Kanselir Jerman Menginisiasi Integrasi Negara Balkan Barat

Jakarta, IDN Times - Kanselir Jerman, Olaf Scholz, pada Kamis (3/11/2022) mengatakan kepada pemimpin negara-negara Balkan Barat untuk menerapkan integrasi antarnegara. Tindakan ini dilakukan untuk mempercepat proses aksesi ke Uni Eropa (UE) sesuai keinginan enam negara tersebut.
Sebelumnya Jerman dan Prancis sudah mengupayakan solusi penyelesaian perselisihan antara Bulgaria dan Makedonia Utara. Pasalnya, Bulgaria mengklaim budaya dan bahasa di Makedonia Utara sebagai miliknya, sehingga menghalangi masuknya negara pecahan Yugoslavia itu ke Uni Eropa.
1. Scholz ingin seluruh Eropa bergabung, termasuk Balkan Barat

Pernyataan Scholz itu diungkapkan dalam acara KTT Balkan di Berlin yang dihadiri pemimpin enam negara, termasuk Serbia, Makedonia Utara, Kosovo, Albania, dan Bosnia. Ini sebagai upaya mendorong percepatan proses masuk ke dalam anggota Uni Eropa .
"Agresi Rusia ke Ukraina memaksa kami untuk berdiri bersama dalam menjaga keamanan dan kesatuan Eropa. Ini adalah waktu yang tepat untuk menyelesaikan konflik regional yang terus berlanjut selama ini. Konflik yang memisahkan Anda dan menahan negara Anda ke arah Eropa" kata Scholz, dilansir RFE/RL.
Maka dari itu, Scholz melanjutkanm], konflik regional harus diselesaikan. Contohnya, proses normalisasi Serbia dan Kosovo harus terus berlanjut. Terutama berkaitan dengan masalah aturan pelat nomor antara Belgrade dan Pristina dan dokumen di Republika Srpska di Bosnia-Herzegovina.
Pertemuan Scholz dengan pemimpin Balkan Barat ini telah menghasilkan pengurangan pembatasan di perbatasan antarnegara. Selain itu, enam negara itu sudah saling mengakui kualifikasi akademik dan profesional.
2. Uni Eropa minta Serbia-Kosovo terima proposal dari Jerman-Prancis

Presiden Komisi Eropa, Ursula von der Leyen mendesak Serbia dan Kosovo untuk mengambil keuntungan dari proposal yang diajukan Jerman dan Prancis. Namun, detail proposal penyelesaian konflik Kosovo-Serbia tersebut masih belum dipublikasikan.
Di samping penyelesaian konflik, Jerman juga mendorong Serbia dalam memperketat masuknya migran ke negaranya. Pasalnya, para migran yang masuk ke Serbia diketahui berusaha masuk ke beberapa negara Eropa melalui Balkan dalam beberapa bulan ini.
Setelah pertemuan itu, von der Leyen mengumumkan bantuan sebesar 1 miliar euro (Rp15,3 triliun) dalam membantu pengadaan energi di Balkan. Mayoritas bantuan tersebut akan diivestasikan sebagai pembenahan infrastruktur energi, seperti gas dan interconnector listrik, dilaporkan Associated Press.
Sejumlah bantuan itu rencananya berfungsi membantu rumah tangga dan bisnis yang rawan terdampak musim dingin ini.
3. Drone sebabkan tensi Serbia-Kosovo kembali memanas

Pada pekan ini, Serbia dan Kosovo kembali terlibat perseteruan setelah munculnya beberapa drone di wilayah udara Serbia yang diduga berasal dari Kosovo. Bahkan, militer Serbia sudah menembak jatuh drone tersebut lantaran dianggap mengintai barak dan militernya.
Kabar munculnya drone itu, Presiden Aleksandar Vucic langsung memerintahkan penembakan drone tersebut. Bahkan, ia juga menginstruksikan kepada pasukan militer untuk meningkatkan penjagaan di perbatasan Serbia-Kosovo.
Munculnya drone ini membuat perbatasan Serbia-Kosovo kembali memanas setelah sebelumnya sempat mereda. Terutama setelah Kosovo memperpanjang perpanjangan penggantian pelat nomor dan memberlakukan fase dalam integrasi plat nomor Serbia ke RKS.