Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

Inggris Bakal Evakuasi Ratusan Anak-anak Gaza yang Sakit Parah

Ilustrasi bendera Inggris.
ilustrasi bendera Inggris. (unsplash.com/simon frederick)
Intinya sih...
  • Inggris akan evakuasi hingga 300 anak Gaza yang sakit parah untuk perawatan medis di NHS.
  • Setiap anak akan didampingi orang tua, pemeriksaan biometrik dan keamanan ketat.
  • Pemerintah Inggris didesak untuk percepat evakuasi dan berencana akui negara Palestina pada September.

Jakarta, IDN Times- Inggris berencana untuk mengevakuasi anak-anak yang sakit parah dan terluka dari Gaza agar mendapatkan perawatan medis yang memadai. Skema baru ini akan membawa hingga 300 anak untuk dirawat oleh Layanan Kesehatan Nasional (NHS). Sebelumnya, sebuah badan amal swasta telah lebih dulu membawa beberapa anak untuk dirawat di Inggris.

"Kami sedang menjalankan rencana untuk mengevakuasi lebih banyak anak dari Gaza yang memerlukan perawatan medis darurat, termasuk membawa mereka ke Inggris untuk penanganan spesialis. Kami akan bergerak secepat mungkin," kata seorang juru bicara pemerintah Inggris, dikutip dari The Guardian pada Senin (4/8/2025).

1. Seperti apa skema evakuasi Inggris?

Setiap anak yang dievakuasi akan didampingi oleh satu orang tua atau wali, dan jika perlu juga oleh saudara kandungnya. Sebelum melakukan perjalanan, Kantor Dalam Negeri Inggris akan melakukan pemeriksaan biometrik dan keamanan yang ketat.

Skema pemerintah ini akan berjalan bersama dengan inisiatif yang sudah ada dari badan amal Project Pure Hope. Organisasi tersebut sejauh ini telah berhasil membawa tiga anak dari Gaza.

Majd al-Shagnobi, seorang remaja 15 tahun, menjadi anak Palestina pertama yang diterbangkan ke Inggris untuk perawatan luka perang. Rahangnya hancur akibat serangan tank Israel saat ia mencoba mengakses bantuan kemanusiaan pada Februari 2024. Project Pure Hope menyambut baik rencana pemerintah dan siap berbagi pengalaman mereka.

"Pengalaman kami dapat membantu untuk memastikan Inggris bertindak cepat dan efektif, sehingga setiap anak yang membutuhkan perawatan darurat memiliki kesempatan terbaik untuk bertahan hidup," ujar juru bicara badan tersebut, dilansir dari BBC.

2. Pemerintah Inggris didesak untuk percepat evakuasi

Sebelumnya, pemerintah Inggris ditekan oleh lebih dari 100 anggota parlemen. Melalui surat yang dikoordinasikan oleh anggota parlemen dari Partai Buruh, Stella Creasy, mereka mendesak pemerintah untuk mempercepat evakuasi.

"Setiap hari ada lebih banyak anak yang terluka atau meninggal, sehingga kebutuhan untuk mengatasi hambatan semakin mendesak," kata Creasy dikutip dari Sky News.

Sebuah laporan Komite Urusan Luar Negeri Inggris pada akhir Juli sempat mengkritik pemerintah yang menolak mendukung evakuasi. Dukungan yang dibutuhkan termasuk izin perjalanan, visa medis dan transportasi aman ke Inggris

Inggris dianggap tertinggal jika dibandingkan dengan negara-negara lain dalam upaya ini. Misalnya, Italia telah mulai mengevakuasi puluhan anak-anak Palestina beserta keluarga mereka untuk perawatan medis sejak Januari 2024.

3. Inggris berencana akui negara Palestina

Perdana Menteri Inggris, Keir Starmer. (Arlington National Cemetery, Public domain, via Wikimedia Commons)
Perdana Menteri Inggris, Keir Starmer. (Arlington National Cemetery, Public domain, via Wikimedia Commons)

Menurut data dari UNICEF, lebih dari 50 ribu anak diperkirakan telah tewas atau terluka di Gaza sejak konflik pecah pada Oktober 2023. Angka ini terus meningkat seiring berlanjutnya pertempuran di wilayah tersebut.

Seorang ahli bedah yang pernah bertugas di Gaza, Waseem Saeed, menilai evakuasi saat ini masih belum cukup. Menurutnya, hal yang paling mendesak adalah penghentian total pertempuran untuk mencegah lebih banyak korban.

Perdana Menteri Inggris, Keir Starmer, telah berencana untuk mengakui negara Palestina pada September. Langkah ini akan diambil jika Israel gagal mengakhiri krisis kemanusiaan di Gaza.

Menurut kementerian kesehatan yang dikelola Hamas, serangan militer Israel telah menewaskan lebih dari 60 ribu orang di Gaza. Selain itu, 175 orang termasuk 93 anak-anak, telah tewas akibat malnutrisi.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Sonya Michaella
EditorSonya Michaella
Follow Us