Krisis Energi, China Tingkatkan Produksi Batu Bara

Jakarta, IDN Times - China memerintahkan dua provinsi utama penghasil batu bara untuk meningkatkan produksi. Dua provinsi tersebut adalah Mongolia Dalam dan Shanxi. Ratusan tambang batu bara akan digenjot untuk meningkatkan produksi.
Tindakan tersebut dilakukan karena China sejak pertengahan bulan lalu telah mengalami krisis energi yang membuat jutaan rumah tangga mengalami kelangkaan setrum
Akibat dari kekurangan setrum tersebut, selain rumah tangga yang terdampak, industri juga mengurangi barang produksinya. Bahkan ada pabrik yang sama sekali berhenti karena tidak ada cukup energi untuk menggerakkan mesin.
Pihak berwenang telah berupaya untuk mengatasi dengan beberapa cara, yakni dengan meningkatkan produksi batubara dan meningkatkan impor.
1. Perusahaan energi harus membagi jatah penyaluran listrik
Sejak pertengahan bulan September 2021, beberapa provinsi di China harus berbagi jatah listrik karena negara tersebut kekurangan energi.
Mulai menyusutnya infeksi COVID-19 secara global, dan dunia mulai keluar dari penguncian, telah membuat lonjakan permintaan untuk barang-barang produksi China. Para pelaku industri membutuhkan listrik yang lebih untuk menggerakkan mesinnya.
Namun masalah muncul karena harga batu bara yang tinggi dan pasokan yang kurang. Dilansir dari BBC, pihak berwenang China telah memerintahkan untuk meningkatkan produksi batu bara.
Kekurangan listrik telah memaksa perusahaan energi harus menjatah setrum di sebagian besar wilayah negara tersebut.
Kekurangan energi ini, wilayah yang paling terpukul adalah timur laut China. Wilayah itu adalah pusat manufaktur di negara tersebut.
Di wilayah Mongolia Dalam, China bagian utara, lebih dari 70 tambang telah diperintahkan untuk meningkatkan produksi batu bara. Usulan untuk meningkatkan produksi itu mencapai 100 juta ton tahunan yang akan mencapai hampir 3 persen total konsumsi batu bara pembangkit listrik di China.
2. Ancaman terhadap pertumbuhan ekonomi China

Sumber utama produksi adalah menggunakan energi. Jika energi kurang, maka produksi tidak akan dapat dilakukan dan itu berarti akan mengancam perekonomian. Kondisi seperti itulah yang terjadi saat ini di China, salah satu negara raksasa ekonomi terbesar dunia.
Kekurangan energi yang melanda negara tersebut, menurut CNN, telah mengancam pertumbuhan ekonomi Beijing. Penurunan tajam output dari industri telah membebani prospek ekonomi China.
China sendiri adalah salah satu negara yang banyak mengonsumsi batu bara sebagai sumber energi karena itulah salah satu yang paling murah. Ketergantungan terhadap batu bara tersebut, telah menjadikan China sebagai salah satu negara yang menghasilkan emisi karbon terbesar di dunia.
Tahun lalu, 60 persen dari penggunaan energi negara itu menggunakan baru bata. Tapi karena dorongan nasional untuk mengurangi emisi karbon, awal tahun ini ratusan tambang batu bara telah ditutup.
Beberapa di antara tambang, produksinya dikurangi dan impor batu bara juga dibatasi, khususnya dari salah satu pemasok utama yakni Australia. Hubungan China dengan Australia sendiri saat ini sedang dalam ketegangan.
Namun karena kondisi itu, pasokan batu bara turun tajam dan permintaan pasokan setrum melonjak sebab pertumbuhan industri dan kondisi cuaca ekstrim. Harga batu bara segera melonjak dan sekitar 20 provinsi di China kekurangan listrik.
3. Perintah meningkatkan impor batu bara
Produsen utama batu bara China, selain Mongolia Dalam adalah Shanxi. Tapi di Shanxi, banjir telah membuat sekitar 27 tambang baru bara tutup dan tidak beroperasi. Perintah segera dikeluarkan untuk membuka beberapa tambang baru.
Dilansir dari Reuters, pemerintah Beijing juga telah menyerukan untuk meningkatkan impor "secara tepat" ke tingkat yang sama seperti tahun lalu. Delapan bulan pertama tahun 2021 ini, impor batu bara China turun setidaknya 10 persen.
Ada dua negara utama pemasok batu bara China. Pertama adalah Indonesia yang paling besar dan kedua adalah Australia. Hubungan diplomatik China dengan Australia sedang dalam masalah dan sekitar satu juta ton batu bara Negeri Kanguru ditahan di beberapa gudang pelabuhan Bea Cukai.
Meski hubungan dengan Australia bermasalah, tapi pada akhirnya China terpaksa harus melepaskan batu bara milik Australia yang terdampar tersebut untuk mengatasi krisis setrum nasional.
Salah satu pebisnis batu bara mengatakan "beberapa batu bara Australia yang tertahan di pelabuhan China mulai dilepas akhir bulan lalu...walau banyak (kargo) itu sudah dialihkan ke pasar seperti India."
Tapi satu juta ton batu bara Australia itu baru sama dengan konsumsi satu hari China. Itu tidak akan banyak membantu menolong krisis tersebut.
Salah satu pebisnis batu bara lainnya yang ada di Beijing mengatakan "tanpa melanjutkan impor batubara Australia, kekurangan pasokan akan tetap ada untuk beberapa waktu, karena butuh waktu untuk meningkatkan produksi dalam negeri setelah hampir 5 tahun pembatasan produksi."
Impor dari Indonesia sendiri, sebagai pemasok utama batu bara China, terhambat karena masalah buruknya cuaca.