Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

Kolaborator Israel, CNN dan BBC Diduga Bias soal Gaza

Logo CNN di depan kantornya. (unsplash.com/ifood ijourney)
Intinya sih...
  • CNN dan BBC dituduh bias dalam pemberitaan konflik Gaza, memihak pada Israel dan melanggar prinsip jurnalistik.
  • Media Barat, termasuk CNN dan BBC, disorot karena memberitakan propaganda Israel tanpa berimbang.
  • BBC dikecam oleh jurnalisnya sendiri karena lebih memanusiakan korban Israel daripada warga Palestina.

Jakarta, IDN Times – Dua media terkenal, CNN dan BBC, diduga bias dalam memberitakan konflik Gaza dalam setahun terkahir. Dua media ini disebut pro Israel dengan mentapkan standar ganda dan melanggar prinsip-prinsip jurnalistik.

Salah satu jurnalis CNN dengan nama samaran Adam mengatakan kepada Al Jazeera bahwa ia terkejut ketika mengetahui bagaimana redaksi memberitakan narasi yang pro Israel. Di satu sisi, CNN kerap kali mengkritik, namun kali ini keberpihakan media tersebut sangat jelas.

”Secara keseluruhan, sangat jelas di mana kita memihak, sangat disayangkan. Dan itu tidak sepenuhnya sesuai dengan kebenaran," kata Adam dalam dokumenter The Listening Post, Sabtu (5/10/2024).

Laporan Al Jazeera tersebut sekali lagi mengungkap bagaimana praktik media Barat dalam mendukung propaganda Israel. Dalam kasus seperti ini, media seringkali memihak dan tidak menghasilkan liputan yang berimbang.

1. Momen memalukan bagi CNN

Satu momen yang paling memalukan bagi CNN adalah ketika mewartakan Rumah Sakit Al-Rantisi di Gaza yang habis dibom. Dalam kesempatan itu, editor internasional CNN, Nic Robertson, berbicara dengan juru bicara militer Israel, Daniel Hagari.

Hagari menunjukkan sebuah dokumen di dinding yang ditulis dalam bahasa Arab. Oleh Hagari, itu disebut sebagai daftar anggota Hamas yang mengawasi para tawanan. Adam mengingat siaran tersebut sebagai momen memalukan bagi CNN.

"Itu sama sekali bukan daftar nama Hamas. Itu adalah kalender, dan hari-hari dalam seminggu ditulis dalam bahasa Arab. Namun, laporan yang dikeluarkan oleh Nic Robertson menelan mentah-mentah klaim Israel," katanya.

Klaim Israel tersebut juga telah dibantah oleh para penutur bahasa Arab lainnya di media sosial. Meski demikian, Robertson mengabaikan hal tersebut.

”Nic bilang, 'Apakah Anda bermaksud mengatakan bahwa Hagari berbohong kepada kita?’" kata Adam.

2. Tuduhan media tak berimbang dan penyebar informasi palsu

Ilustrasi jurnalis (unsplash.com/Tycho Atsma)

Dalam liputan Al Jazeera pada November 2023 lalu, muncul berbagai kritik dari para jurnalis BBC terkait dengan pemberitaan konflik Israel-Palestina yang tak berimbang. Delapan jurnalis dalam surat yang dikirim ke Al Jazeera mengatakan, BBC lebih memanusiakan korban Israel dibanding warga Palestina.

"Ribuan warga Palestina telah terbunuh sejak 7 Oktober. Kapan jumlahnya akan cukup tinggi sehingga sikap redaksi kami dapat berubah?" kata para jurnalis BBC tersebut.

Mereka menambahkan, kkata-kata seperti ”pembantaian” dan ”kekejaman” hanya ditujukan kepada Hamas. Mereka menggambarkan kelompok tersebut sebagai satu-satunya pemicu dan pelaku kekerasan di wilayah tersebut.

Salah satu pemberitaan yang paling banyak diliput oleh media Barat terutama CNN dan BBC adalah kejahatan Hamas dalam serangan 7 Oktober tahun lalu. Pada 10 Oktober 2023 misalnya, di mana CNN menerbitkan berita mengenai kekejaman Hamas dengan memenggal bayi di beberapa Kibbutz atau desa di Israel.

Media Prancis, Le Monde, dalam laporan investigasinya membantah adanya narasi sadis tersebut. Dari temuan media itu, tak ada pembantaian yang dilakukan oleh Hamas di wilayah itu. Pemberitaan yang tersebar tersebut rupanya adalah berita palsu yang sengaja disebarkan oleh LSM Israel dengan tujuan tertentu.

3. Ramai-ramai mengundurkan diri karena tak setuju pemberitaan bias

Logo CNN di depan kantornya. (unsplash.com/ifood ijourney)

Maraknya pemberitaan BBC yang biasa membat beberapa jurnalis mengundurkan diri dengan alasan kemanusiaan. Jurnalis dengan nama samaran Sarah misalnya. Ia tak lagi ingin melanjutkan karir di BBC karena keengganan redaksi untuk mengatasi masalah bias editorial.

Sejumlah kecil wartawan di The New York Times juga telah mengundurkan diri secara terbuka dengan alasan hati nurani mereka. Yang lain telah mencoba mengubah keadaan dari dalam dengan kampanye dan rapat internal.

"Ini adalah momen dalam sejarah yang jarang kita lihat, di mana kita benar-benar melihat genosida dilakukan saat itu juga," kata Craig Mokhiber, pejabat hak asasi manusia PBB yang mengundurkan diri tahun lalu.

Mokhiber mengatakan, media Barat kini benar-benar menjadi bagian dari mekanisme genosida di Gaza.

“Itulah yang berbeda. Itulah yang menakutkan,” katanya.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Siantita Novaya
EditorSiantita Novaya
Follow Us