)

Pada hari Rabu, 18 Agustus 2021, lalu Menteri Migrasi Yunani, Notis Mitarachi, memprioritaskan mengevakuasi warga Eropa dan Afghanistan yang telah bekerja dengan pasukan Uni Eropa di sana.

Dia juga mencatat bahwa Yunani tidak berbatasan langsung dengan Afghanistan serta ada negara-negara di sebelah timur Yunani yang dapat memberikan perlindungan awal jika diperlukan.

Turki dianggap sebagai negara yang aman bagi warga Afghanistan. Sebelumnya, Turki telah menampung sebanyak 3,6 juta warga Suriah yang melarikan diri akibat perang saudara serta 300 ribu warga Afghanistan.

Sekitar tahun 2016 lalu, Turki dan Uni Eropa menandatangani kesepakatan bagi Turki untuk menghentikan ratusan ribu migran dan pengungsi menuju Eropa dengan imbalan perjalanan bebas visa bagi warga Turki serta dukungan keuangan Uni Eropa yang substansial.

Erdogan juga sering menuduh Uni Eropa tidak menepati kesepaktannya, sementara kesepakatan itu menyebabkan ribuan pencari suaka mendekam di kamp-kamp pengungsi kumuh di beberapa pulau di Yunani bagian timur.

Baik Yunani dan Turki telah lama berselisih mengenai masalah migran dan persaingan kliam teritorial di Mediterania Timur.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Christ Bastian Waruwu
EditorChrist Bastian Waruwu
Follow Us