Meksiko Ancam Balik Trump soal Rencana Kebijakan Tarif

Jakarta, IDN Times - Presiden Meksiko, Claudia Sheinbaum, mengancam akan menjatuhkan tarif balasan terhadap produk Amerika Serikat (AS). Ancaman tersebut muncul setelah Presiden terpilih AS, Donald Trump, berencana menerapkan tarif 25 persen pada semua produk Meksiko.
Trump berencana langsung menerapkan tarif tersebut mulai 20 Januari mendatang. Ia membela tarif sebagai upaya menghentikan aliran narkoba dan migran ilegal dari Meksiko.
Meksiko merupakan mitra dagang terbesar AS erikat dengan kontribusi 15,8 persen dari total perdagangan, diikuti Kanada sebesar 13,9 persen. Sheinbaum menyatakan kebijakan tersebut akan merugikan kedua negara.
"Satu tarif akan diikuti tarif lain sebagai balasan, begitu seterusnya hingga membahayakan bisnis bersama kita," ujar Sheinbaum pada Rabu (27/11/2024), dilansir dari The Guardian.
1. Sheinbaum bantah tuduhan Trump
Sheinbaum menunjukkan sikap yang berbeda dari presiden Meksiko sebelumnya dalam merespons ancaman Trump. Ia menyatakan bahwa Meksiko akan bernegosiasi sebagai negara berdaulat yang setara dengan AS.
Presiden perempuan pertama Meksiko ini membantah tudingan Trump terkait kegagalan Meksiko menangani masalah migran ilegal. Menurutnya, karavan-karavan migran tidak lagi mencapai perbatasan berkat upaya pemerintah Meksiko.
Sheinbaum balik mengkritik AS terkait masalah penyelundupan senjata yang masuk ke Meksiko.
"Meksiko tidak membuat senjata dan penduduk kami bukan pemakai narkoba. Namun kami lah yang menanggung korban jiwa akibat kejahatan yang terjadi karena tingginya permintaan narkoba dari AS," tuturnya, dilansir Reuters.
Menurut Sheinbaum, masalah narkoba yang menjadi alasan Trump merupakan masalah konsumsi dan kesehatan publik AS. Meksiko juga berencana mengirimkan surat kepada Perdana Menteri Kanada Justin Trudeau terkait ancaman tarif ini.
2. Dampak ekonomi dari rencana tarif Trump
Rencana pengenaan tarif Trump diprediksi akan memukul perekonomian kedua negara. Industri otomotif menjadi sektor yang paling terdampak karena integrasi rantai pasokan AS dan Meksiko.
Mata uang peso Meksiko langsung melemah 2 persen setelah Trump mengumumkan ancaman tersebut. Para analis memperkirakan kerugian ekonomi AS mencapai 125 miliar dolar AS atau sekitar Rp1.990 triliun dalam 10 tahun jika tarif diterapkan.
Menteri Ekonomi Meksiko, Marcelo Ebrard, juga setuju bahwa tarif merupakan pajak yang akan merugikan kedua negara. Ia optimistis kedua negara akan menemukan solusi lebih baik.
Konsumen AS juga diprediksi akan menjadi korban utama kebijakan ini karena kenaikan harga barang-barang impor. Sementara, industri otomotif Meksiko menyumbang lebih dari 35 persen nilai ekspor manufaktur negara tersebut.
3. Meksiko berencana cari alternatif pasar AS
Para analis menilai ancaman tarif Trump merupakan taktik untuk memaksa Meksiko, Kanada, dan China masuk ke meja perundingan. Kebijakan tersebut berisiko melanggar perjanjian perdagangan trilateral USMCA yang ditandatangani ketiga negara pada 2020.
Direktur Analisis Ekonomi Banco Base, Gabriela Siller, khawatir benturan kepribadian kedua pemimpin dapat memperburuk situasi.
"Trump mungkin hanya melemparkan ancaman seperti biasa. Namun, respons Meksiko yang akan membalas dengan tarif akan membuat Trump benar-benar menerapkannya," kata Siller, dilansir AP.
Analis Capital Economics, Giulia Bellicoso, memperkirakan tarif akan memukul saham-saham Meksiko. Rencana tarif ini dikhawatirkan akan mengurangi minat perusahaan-perusahaan besar asing yang berencana membangun pabrik di Meksiko
Menghadapi ancaman ini, Meksiko menyiapkan rencana untuk memperkuat hubungan dagang dengan negara-negara lain.
"Kami tidak hanya melihat ke utara, tetapi juga ke selatan dan benua Eropa. Meksiko kuat dan kami akan selalu unggul," ujar Sheinbaum.