Israel Ingin Kirim Senjata Sitaan dari Hizbullah ke Ukraina

Jakarta, IDN Times - Wakil Menteri Luar Negeri Israel Sharren Haskel, pada Selasa (21/1/2025), mengadakan pertemuan dengan Duta Besar Ukraina di Tel-Aviv, Yevhen Korniychuk. Ia mengungkapkan rencana pengiriman senjata buatan Rusia yang disita dari kelompok Hizbullah untuk dikirim ke Ukraina.
Dalam beberapa tahun terakhir, relasi Ukraina-Israel terus menegang usai larangan masuk warga Ukraina ke Israel. Pada Agustus 2024, Kiev membatalkan perjanjian bebas visa antara kedua negara yang berdampak pada ribuan jemaah Yahudi dalam peringatan Rosh Hashanah di Uman, Ukraina.
1. Sebut inisiatif untuk melawan ancaman bersama
Korniychuk menyambut baik rencana dari Haskel untuk mengirimkan senjata sitaan ke Ukraina. Ia mengklaim langkah tersebut adalah bentuk perlawanan terhadap musuh bersama kedua negara.
"Inisiatif ini adalah langkah penting untuk mengakui ancaman bersama yang dihadapi kedua negara. Ukraina mengharapkan agar adalah sebuah hasil positif mengenai masalah ini," terangnya, dilansir RBC Ukraine.
Keduanya juga mendiskusikan tantangan yang dihadapi Ukraina dan Israel, terutama kerja sama militer antara Rusia dan Iran. Korniychuk menyampaikan bahwa perlawanan terhadap ancaman militer adalah kepentingan kedua negara.
Tak hanya mengenai keamanan, kedua pihak juga sudah mendiskusikan soal aktivasi kontak di level tertinggi pemerintahan. Selain itu, keduanya juga membahas mengenai kerja sama ekonomi, konsuler, dan kemanusiaan.
2. IDF temukan senjata buatan Rusia milik Hizbullah
Pada Oktober 2024, Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu mengungkapkan penemuan sejumlah senjata buatan Rusia saat Israel Defence Force (IDF) melancarkan operasi militer di Lebanon bagian selatan.
Sebulan kemudian, IDF kembali menemukan berbagai senjata Rusia dengan jumlah yang lebih besar. Israel mengklaim ini adalah penyitaan senjata Hizbullah terbesar dan tidak diduga sebelumnya.
Melansir The Times of Israel, IDF tidak memperkirakan bahwa Hizbullah ternyata memiliki senjata canggih. Pihaknya mengklaim senjata tersebut telah memperkuat kelompok militan tersebut untuk menyerang dan membunuh pasukan IDF.
Hingga kini, tidak diketahui secara pasti bagaimana senajta tersebut dikirimkan ke Lebanon. Namun, Rusia dan Hizbullah diketahui ikut membantu rezim Bashar al-Assad melawan pemberontak selama berlangsungnya Perang Sipil Suriah.
3. Zelenskyy ingin sudahi perang secara adil bagi Ukraina

Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy mengatakan bahwa ia akan berkomitmen untuk mengakhiri perang di Ukraina pada 2025. Namun, ia menyebut pengakhiran perang tidak boleh hanya dilakukan dengan cepat, tapi juga adil.
"Kami ingin mengakhiri perang tahun ini. Namun, perang ini harus diakhiri dengan keadilan dan dapat diandalkan bagi kami semua, rakyat Ukraina. Maka dari itu, ini berfungsi menjamin pemulangan warga secara aman dan mereka dapat beraktivitas kembali di Ukraina," tuturnya, dikutip The Kyiv Independent.
Ia menambahkan bahwa Ukraina memiliki hubungan baik dengan Presiden Amerika Serikat Donald Trump. Ia meminta agar seluruh sekutunya memberikan informasi yang akurat mengenai Trump dan mewaspadai disinformasi dari Rusia.