Kian Memanas, Prancis Kerahkan 45.000 Polisi dan Kendaraan Lapis Baja

Jakarta, IDN Times - Sekitar empat hari setelah seorang remaja tewas ditembak polisi di Prancis, aksi protes di sejumlah kota kian memanas. Pemerintah Prancis mengerahkan 45.000 personel polisi dan kendaraan lapis baja ke sejumlah ruas jalan.
Penanganan itu dilakukan usai pihak berwenang gagal menguasai demonstrasi yang kian ricuh.
1. Kendaraan lapis baja dikerahkan ke sejumlah titik

Menukil laporan Anadolu, kendaraan lapis baja itu diterjunkan di alun-alun sejumlah daerah dan kota. Salah satunya di kota terbesar kedua, yakni Marseille, khususnya di wilayah Woippy yang berjarak sekitar 32 kilometer dari perbatasan Luksemburg dan di wilayah Nanterre, pinggiran barat laut Paris.
Wali Kota Marseille Benoit Payan juga mendesak pemerintah pusat agar segera mengirimkan tambahan penguatan pasukan. Dia menilai, tindakan penjarahan dan kekerasan yang terjadi tidak dapat ditoleransi.
"Tindakan penjarahan dan kekerasan sudah tidak dapat diterima," ucap dia.
2. Kronologi terjadinya demo besar-besaran di Prancis

Demonstrasi yang berujung kericuhan di sejumlah kota itu berawal dari penembakan terhadap seorang remaja berusia 17 tahun bernama Nahel M. Awalnya, Nahel diduga melanggar aturan lalu lintas di Nanterre pada Selasa (27/6/2023).
Dua polisi dilaporkan berusaha menghentikan kendaraan Nahel. Salah satu dari mereka mengarahkan senjata. Polisi tersebut lantas menembak dari jarak dekat saat Nahel mencoba pergi. Kondisi ini membuat publik Prancis marah karena aksi sembrono dari polisi tersebut.
Nahel dilaporkan mengendarai mobil berpelat nomor Polandia dengan membawa dua penumpang. Menurut ketentuan Prancis, usia 17 tahun disebut terlalu muda untuk memiliki SIM.
Usai berita penembakan itu tersebar ke seluruh negeri, protes masyarakat pecah malam itu juga. Pemerintah lantas mengerahkan 45 ribu petugas polisi untuk menghadang ribuan pedemo.
3. Presiden Macron gelar rapat darurat

Akibat kerusuhan tersebut, Presiden Prancis Emmanuel Macron mengadakan rapat keamanan darurat pada Kamis (29/6/2023). Pertemuan darurat itu bertujuan mengamankan titik-titik yang memanas.
"Tindakan-tindakan ini sama sekali tidak dapat dibenarkan," kata Macron, menanggapi penembakan itu.
Macron juga mengupayakan agar dalam beberapa hari ke depan kesepakatan dan stabilitas dapat tercapai.