Indonesia–Swiss Perkuat Kolaborasi Dorong Komoditas Berkelanjutan

- Empat lanskap, satu tujuan: Kolaborasi di Aceh, Riau, Kalimantan Tengah, dan Kalimantan Timur untuk komoditas berkelanjutan.
- Dari sawit hingga kebijakan inklusif: Program di empat lanskap fokus pada tata guna lahan partisipatif dan sertifikasi kelapa sawit berkelanjutan.
- Menuju ekonomi lebih inklusif dan tangguh: SLPI mendukung visi nasional untuk mencapai Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDGs) dengan pendekatan sosial, ekonomi, dan budaya yang seimbang.
Jakarta, IDN Times — Upaya memperkuat sistem komoditas berkelanjutan di Indonesia terus berkembang. Melalui Sustainable Landscape Program Indonesia (SLPI), Pemerintah Indonesia dan Pemerintah Swiss bersinergi mendorong penerapan praktik ramah lingkungan di berbagai wilayah penghasil komoditas utama.
Program ini menjadi jembatan antara kebijakan nasional dan aksi nyata di tingkat lokal. Dengan dukungan teknis dari United Nations Development Programme (UNDP), SLPI menargetkan pembangunan yang seimbang antara pertumbuhan ekonomi, perlindungan alam, dan kesejahteraan masyarakat.
Komitmen bersama terhadap keberlanjutan ini mengemuka dalam Indonesia International Sustainability Forum (ISF) 2025 di Jakarta. Forum berskala global tersebut mempertemukan pemerintah, pelaku usaha, hingga masyarakat sipil dari berbagai negara untuk berbagi praktik terbaik menuju pembangunan hijau yang inklusif.
Dalam forum tersebut, UNDP bersama mitra-mitra SLPI membagikan pembelajaran dari empat lanskap di Aceh, Riau, Kalimantan Tengah, dan Kalimantan Timur yang kini menjadi contoh sukses kolaborasi multipihak untuk rantai pasok komoditas berkelanjutan.
1. Empat lanskap, satu tujuan

Di Aceh, konsorsium Leuser Alas-Singkil River Basin (LASR) yang dipimpin oleh Swisscontact berfokus pada tata guna lahan partisipatif. Masyarakat dan pemerintah daerah bekerja sama memetakan penggunaan lahan agar tetap produktif sekaligus menjaga kawasan hutan.
“Pendekatan partisipatif ini tidak hanya melindungi alam, tapi juga membuka peluang pendapatan baru bagi kelompok perempuan,” jelas Christina Rini, Ketua Konsorsium LASR.
Di Riau, Siak Pelalawan Landscape Programme (SPLP) yang dikoordinasi oleh Daemeter menonjol lewat keterkaitan antara keberlanjutan dan pembiayaan inklusif. Program ini menghubungkan petani kecil dengan rantai pasok global dan menarik minat investasi swasta.
“Kunci utamanya ada pada kolaborasi antara petani dan sektor swasta,” kata Jimmy Wilopo, Ketua Konsorsium SPLP. “Kami ingin memastikan tidak ada yang tertinggal dalam transisi menuju praktik komoditas berkelanjutan,” lanjutnya.
2. Dari sawit hingga kebijakan inklusif

Di Kalimantan Tengah, Mosaik Initiative memadukan nilai konservasi dan kearifan lokal dalam penerapan sertifikasi kelapa sawit berkelanjutan. Program ini menggunakan pendekatan berbasis High Conservation Values (HCV) yang memperhatikan keanekaragaman hayati sekaligus warisan budaya.
“Keberlanjutan bukan hanya soal menjaga alam, tapi juga menjaga identitas dan cara hidup masyarakat,” ujar Mirzha Hanifah dari HCV Network.
Sementara di Kalimantan Timur, GIZ Indonesia/ASEAN melalui konsorsium SUSTAIN Kutim membentuk forum multipihak yang melibatkan pemerintah daerah, perusahaan, dan kelompok tani. Forum ini menjadi ruang bersama untuk menyusun kebijakan inklusif dan memperkuat inisiatif keberlanjutan di Kabupaten Kutai Timur.
Hasil dari berbagai lanskap ini menunjukkan bahwa kolaborasi lintas sektor bisa menghasilkan dampak nyata. “Kekuatan forum multipihak terletak pada kemampuan kita mengubah komitmen menjadi aksi,” ujar Paramita Mentari Kesuma, SLPI Officer dari UNDP Indonesia.
3. Menuju ekonomi lebih inklusif dan tangguh

Program SLPI menjadi bukti nyata komitmen Indonesia dan Swiss dalam mempercepat transformasi menuju ekonomi hijau. Dengan pendekatan sosial, ekonomi, dan budaya yang seimbang, SLPI mendukung visi nasional untuk mencapai Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDGs).
“Dengan memfasilitasi koordinasi dan penyelarasan kebijakan, program ini memastikan komitmen nasional terhadap keberlanjutan tercermin dalam tindakan di lapangan,” jelas Paramita.
Inisiatif ini juga memperkuat posisi Indonesia di mata dunia sebagai negara yang serius menyeimbangkan produktivitas ekonomi dengan perlindungan ekosistem penting.
Dengan dukungan teknis UNDP dan kemitraan strategis bersama Pemerintah Swiss, kolaborasi lintas lanskap ini diharapkan mampu memperkuat rantai pasok komoditas berkelanjutan serta memperkuat daya saing Indonesia di pasar global.