Menlu Iran: Kami Segera Respons Surat Trump soal Nuklir

- Iran akan segera merespons surat ajakan negosiasi nuklir dari Trump dalam beberapa hari mendatang.
- Menlu Iran menegaskan Iran tidak akan terlibat dalam perundingan di bawah tekanan, ancaman, atau sanksi yang lebih berat.
- Trump mengungkapkan maksud suratnya kepada Iran dan menyatakan dua pilihan bagi Iran dalam menangani masalah nuklir.
Jakarta, IDN Times - Menteri Luar Negeri Iran Abbas Araghchi menyatakan bahwa negaranya bakal segera menanggapi surat dari Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump dalam beberapa hari mendatang. Sebelumnya, Trump memang telah menyurati Iran yang berisi ajakan negosiasi program nuklir Iran.
“Kami tidak akan terlibat dalam perundingan langsung di bawah tekanan, ancaman atau sanksi yang lebih berat,” tegas Araghchi menyampaikan posisi Iran saat ini, dikutip dari Press TV, Kamis (20/3/2025).
Menurut dia, perundingan harus dilakukan secara setara dan dalam kondisi yang adil bagi negaranya.
“Surat dari Presiden AS sebagian besar bersifat ‘mengancam’, tapi ada juga kalimat yang berisi peluang perundingan,” lanjut dia.
“Iran akan mempertimbangkan semua dimensi surat tersebut. Kami juga telah memeriksa secara menyeluruh semua aspek surat itu dan mempertimbangkan setiap detilnya,” ucap Araghchi.
1. Apa maksud Trump kirim surat ke Iran?

Trump juga sempat membeberkan maksud dari dirinya mengirim surat kepada Iran terkait program nuklir mereka.
Trump mengungkapkan isi suratnya dalam wawancara dengan Fox Business.
"Saya berharap Iran akan bernegosiasi karena itu akan jauh lebih baik bagi mereka. Jika kita harus masuk secara militer, itu akan menjadi hal yang mengerikan bagi mereka," kata Trump, dikutip dari CBS.
Langkah Trump ini berbeda dengan kebijakannya pada 2018, saat dia menarik AS dari kesepakatan nuklir Iran. Penarikan diri tersebut menggagalkan pencapaian kebijakan luar negeri presiden sebelumnya, Barack Obama.
2. Trump pilih negosiasi ketimbang opsi militer

Trump menyampaikan dua pilihan bagi Iran dalam menangani masalah nuklir. Pilihan pertama adalah melalui jalur militer dan kedua melalui kesepakatan baru. Trump mengaku lebih memilih jalur kesepakatan karena tidak ingin menyakiti Iran.
Gedung Putih telah mengonfirmasi pernyataan Trump terkait pengiriman surat tersebut. Trump juga menyatakan inisiatif negosiasi nuklir tidak hanya ditujukan ke Iran. Dia berharap bisa berunding masalah denuklirisasi dengan China dan Rusia.
Trump bahkan menginginkan semua negara di dunia menghentikan program senjata nuklirnya. "Akan sangat bagus jika semua orang membuang senjata nuklir mereka," tutur Trump saat berbicara di Gedung Putih, dilansir NYT.
AS dan Israel telah memperingatkan tidak akan membiarkan Iran memiliki senjata nuklir. Peringatan ini muncul seiring kemajuan program pengayaan uranium Iran yang mendekati level senjata nuklir.
3. AS tarik diri dari perjanjian nuklir Iran pada 2018
Pada 2015, Iran meneken perjanjian nuklir dengan AS, China, Prancis, Rusia, Inggris, dan Jerman. Perjanjian ini mewajibkan Iran mengurangi program nuklir sebagai imbalan atas pencabutan sanksi.
Namun pada 2018, AS menarik diri dari perjanjian tersebut kala AS dipimpin oleh Trump. Washington juga kembali memberlakukan sanksi terhadap Teheran dan menyebabkan perjanjian tersebut tak berlaku lagi.
Merespons aksi AS, Iran juga membalas dengan mengurangi komitmennya terhadap perjanjian nuklir tersebut termasuk mencabut pembatasan riset nuklir dan pengayaan uranium.