Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

Korsel Catat Pertumbuhan Angka Kelahiran Tertinggi Selama 5 Bulan Pertama 2025

ilustrasi bendera Korsel (pexels.com/준섭 윤)
ilustrasi bendera Korsel (pexels.com/준섭 윤)

Jakarta, IDN Times - Korea Selatan (Korsel) mencatat rekor pertumbuhan angka kelahiran selama lima bulan pertama 2025. Korsel adalah salah satu negara dengan angka harapan hidup terpanjang di dunia dan angka kelahiran terendah, yang menghadirkan tantangan demografis bagi Negeri Ginseng itu.

"Jumlah bayi baru lahir untuk periode Januari-Mei mencapai 106.048, meningkat 6,9 persen, tingkat pertumbuhan tertinggi sejak pengumpulan data tersebut dimulai pada 1981," kata pejabat Badan Statistik Korea, Kang Hyun-young, pada Rabu (23/7/2025), dikutip dari The Straits Times.

Pemerintah Seoul telah menggelontorkan miliaran dolar untuk mendorong perempuan memiliki lebih banyak anak dan menjaga stabilitas populasi.

Angka terbaru ini menandai perubahan tajam dari awal 2024, ketika jumlah kelahiran untuk periode Januari-Mei tahun lalu turun 2,7 persen dari tahun sebelumnya. Laporan terbaru ini mengungkap bahwa setiap provinsi, kecuali Gangwon, mengalami peningkatan kelahiran selama periode tersebut.

1. Lonjakan angka kelahiran disebabkan oleh peningkatan angka pernikahan

Lonjakan yang dilaporkan pada Rabu dipengaruhi oleh peningkatan angka pernikahan yang berkelanjutan dan pertumbuhan populasi perempuan di awal usia 30-an. Di Korsel, terdapat korelasi yang kuat antara pernikahan dan kelahiran anak, yang telah mendorong lonjakan pertumbuhan angka kelahiran.

Lonjakan tersebut bahkan menyusul peningkatan angka kelahiran tahunan pertama di Korsel dalam lebih dari satu dekade. Pada 2024, jumlah bayi baru lahir meningkat sebesar 3,6 persen menjadi 238.300 dari tahun sebelumnya.

Di tahun yang sama, Korsel mengalami peningkatan angka pernikahan sebesar 14,8 persen, dengan lebih dari 220 ribu pasangan menikah. Banyak tunjangan pemerintah yang dirancang untuk mendukung pengasuhan anak, tetapi tidak mencakup orang tua yang tidak menikah secara resmi.

Mei menandai bulan kedua berturut-turut angka kelahiran bulanan melampaui 20 ribu dan bulan ke-11 berturut-turut dengan pertumbuhan tahunan. Tingkat kesuburan total, yakni rata-rata jumlah anak yang diharapkan dimiliki seorang perempuan seumur hidupnya, juga naik menjadi 0,75 pada Mei.

2. Korsel butuh tingkat kesuburan sebesar 2,1 untuk pertahankan populasinya

Bendera Korea Selatan (Korsel) (pexels.com/byunghyun lee)
Bendera Korea Selatan (Korsel) (pexels.com/byunghyun lee)

Korsel membutuhkan tingkat kesuburan 2,1 untuk mempertahankan populasinya yang mencapai 51 juta jiwa. Dengan tingkat kesuburan saat ini, populasi Negeri Ginseng itu akan hampir berkurang setengahnya menjadi 26,8 juta jiwa pada 2100, menurut studi di University of Washington di Seattle.

Korsel telah lama bergulat dengan tingkat kelahiran yang rendah karena banyak anak muda menunda, atau bahkan tidak menikah dan memiliki anak. Pemerintah telah memperkenalkan serangkaian insentif, termasuk tunjangan pernikahan dan subsidi pengasuhan anak, untuk menggenjot angka kelahiran.

Di sisi lain, jumlah kematian pada Mei hampir tidak berubah dari tahun sebelumnya, yaitu 28.510. Itu mengakibatkan penurunan populasi alami sebesar 8.202. Korsel telah mengalami lebih banyak kematian daripada kelahiran sejak kuartal keempat 2019, dilansir Yonhap.

3. Alasan rendahnya angka kelahiran di Korsel

ilustrasi orang tua dan anak (unsplash.com/Hoi An Photographer)
ilustrasi orang tua dan anak (unsplash.com/Hoi An Photographer)

Para analis mengatakan, terdapat beberapa alasan di balik rendahnya angka kelahiran, mulai dari tingginya biaya pengasuhan anak dan harga properti hingga masyarakat yang terkenal sangat kompetitif sehingga sulit mendapatkan pekerjaan bergaji tinggi.

Selain itu, beban ganda bagi ibu pekerja untuk mengelola beban pekerjaan rumah tangga dan mengasuh anak sekaligus mempertahankan karier turut menjadi faktor kunci lainnya.

Dalam upaya membalikkan tren tersebut, pemerintah menawarkan subsidi tunai, layanan pengasuhan anak, dan dukungan untuk perawatan infertilitas.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Rama
EditorRama
Follow Us