Lebih dari 100 Tentara Korut Tewas di Ukraina

Jakarta, IDN Times – Lebih dari 100 tentara Korea Utara (Korut) tewas dan sekitar 1.000 lainnya terluka sejak bergabung dalam perang di Ukraina di pihak Rusia.
Informasi ini diungkap oleh anggota parlemen Korea Selatan, Lee Sung-kwon, usai mendapat laporan dari Badan Intelijen Nasional Korea Selatan (NIS) pada Kamis (19/12/2024).
Dilansir dari BBC, korban jiwa termasuk pejabat tinggi Korut yang tewas akibat ketidaksiapan menghadapi medan tempur dan serangan drone. Mereka diyakini menjadi bagian dari sekitar 10 ribu tentara yang dikirim Korut untuk mendukung operasi militer Rusia sejak Oktober.
1. Keterlibatan Korut dalam perang Ukraina
Pasukan Korut pertama kali tiba di Rusia untuk menjalani pelatihan sebelum diterjunkan ke garis depan. Mereka beroperasi di wilayah Kursk, Rusia, tempat pasukan Ukraina mempertahankan area kecil yang mereka rebut dalam serangan mendadak pada Agustus lalu.
Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy, Sabtu (14/12/2024), mengatakan bahwa Rusia mulai menggunakan tentara Korut dalam jumlah signifikan untuk menyerang Kursk. Namun, mereka tidak ditempatkan langsung di wilayah Ukraina, di mana pasukan Rusia telah meningkatkan serangan di bagian timur negara itu.
Korut dan Rusia telah menjalin hubungan militer yang semakin erat sejak invasi ke Ukraina dimulai pada Februari 2022. Puncaknya adalah penandatanganan perjanjian pertahanan bersejarah antara Pyongyang dan Moskow pada Juni, yang mulai berlaku awal bulan ini, dikutip dari France 24.
2. Kurangnya pengalaman jadi faktor utama korban jiwa
Lee Sung-kwon menjelaskan, tingginya jumlah korban jiwa tentara Korut disebabkan oleh kurangnya pengalaman mereka di medan perang. Mereka belum familiar dengan taktik tempur modern, termasuk penggunaan drone.
Dilansir CNA, laporan mengenai korban jiwa ini juga diperkuat oleh pernyataan pejabat senior militer Amerika Serikat (AS), yang mengatakan bahwa ratusan tentara Korut jadi korban perang Rusia-Ukraina.
Bahkan, menurut laporan intelijen, pasukan Rusia menganggap tentara Korut sebagai beban lebih daripada aset.
“Mereka digunakan sebagai unit serangan garis depan yang dapat dikorbankan,” ungkap Lee.
3. Aliansi Korut dan Rusia tetap solid
Dilansir France 24, Kim Jong-un berupaya memanfaatkan kerja sama ini untuk memperoleh teknologi canggih dari Rusia sekaligus pengalaman tempur bagi pasukannya. Namun, kritik keras datang dari AS dan sekutunya, yang mengutuk dukungan Korut terhadap perang Rusia, termasuk pengiriman pasukan.
Pyongyang menyebut pernyataan tersebut sebagai “provokasi sembrono” dan menuduh negara-negara tersebut “memutarbalikkan serta memfitnah” hubungan kerja sama normal Korut dengan Rusia.
Meskipun tingginya jumlah korban jiwa di pihak Korut, kedua negara tetap mempertahankan aliansi mereka. Korut menyatakan bahwa hubungan erat dengan Rusia bertujuan menahan pengaruh jahat Amerika Serikat dan Barat.