Israel Beri Waktu 1 Minggu untuk Hamas Sepakati Gencatan Senjata

Jakarta, IDN Times - Israel dilaporkan memberi waktu sekitar satu minggu kepada Hamas untuk menyetujui kesepakatan gencatan senjata atau militer Israel bakal melanjutkan operasi daratnya di Rafah.
Dilansir Times of Israel, Sabtu (4/5/2024), jika laporan ini benar, berarti Hamas diberi waktu sampai Jumat pekan depan, seiring dengan kunjungan mereka ke Mesir untuk mendiskusikan kesepakatan gencatan senjata ini.
Namun, di sisi lain, Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu terus mengancam bahwa ada atau tidaknya kesepakatan gencatan senjata, Israel bakal tetap melancarkan operasi militernya ke Rafah.
1. Dugaan isi dokumen kesepakatan telah bocor

Beberapa pihak menyebutkan bahwa isi dokumen kesepakatan telah bocor. Dokumen itu berisi tuntutan Hamas yang meminta gencatan senjata permanen di Gaza.
Selain itu, ada juga tawaran dari Israel di mana tahap pertama gencatan senjata 40 hari akan mencakup pembebasan 33 sandera Israel dari Gaza.
Pada saat ini, kedua belah pihak bakal berdiskusi lagi untuk gencatan senjata permanen.
Lalu, fase kedua gencatan senjata akan berlangsung selama enam pekan di mana Hamas dan Israel harus sudah sepakat soal pembebasan sandera dalam jumlah besar dan berkomitmen menghentikan pertempuran.
2. Isi tuntutan Hamas untuk gencatan senjata

Hamas juga mengaku telah menerima proposal gencatan senjata yang utamanya bertujuan untuk menghentikan peperangan di Gaza selama 40 hari dan menukar sandera Israel di Gaza dengan sandera Palestina di Israel.
“Kami menekankan semangat positif kepemimpinan Hamas dalam menangani proposal gencatan senjata yang baru-baru ini kami terima. Kami ke Kairo dengan semangat yang sama untuk mencapai kesepakatan itu,” sebut pernyataan dari Hamas.
“Hamas dan pasukan perlawanan Palestina bertekad untuk mencapai kesepakatan yang memenuhi tuntutan rakyat kami untuk penghentian total agresi di Gaza, penarikan pasukan Israel, pemulangan pengungsi, bantuan dan rekonstruksi di Gaza, serta kesepakatan pertukaran tahanan Palestina dengan sandera,” lanjut Hamas.
3. Netanyahu ingin gagalkan kesepakatan gencatan senjata

Sementara itu, para pejabat tinggi Hamas menuding bahwa Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu tidak ingin ada kesepakatan gencatan senjata, melainkan tetap menghancurkan Gaza dengan tujuan terakhirnya menyerang Rafah.
“Netanyahu adalah orang yang menghalangi semua putaran dialog damai sebelumnya dan ia masih melakukan hal yang sama sekarang,” tutur pejabat Hamas.