Jelang Sidang Umum PBB, Ribuan Orang di New York Protes BBM Fosil

Jakarta, IDN Times - Puluhan ribu orang melakukan aksi unjuk rasa di kota New York, Amerika Serikat (AS) pada Minggu (17/9/2023). Aksi ini dilakukan untuk mendesak gerakan melawan perubahan iklim menjelang pembukaan Sidang Umum Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB).
Para pengunjuk rasa yang berasal dari 700 organisasi dan kelompok aktivis ikut serta meneriakkan bahwa masa depan umat manusia bergantung pada penghentian penggunaan bahan bakar fosil. Mereka membawa spanduk bertuliskan "Bahan bakar fosil membunuh kita".
1.Ada sekitar 75 ribu pengunjuk rasa
Unjuk rasa yang dijuluki March to End Fossil Fuels ini merupakan pembuka Pekan Iklim New York, di mana para pemimpin dunia di bidang bisnis, politik dan seni berkumpul untuk mencoba menyelamatkan kondisi bumi.
Pihak penyelenggara memperkirakan ada sekitar 75 ribu orang menghadiri acara unjuk rasa ini. Pawai ini juga dihadiri oleh para politisi seperti anggota Kongres AS Alexandria Ocasio-Cortez, aktor Susan Sarandon, Ethan Hawke, Edward Norton, Kyra Sedgwick, dan Kevin Bacon.
"Kita memiliki orang-orang di seluruh dunia yang turun ke jalan dan menuntut untuk menghentikan hal-hal yang bisa membunuh diri kita sendiri," kata Ocasio-Cortez kepada para pengunjuk rasa yang bersorak-sorai, dikutip dari DW.
"Kita harus mengirim pesan bahwa sebagian dari kita akan hidup di planet ini 30, 40 atau 50 tahun lagi dan kami tidak akan menerima jawaban tidak,” lanjutnya.
2.Para ilmuwan mengingatkan jika bumi akan alami rekor panas dalam 5 tahun ke depan
Selama 100 tahun terakhir, AS telah melepaskan lebih banyak karbon dioksida yang memerangkap panas di atmosfer daripada negara lain. Para ilmuwan terkemuka memperingatkan bahwa dunia akan mengalami rekor panas baru dalam lima tahun ke depan dan suhu global kemungkinan besar akan melampaui ambang batas kenaikan rata-rata 1,5 derajat celcius.
Sekretaris Jenderal PBB, Antonio Guterres, telah menyelenggarakan sebuah pertemuan Ambisi Iklim pada Rabu (13/9/2023), di mana dia berharap untuk mempercepat pekerjaan yang sedang berlangsung untuk melawan perubahan iklim oleh pemerintah serta organisasi sektor swasta dan lembaga keuangan.
"Sejarah akan mengingat tindakan atau tidak adanya tindakan yang kita lakukan. Apabila kita beruntung, manusia akan tetap hidup untuk mengingat apa yang telah dilakukan oleh para pemimpin dunia dalam pertemuan ini," ungkap Analilia Mejia selaku direktur kelompok aktivis Center for Popular Democracy, dikutip dari Al Jazeera.
3.Penghentian pembakaran bahan bakar fosil diperlukan untuk mencapai nol emisi karbon
Melansir KTBS, sebuah laporan iklim PBB yang dirilis bulan ini menyebutkan bahwa tahun 2025 adalah batas waktu bagi emisi gas rumah kaca global untuk mencapai puncaknya. Perjanjian Paris tahun 2015 telah berhasil mendorong aksi iklim, tetapi masih banyak hal yang perlu dilakukan untuk menjaga bumi kita dari kerusakan.
Untuk mencapai nol emisi karbon bersih pada tahun 2050, seperti tujuan dari Perjanjian Paris, maka dibutuhkan penghentian pembakaran semua bahan bakar fosil yang emisinya tidak dapat dikompensasi.
Meskipun Joe Biden telah membuat dorongan bersejarah untuk manufaktur hijau, dengan menawarkan miliaran dolar untuk proyek-proyek energi bersih, beberapa aktivis muda mengatakan Biden belum bertindak cukup kuat untuk memimpin AS dari ketergantungan pada bahan bakar fosil.