Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

Jepang: Kasus Bunuh Diri Meningkat Selama Pandemi

Korban meninggal bunuh diri di Jepang lebih banyak dari pada korban meninggal COVID-19. Ilustrasi (unsplash.com/Jezael Melgoza)

Tokyo, IDN Times – Pandemi virus corona yang belum terlihat titik terang kapan akan berakhir, telah menimbulkan berbagai masalah. Di Jepang, masalah baru akibat pandemi virus corona adalah, meningkatnya jumlah kasus bunuh diri. Ironisnya, kasus bunuh diri Jepang yang semakin banyak terjadi di tengah pandemi tersebut, dilakukan oleh perempuan dan anak-anak usia sekolah.

Berbagai masalah yang timbul dari efek penanganan dan pencegahan persebaran virus corona, memiliki dampak langsung. Dampak tersebut bahkan barangkali jauh lebih mematikan dari pada virus corona itu sendiri.

Sebagai negara dengan kekuatan ekonomi yang besar dan modern, Jepang menjadi pioner yang merilis data bunuh diri yang telah dilakukan oleh warganya. Hal ini barangkali bakal bisa jadi pelajaran bagi negara lainnya.

1. Kesehatan mental perlu jadi perhatian pada masa pandemi

Kebijakan pencegahan sebaran virus corona membuat masalah baru di bidang kesehatan mental. Ilustrasi (unsplash.com/Priscilla du Preez)

Kebijakan pembatasan seperti penguncian wilayah, isolasi mandiri dan jaga jarak telah banyak membuat orang-orang tersiksa. Ketika pembatasan dilakukan, masalah baru muncul dari tekanan psikologis dan sosial dari diri seseorang.

Misalnya seperti di Inggris. Warga protes dengan pembatasan dan penguncian wilayah dengan menuduh pemerintah telah merampas kebebasan warganya. Di Spanyol, warga Madrid melakukan unjuk rasa. merasa kebijakan penguncian wilayah dianggap diskriminatif karena hanya menyasar wilayah miskin.

Di Jepang, para sosiolog mengingatkan gangguan ekonomi dan sosial yang ditimbulkan saat penanganan persebaran infeksi virus corona dapat menyebabkan lebih banyak kematian dari pada virus corona itu sendiri. Melansir laman Japan Today, statistik pemerintah Jepang menunjukkan bahwa jumlah kasus bunuh diri di negara tersebut meningkat 15,4 persen pada Agustus 2020 (13/10).

Tahun ini, menurut data tersebut, kematian akibat bunuh diri setidaknya ada 13.000 yang meninggal. Jika dibandingkan dengan korban karena penyakit virus corona, jumlah tersebut jauh lebih banyak. Korban meninggal di Jepang akibat virus dari Wuhan itu kurang 2 ribu orang. Menurut Johns Hopkins University, ada 1.631 orang meninggal karena virus corona di Jepang.

2. Kesulitan ekonomi terjadi di masa pandemi

Banyak usaha kecil dan toko tutup sehingga pebisnis terkubur hutang dan pegawai kehilangan pekerjaan. Ilustrasi (unsplash.com/Tim Mossholder)

Satu yang pasti terdampak dalam kebijakan pencegahan virus corona adalah terjadinya kesulitan ekonomi. Ketika pemerintah membuat kebijakan pengendalian dan pencegahan virus corona, maka sendi-sendi ekonomi akan terkena imbasnya.

Melansir laman Deutsche Welle, seorang pemilik bisnis restoran di Jepang mengeluh karena bisnisnya tidak lancar. “Tidak ada pelanggan yang datang ke restoran saya meskipun saya bekerja sangat keras untuk membukanya,” kata sang pemilik restoran, Selasa (13/10). Banyak usaha kecil dan toko tutup karena pendapatan berkurang drastis. Para pemiliknya terkubur tumpukan hutang.

Kantor konsultan psikologi banyak yang tutup sedangkan kekerasan dalam rumah tangga juga meningkat sehingga membuat stress bertambah. Selain itu, laman South China Morning Post melaporkan bahwa di Jepang, kaum perempuan menjadi paling terdampak (13/10). Perempuan yang bekerja tidak tetap pada bidang retail dan jasa kehilangan pekerjaanya dan menyumbang hampir 66 persen dari total kehilangan pekerjaan di Jepang baru-baru ini.

3. Perempuan dan anak-anak jadi kelompok rentan

Ilustrasi Bunuh Diri (IDN Times/Mardya Shakti)

Pada bulan Agustus 2020, Badan Kepolisian Nasional setempat memberikan informasi bahwa jumlah total penduduk Jepang yang meninggal karena bunuh diri naik 16 persen dari bulan yang sama tahun lalu.

Menurut laman berita NHK bunuh diri kaum perempuan meningkat sebanyak 40 persen sedangkan pria meningkat sebanyak 6 persen (13/10). Dari jumlah peningkatan bunuh diri kaum perempuan, rata-rata berusia muda sekitar 30an tahun atau bahkan lebih muda dari itu. 193 orang perempuan dengan usia tersebut meninggal karena bunuh diri.

Data yang dapat oleh laman berita Deutsche Welle menunjukkan, kejadian yang lebih miris lagi. Hiroyuki Nishino, kepala organisasi nirlaba untuk memberi bantuan anak-anak bernama Tamariba, mengatakan bahwa “Kami telah mendengar anak-anak berusia lima tahun berbicara tentang sekarat atau ingin menghilang,” ujarnya memberikan informasi pada Selasa (13/10).

Di bulan Agustus 2020, 59 anak-anak siswa sekolah dasar, menengah dan sekolah atas melakukan bunuh diri. Jumlah tersebut dua kali lipat pada periode yang sama tahun lalu. Mereka tertekan secara akademis akibat virus corona yang mengganggu proses belajar.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Topics
Editorial Team
Pri Saja
EditorPri Saja
Follow Us