India Protes Atas Pembangunan PLTA China di Tibet

- Kementerian Luar Negeri India menyampaikan keprihatinannya kepada China terkait rencana pembangunan bendungan PLTA di Sungai Yarlung Zangbo di Tibet.
- India juga memprotes pembentukan dua kabupaten baru yang mencakup wilayah sengketa Ladakh, dan menegaskan kedaulatan mereka atas wilayah tersebut.
- Proyek PLTA di Tibet berpotensi mengubah aliran hilir sungai Brahmaputra, menuju India dan Bangladesh, walaupun China mengklaim tidak akan berdampak besar pada lingkungan atau pasokan air hilir.
Jakarta, IDN Times - Kementerian Luar Negeri India mengatakan bahwa pihaknya telah menyampaikan keprihatinannya kepada China, terkait rencana negara itu untuk membangun bendungan pembangkit listrik tenaga air (PLTA) di bagian hilir Sungai Yarlung Zangbo di tepi timur dataran tinggi Tibet, yang mengalir ke India.
"Pihak China telah didesak untuk memastikan bahwa kepentingan negara-negara hilir Brahmaputra tidak dirugikan oleh aktivitas di wilayah hulu," kata Randhir Jaiswal, juru bicara kementerian tersebut, pada Jumat (3/1/2025).
"Kami akan terus memantau dan mengambil tindakan yang diperlukan untuk melindungi kepentingan kami," tambahnya, dikutip dari The Straits Times.
1. India telah mengajukan protes melalui jalur diplomatik ke China
Jaiswal mengungkapkan bahwa negaranya juga telah mengajukan protes keras ke Beijing melalui jalur diplomatik, terhadap pembentukan dua kabupaten baru pada Desember 2024. Salah satunya mencakup wilayah sengketa yang juga diklaim oleh India, yakni di bagian Ladakh.
"Pembentukan wilayah-wilayah baru tidak akan memengaruhi posisi India yang telah berlangsung lama dan konsisten mengenai kedaulatan kami atas wilayah tersebut, dan tidak juga memberikan legitimasi terhadap pendudukan paksa dan ilegal China di wilayah itu," ujarnya.
2. Proyek ambisius China yang disetujui pada Desember 2024
Pejabat China mengatakan bahwa proyek PLTA di Tibet tidak akan berdampak besar pada lingkungan atau pasokan air hilir. Namun, pihak India dan Bangladesh tetap menyuarakan kekhawatiran mengenai bendungan tersebut. Sebab, proyek itu berpotensi mengubah tidak hanya ekologi lokal, tetapi juga aliran dan jalur sungai di hilir.
Sungai Yarlung Zangbo menjadi sungai Brahmaputra saat meninggalkan Tibet dan mengalir ke selatan menuju negara bagian Arunachal Pradesh dan Assam di India, dan selanjutnya ke Bangladesh.
Pembangunan bendungan tersebut telah disetujui pada Desember 2024. Nantinya, akan menjadi PLTA terbesar di dunia dengan perkiraan kapasitas 300 miliar kilowatt-hour (kWh) listrik setiap tahunnya.
3. Pemimpin India-China telah bertemu untuk menyelesaikan konflik perbatasan
Hubungan antara China-India sempat tegang setelah bentrokan militer yang mematikan di perbatasan yang disengketakan pada 2020. Namun, telah membaik sejak kedua raksasa Asia tersebut mencapai kesepakatan pada Oktober 2024 untuk menarik mundur pasukan mereka dari dua titik pertikaian di perbatasan di Himalaya barat yang disengketakan.
Adapun kesepakatan yang telah dicapai, yaitu mengenai pengaturan di sepanjang Garis Kontrol Aktual (LAC) di wilayah perbatasan India-China.
Langkah itu merupakan tindak lanjut dari kesepakatan pertemuan Presiden China Xi Jinping dan Perdana Menteri India Narendra Modi di sela-sela KTT BRICS di Rusia pada 23 Oktober 2024. Dalam pembicaraan formal tersebut, keduanya sepakat untuk meningkatkan komunikasi dan menyelesaikan konflik.
Kedua tentara juga telah mundur menyusul kesepakatan tersebut dan selanjutnya para pejabat senior mengadakan pembicaraan formal untuk pertama kalinya dalam lima tahun terakhir pada bulan Desember 2024. Perwakilan khusus tersebut sepakat untuk meningkatkan kerja sama lintas batas, termasuk berbagi data mengenai sungai lintas batas, Hindustan Times melaporkan.