Korea Diminta Stop Ekspor Senjata ke Indonesia usai Tragedi pada Demo

- Kendaraan lapis baja, meriam air, dan gas air mata buatan Korea Selatan digunakan aparat Indonesia dalam penanganan protes, termasuk pada tragedi yang menewaskan Affan Kurniawan.
- Produk-produk tersebut dinilai memperkuat penindasan terhadap gerakan pro-demokrasi dan menimbulkan pelanggaran hak asasi manusia.
- World Without War mendesak pemerintah Korea Selatan menghentikan ekspor senjata pengendali massa ke Indonesia serta memperketat pengawasan dan penilaian dampaknya.
Jakarta, IDN Times – Tragedi mengejutkan terjadi pada gelombang protes besar di Jakarta yaitu, seorang tukang ojek bernama Affan Kurniawan tewas setelah ditabrak kendaraan lapis baja polisi pada 28 Agustus lalu. Saksi mata menyebut kendaraan tersebut menerobos kerumunan massa. Polisi juga menggunakan gas air mata dan meriam air buatan Korea Selatan yang memicu kemarahan publik.
Menurut laporan Lembaga World Without War (2024), kendaraan lapis baja Barracuda yang menabrak korban adalah buatan Hanwha Aerospace. Perusahaan Korea Selatan itu mengekspor 45 unit Barracuda ke Indonesia pada 2004 dan 2022.
“Kami mendesak agar pemerintah Korea Selatan menghentikan ekspor senjata pengendali massa yang digunakan untuk menekan gerakan pro-demokrasi di Indonesia,” tulis pernyataan di laman resmi Lembaga World Without War pada Selasa (2/9/2025).
1. Senjata pengendali massa dan dampaknya di Indonesia

Barracuda, yang awalnya disebut sebagai kendaraan “pengendali huru-hara”, dikenal mampu dipersenjatai senapan mesin dan senapan serbu. Kendaraan ini menjadi simbol penindasan yang kerap terlihat di lokasi protes di Indonesia, termasuk Papua Barat.
Selain kendaraan lapis baja, meriam air yang digunakan polisi Indonesia juga diproduksi oleh perusahaan Korea Selatan, Daeji P&I. Produk ini diekspor bebas karena tidak termasuk kategori senjata api, bahan peledak, atau bahan pertahanan sehingga lolos dari pengawasan ketat ekspor.
2. Rekam jejak ekspor senjata

Data World Without War menyebutkan Korea Selatan mengekspor lebih dari 1,44 juta tabung gas air mata ke Indonesia sejak 2015 hingga Juni 2024. Tabung-tabung itu diproduksi oleh Humans Pyro, Korea CNO Tech, dan Daekwang Chemical, yang kemungkinan besar juga digunakan dalam aksi protes terbaru.
Daeji P&I sendiri telah menjual sekitar 2.700 meriam air ke lebih dari 20 negara dengan catatan HAM yang mengkhawatirkan, termasuk Myanmar dan Aljazair. Perusahaan ini bahkan mempromosikan produknya sebagai terbukti di lokasi-lokasi protes yang sebenarnya.
3. Seruan untuk hentikan ekspor senjata
World Without War menilai ekspor senjata pengendali massa oleh Korea Selatan adalah pelepasan tanggung jawab besar. Negara yang pernah melawan kediktatoran militer ini, menurut organisasi tersebut, seharusnya tidak menjadi bagian dari kekerasan terhadap warga sipil di luar negeri.
Lembaga ini mendesak pemerintah Korea Selatan untuk segera menghentikan semua ekspor senjata pengendali massa ke Indonesia, melakukan investigasi menyeluruh dampak penggunaannya, serta mereformasi sistem pengawasan ekspor dengan mewajibkan penilaian hak asasi manusia dan sanksi atas pelanggaran.