Joe Biden Masih Menyesal Mundur dari Pencalonan Presiden AS 2024

- Joe Biden menyesali keputusannya mundur dari pencalonan presiden AS 2024
- Biden yakin bisa mengalahkan Donald Trump dalam pemilihan presiden AS November 2024 lalu
- Biden dianggap terlalu fokus pada pencapaian jangka panjang puluhan tahun ke depan, tidak sesuai dengan politik modern
Jakarta, IDN Times - Presiden Amerika Serikat (AS) Joe Biden dilaporkan masih menyesali keputusannya mundur dari pencalonan presiden AS 2024. Laporan Washington Post pada, Minggu (29/12/2024), mengungkap bahwa Biden yakin bisa mengalahkan Donald Trump dalam pemilihan presiden AS November 2024 lalu.
Setelah mundurnya Joe Biden, Kamala Harris menggantikannya sebagai calon presiden dari Partai Demokrat. Harris mengalami kekalahan telak dari Trump dalam electoral college dan suara populer dengan selisih 2,2 juta suara. Sementara itu, Donald Trump efektif dilantik sebagai presiden AS pada 20 Januari 2025.
1. Biden berulang kali mengklaim bisa kalahkan Trump
Joe Biden disebut masih kerap menyatakan keyakinannya bisa mengalahkan Donald Trump dalam percakapan-percakapan pribadi. Klaim serupa pernah disuarakan Biden di acara The View pada September 2024. Namun, Joe Biden disebut berhati-hati untuk tidak menyalahkan Kamala Harris atas kekalahan partai Demokrat.
Dalam wawancara dengan CBS News pada Agustus 2024 lalu, Biden juga pernah mengakui bahwa Nancy Pelosi memimpin desakan agar dia mundur. Anggota parlemen dari Partai Demokrat khawatir keberadaan Biden akan menurunkan peluang mereka terpilih kembali. Desakan pengunduran dirinya meningkat setelah penampilan buruknya saat debat pada 27 Juni 2024 lalu seperti dilansir New York Post.
2. Gaya politik Biden dinilai sudah usang
Beberapa pihak justru menilai keputusan Biden mencalonkan diri kembali telah melanggar janji kampanyenya pada 2020. Biden saat itu berjanji hanya akan menjadi presiden transisi satu periode dan menyerahkan tongkat estafet kepada generasi berikutnya.
Para pendukung Harris juga mengkritik Biden karena terlambat mundur dari pencalonan. Akibatnya, Harris hanya memiliki waktu 3 bulan untuk berkampanye melawan Trump sebelum Pemilu AS November 2024.
Penasihat keamanan nasional Joe Biden, Jake Sullivan, mengakui gaya kepemimpinan lama Biden tidak sesuai dengan politik modern. Sullivan menilai Biden terlalu berfokus pada pencapaian jangka panjang puluhan tahun ke depan.
"Presiden telah beroperasi dalam horizon waktu yang diukur dalam puluhan tahun, sementara siklus politik diukur dalam empat tahun," ujar Sullivan dilansir The Independent.
3. Biden juga menyesali Jaksa Agung AS pilihannya
Joe Biden juga dilaporkan menyesal telah memilih Merrick Garland sebagai jaksa agung AS. Biden menilai Garland terlalu lambat menuntut Trump terkait perannya dalam kerusuhan Capitol 6 Januari 2021, dilansir The Guardian.
Garland dipilih sehari setelah peristiwa 6 Januari. Biden saat itu mengatakan Garland akan memulihkan kehormatan, integritas, dan independensi Departemen Kehakiman setelah dipolitisasi selama era Trump.
Kepala staf Biden, Ron Klain, membujuknya memilih Garland karena reputasinya yang adil. Klain berpendapat Garland akan mengirimkan pesan independensi Departemen Kehakiman yang lebih meyakinkan setelah era Trump.
Garland justru mengambil langkah agresif menuntut Hunter Biden, sang putra presiden. Sementara, Trump akhirnya lolos dari pengadilan terkait peran 6 Januari setelah kemenangannya pada November 2024. Jack Smith, jaksa khusus, secara resmi mengajukan penghentian dua kasus pidana Donald Trump bulan lalu.