Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

Militer Israel Perintahkan Evakuasi Usai Bombardir Gaza

serangan Israel di Gaza (Tasnim News Agency, CC BY 4.0 , via Wikimedia Commons)

Jakarta, IDN Times - Militer Israel memerintahkan warga Palestina untuk mengungsi dari beberapa daerah di Jalur Gaza pada Selasa (18/3/2025). Perintah ini dikeluarkan tak lama setelah mereka melancarkan serangkaian serangan udara di wilayah tersebut, yang menewaskan lebih dari 400 orang.

Juru bicara militer, Avichay Adraee, mengatakan bahwa warga Palestina harus meninggalkan kota Beit Hanoun di Gaza utara serta Khuza'a dan Abasan di selatan. Ia menyebut daerah-daerah tersebut sebagai zona pertempuran berbahaya.

“IDF (Pasukan Pertahanan Israel) telah melancarkan serangan besar-besaran terhadap organisasi teroris. Daerah-daerah yang ditentukan ini dianggap sebagai zona pertempuran berbahaya!” kata Adraee dalam sebuah pernyataan di X.

Ia memerintahkan warga sipil di wilayah yang menjadi target serangan untuk mengungsi ke bagian barat Kota Gaza atau Khan Younis.

1. Sedikitnya 404 orang tewas akibat serangan terbaru Israel

Dilansir dari BBC, Israel melancarkan serangan udara di Kota Gaza, Rafah, dan Khan Younis pada Selasa dini hari, ketika sebagian besar warga Gaza sedang sahur. Ini adalah gelombang serangan udara terbesar di Gaza sejak gencatan senjata Israel-Hamas dimulai pada 19 Januari 2025. 

Otoritas kesehatan Palestina melaporkan bahwa sedikitnya 404 orang tewas dan lebih dari 600 lainnya terluka dalam serangan tersebut. Jumlah korban jiwa diperkirakan akan bertambah karena masih banyak korban yang tertimbun di bawah reruntuhan. 

Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu mengaku memerintahkan serangan tersebut karena kurangnya kemajuan dalam perundingan untuk memperpanjang gencatan senjata. 

Dilansir dari The Guardian, serangan udara maupun tembakan artileri dilaporkan masih terus berlangsung pada siang hari waktu setempat. Seorang pejabat kemanusiaan di wilayah tersebut menyatakan bahwa ratusan, atau mungkin ribuan warga Palestina, telah mematuhi perintah evakuasi Israel.

"Tidak ada ketahanan. Warga nyaris belum pulih dari begitu banyak kekerasan. Mereka berada dalam kondisi yang sangat lemah, baik secara fisik maupun psikologis," ujar pejabat tersebut.

2. Beberapa pejabat senior Hamas tewas

Hani Mahmoud dari Al Jazeera melaporkan bahwa serangan Israel menargetkan bangunan tempat tinggal, sekolah dan fasilitas umum yang diubah menjadi pusat evakuasi.

“Jangan lupa bahwa banyak warga Palestina yang masih tinggal di pusat-pusat evakuasi karena rumah mereka hancur atau berada di kawasan yang masih diduduki militer Israel,” katanya, melaporkan dari Kota Gaza.

Para pejabat Palestina mengatakan, serangan tersebut menewaskan beberapa pejabat senior Hamas, termasuk Mahmoud Abu Wafah, yang merupakan Wakil Menteri Dalam Negeri di Gaza. Banyak perempuan dan anak-anak juga menjadi korban.

Mohammed Zaquot, direktur jenderal rumah sakit di Jalur Gaza, mengatakan bahwa banyak korban luka mengalami luka bakar dan patah tulang. Sebagian besar di antaranya masih menunggu untuk dioperasi.

“Serangan tersebut terjadi begitu tiba-tiba sehingga jumlah staf medis yang tersedia tidak mencukupi untuk skala serangan besar ini, dan tim tambahan segera dipanggil untuk memberikan bantuan,” ujarnya.

3. Serangan Israel runtuhkan gencatan senjata di Gaza

Usai serangan tersebut, Hamas mengatakan bahwa pemerintahan Netanyahu berkhianat terhadap gencatan senjata dan mengabaikan nasib para sandera yang masih ditahan di Gaza.

Forum Sandera dan Keluarga Hilang, kelompok yang mewakili keluarga sandera, juga mengungkapkan kemarahan mereka atas serangan terbaru Israel. Mereka mengeluarkan seruan darurat untuk melakukan protes di Yerusalem, dengan mengatakan bahwa para sandera berada dalam bahaya besar.

Sementara itu, para pejabat Israel dan Amerika Serikat (AS) menyalahkan Hamas atas meletusnya kembali kekerasan di Gaza. Mereka menuding kelompok Palestina itu menolak untuk membebaskan lebih banyak sandera, sehingga dinilai melanggar kesepakatan gencatan senjata. Namun, Hamas mengatakan bahwa pembebasan sisa sandera hanya akan dilakukan pada tahap kedua, sebagaimana yang telah disepakati sebelumnya.

Koordinator kemanusiaan PBB untuk wilayah pendudukan Palestina, Muhannad Hadi, mendesak agar gencatan senjata di Gaza segera diberlakukan kembali.

"Ini tidak masuk akal. Gencatan senjata harus segera diberlakukan kembali. Rakyat di Gaza telah mengalami penderitaan yang tak terbayangkan," katanya dalam sebuah pernyataan, dikutip dari Al Jazeera.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Fatimah
EditorFatimah
Follow Us