Istri Navalny Ajak Warga Rusia Lakukan Protes pada Hari Pemilu
Jakarta, IDN Times - Istri mendiang pemimpin oposisi Rusia, Alexei Navalny, menyerukan protes besar-besaran terhadap Presiden Vladimir Putin pada hari pemilu.
Dalam sebuah pesan video, Yulia Navalnaya mengajak masyarakat untuk hadir secara serentak di TPS pada siang hari tanggal 17 Maret supaya menimbulkan kerumunan besar. Aksi itu dijuluki dengan "Siang melawan Putin".
"Apa yang harus dilakukan selanjutnya? Pilihan ada di tangan kalian. Kalian dapat memilih kandidat mana pun kecuali Putin," kata Navalnaya pada Rabu (6/3/2024), dikutip dari Reuters.
“Kalian dapat merusak surat suara, kalian dapat menulis 'Navalny' dengan huruf besar di atasnya. Dan bahkan jika kalian tidak melihat gunanya memilih sama sekali, kalian dapat datang dan berdiri di tempat pemungutan suara, lalu berbalik dan pulang ke rumah," tambah dia.
Navalny sendiri meninggal pada 16 Februari di penjara terpencil di Arktik, tempat ia menjalani hukuman 19 tahun penjara atas tuduhan ekstremisme. Keluarga, para pendukungnya dan pemimpin Barat menyalahkan Putin atas kematiannya. Namun, Kremlin membantah hal tersebut dan mengatakan bahwa pria berusia 47 tahun itu meninggal karena sebab alamiah.
1. Protes dinilai sederhana dan aman
Pemilihan presiden Rusia, yang menurut sebagian besar pengamat internasional tidak akan berlangsung bebas dan adil, akan diselenggarakan pada 15-17 Maret mendatang. Putin diperkirakan bakal memenangkan masa jabatan kelima.
Navalnaya mengatakan bahwa berkumpul di tempat pemungutan suara pada waktu yang sama adalah tindakan yang sangat sederhana dan aman, lantaran pihak berwenang tidak dapat melarangnya.
“Kita perlu menggunakan hari pemilu untuk menunjukkan bahwa kita ada dan jumlah kita banyak,” kata perempuan berusia 47 tahun itu.
Ide itu sendiri dikemukakan oleh Navalny dua minggu sebelum kematiannya. Melalui pesannya di media sosial, yang diunggah oleh pengacaranya, Navalny mengatakan bahwa hari pemilu dapat dimanfaatkan sebagai aksi protes di seluruh Rusia.
"Jutaan orang akan dapat mengambil bagian di dalamnya. Dan puluhan juta orang akan menyaksikannya," tulis aktivis tersebut.
2. Putin vs oposisi
Aksi ini memiliki taruhan besar bagi pihak oposisi dan Putin. Jika protes ini gagal, maka hal tersebut akan menjadi pukulan bagi harapan Navalnaya untuk mengambil alih peran suaminya dan menunjukkan bahwa oposisi terhadap Kremlin masih hidup.
Namun jika masyarakat mengindahkan seruan itu, maka hal tersebut bisa berubah menjadi protes besar-besaran di 11 zona waktu Rusia dan menimbulkan dilema bagi pihak berwenang. Pasalnya, polisi tidak memiliki dasar hukum yang jelas untuk membubarkan orang-orang yang mengantre untuk memilih.
3. Ribuan orang terus mengunjungi pemakaman Navalny
Navalnaya telah menjadi sorotan politik sejak otoritas Rusia mengumumkan kematian suaminya. Beberapa waktu lalu, ibu dua anak itu berpidato di Parlemen Eropa dan berdialog dengan Presiden Amerika Serikat (AS) Joe Biden.
Dalam video terbarunya, Navalnaya mengungkapkan harapannya semakin besar saat menyaksikan banyak masyarakat yang menghadiri pemakaman Navalny di Moskow. Sejak Jumat (1/3/2024) lalu, ribuan orang terus berdatangan ke Pemakaman Borisovskoe dan memenuhi tempat peristirahatan terakhir Navalny dengan bunga.
“Melihat kalian, saya yakin semuanya tidak sia-sia, dan pemikiran ini memberi saya kekuatan,” kata Navalnaya.
“Sekarang Anda semua tahu bahwa sebenarnya ada banyak dari kita, semua yang mencintai dan mendukung Alexei, yang berbagi ide-idenya dan, selama kita memiliki satu sama lain, semuanya belum berakhir," sambung dia.
