Hamas akan Bebaskan 33 Sandera, Israel Siap Gencatan Senjata

- Hamas diperkirakan akan membebaskan 33 sandera dalam tahap awal kesepakatan gencatan senjata
- Israel akan mempertahankan kehadiran militernya di Koridor Philadelphia untuk menjaga stabilitas
- Kesepakatan dipengaruhi oleh perubahan geopolitik di Timur Tengah dan ancaman dari Presiden AS terpilih Donald Trump
Jakarta, IDN Times - Hamas diperkirakan akan membebaskan 33 sandera dalam tahap awal kesepakatan gencatan senjata yang dirumuskan oleh para negosiator di Doha, Qatar.
Dua pejabat Israel pada Senin (13/1/2025) menyebut bahwa mayoritas sandera diyakini masih hidup, meski ada kemungkinan beberapa korban meninggal termasuk dalam daftar tersebut. Gencatan senjata ini direncanakan berlangsung selama 42 hari.
1. Israel tetap perketat keamanan di perbatasan Gaza
Dalam implementasi tahap pertama, Israel akan mempertahankan kehadiran militernya di Koridor Philadelphia, wilayah sempit yang membentang di sepanjang perbatasan Mesir-Gaza. Keberadaan pasukan ini, yang sebelumnya menjadi ganjalan dalam negosiasi pada September 2024, kini dianggap sebagai elemen penting untuk menjaga stabilitas selama kesepakatan berlangsung.
Dilansir CNN, Israel akan menerapkan zona penyangga di perbatasan Gaza tanpa memberikan rincian lebih lanjut mengenai ukurannya. Warga Gaza di bagian utara diperbolehkan kembali ke wilayah mereka, tetapi pejabat Israel menegaskan akan ada “pengaturan keamanan” tertentu yang diberlakukan untuk memastikan kendali situasi.
Sementara itu, tahanan Palestina yang dinilai bertanggung jawab atas pembunuhan warga Israel tidak akan dipindahkan ke Tepi Barat. Mereka akan dikirim ke Jalur Gaza atau negara lain berdasarkan kesepakatan yang telah dirumuskan dengan pihak-pihak internasional.
2. Negosiasi di Doha menunjukkan kemajuan signifikan menuju kesepakatan
Pejabat Israel mengungkapkan bahwa kemajuan dalam pembahasan ini dipengaruhi oleh pertemuan penting Direktur Mossad, David Barnea, dengan mediator di Doha.
“Ada indikasi bahwa kesepakatan dapat tercapai dalam waktu dekat – bisa dalam hitungan jam atau hari,” ujar salah satu pejabat.
Meski demikian, proses akhir masih harus melewati persetujuan kabinet keamanan dan kabinet pemerintahan penuh. Selain itu, oposisi terhadap kesepakatan ini diberikan kesempatan untuk mengajukan keberatan ke Mahkamah Agung.
3. Tekanan global bantu wujudkan pembicaraan
Kemajuan negosiasi juga didorong oleh perubahan geopolitik di Timur Tengah. Runtuhnya poros kekuasaan yang dipimpin Iran, termasuk kejatuhan rezim Assad di Suriah dan kekalahan Hizbullah di Lebanon, meningkatkan tekanan terhadap Hamas.
Selain itu, ancaman dari Presiden AS terpilih Donald Trump disebut menjadi faktor penting yang membawa Hamas ke meja negosiasi. Pejabat Israel mengungkapkan bahwa Israel bekerja sama dengan tim transisi Joe Biden dan Donald Trump, termasuk Brett McGurk dan Steve Witkoff, dalam memastikan koordinasi lintas pemerintahan berjalan dengan baik, melansir Times of Israel.
Tahap kedua kesepakatan, yang ditujukan untuk menghentikan konflik secara menyeluruh, akan dibahas mulai hari ke-16 setelah tahap pertama diimplementasikan. Hingga kini, CNN melaporkan bahwa pihak Hamas belum memberikan tanggapan atas perkembangan ini.