Junta Myanmar Tangkap 1.600 Warga Asing di Pusat Penipuan Online

- Junta Myanmar menangkap hampir 1.600 warga asing dan menyita ribuan perangkat dalam operasi besar terhadap pusat penipuan daring di Shwe Kokko.
- Tekanan dari China menjadi faktor utama yang mendorong tindakan keras, terutama karena banyak korban penipuan adalah warga negara China.
- Penipuan lintas negara di Asia Tenggara menimbulkan kerugian besar, mencapai puluhan miliar dolar, dan diperkirakan akan terus berlangsung selama situasi politik Myanmar tidak stabil.
Jakarta, IDN Times – Hampir 1.600 warga negara asing ditangkap dalam penggerebekan selama lima hari di pusat penipuan internet yang terkenal di perbatasan Myanmar dan Thailand. Hal itu diumumkan Militer Myanmar pada Minggu (23/11/2025).
Operasi besar ini menyasar jaringan penipuan yang sudah lama berkembang di wilayah konflik Myanmar dan menjadi sumber keuntungan bagi berbagai kelompok bersenjata. Tindakan keras ini dilakukan setelah meningkatnya tekanan dari China, yang warganya banyak menjadi korban penipuan daring.
Para pakar menilai langkah ini bukan hanya upaya penegakan hukum, tetapi juga strategi politik untuk meredam tekanan Beijing tanpa mengganggu jaringan ekonomi ilegal yang selama ini menguntungkan sekutu milisi junta. Dalam laporan terbarunya, media pemerintah The Global New Light of Myanmar menyebut bahwa ribuan perangkat teknologi, termasuk hampir 22 ribu ponsel dan 2.893 komputer, disita selama operasi tersebut.
1. Penggerebekan besar di Shwe Kokko
Pihak junta Myanmar menyatakan bahwa 1.590 warga asing yang masuk secara ilegal ditangkap antara 18–22 November di kompleks perjudian dan penipuan Shwe Kokko. Daerah ini dikenal sebagai pusat aktivitas penipuan daring berskala besar, tempat ribuan pekerja baik sukarela maupun korban perdagangan manusia dipaksa menjalankan penipuan asmara, investasi, dan bisnis.
Dikutip dari Channel News Asia, otoritas juga menyita 101 perangkat Starlink, ratusan router, dan material industri lain yang digunakan untuk menjalankan operasi penipuan. Temuan ini memperkuat bahwa layanan internet satelit tersebut telah digunakan secara luas untuk mendukung jaringan penipuan lintas negara.
2. Respons internasional dan peran China

Setelah investigasi internasional menyoroti penggunaan perangkat Starlink di kompleks penipuan, perusahaan milik Elon Musk itu menonaktifkan lebih dari 2.500 perangkat yang ditemukan di lokasi-lokasi yang diduga menjadi pusat penipuan. Langkah ini mendapat perhatian besar, terutama karena banyak korban penipuan adalah warga negara China.
China selama ini menjadi pendukung utama militer Myanmar, namun analis menyebut bahwa Beijing semakin geram dengan besarnya kasus penipuan yang menyasar warganya. Tekanan diplomatik yang meningkat diduga menjadi alasan utama di balik operasi besar-besaran junta dalam beberapa bulan terakhir.
3. Skala kerugian dan dampak regional

Pada Sabtu, 223 orang ditangkap atas dugaan keterlibatan dalam penipuan dan perjudian daring di Shwe Kokko, termasuk 100 warga China. Video yang beredar menunjukkan alat berat menghancurkan ratusan monitor dan ponsel yang digunakan untuk menjalankan operasi penipuan, sebagai simbol tindakan keras pemerintah.
Penipuan skala besar yang beroperasi dari Asia Tenggara telah menyebabkan kerugian hingga 37 miliar dolar AS pada 2023, menurut laporan PBB. Laporan itu juga menegaskan bahwa angka global kemungkinan jauh lebih besar karena banyak korban enggan melapor.
Dengan kawasan perbatasan Myanmar yang masih dilanda konflik sejak kudeta 2021, para analis memperkirakan operasi penipuan akan terus muncul selama stabilitas politik belum tercapai.

















