Misteri Lempeng Matematika 3700 Tahun Terkuak, Ini Isinya

Seorang ilmuwan Australia berhasil memecahkan misteri yang membuat penasaran para ahli matematika selama beberapa dekade terakhir ini. Misteri itu berasal dari sebuah lempeng tanah liat berusia 3700 tahun dengan kode segitiga yang ditemukan pada 1900-an di Irak. Sejak ditemukan, tidak ada yang mengerti penggunaan kode segitiga pada lempeng yang dinamai Plimpton 322 tersebut.
Berisi tentang perhitungan membangun istana.

Dikutip dari news.com.au (28/7), seorang ilmuwan University of New South Wales (UNSW) bernama Daniel Mansfield adalah orang yang mampu memecahkan kode yang tertera. Dia pun memberikan pernyataan yang mengejutkan.
"Plimpton 322 telah memusingkan para ahli matematika selama 70 tahun terakhir, karena disadari adanya pola angka-angka khusus yang dikenal sebagai angka rangkap tiga (triplet) Pythagoras. Tablet ini bukan hanya berisi table trigonometri tertua sedunia, tapi juga yang terlengkap, karena pendekatan berbeda terhadap aritmatika dan geometri oleh bangsa Babilonia."
Rasio angka-angka trigonometri itu kemungkinan dipakai oleh para ahli matematika purba untuk menghitung cara membangun istana, kuil, dan kanal.
Ternyata, pengguna trigonometri pertama bukan Yunani kuno.

Mansfield sendiri sebenarnya sedang menyusun bahan kuliah untuk kelas matematika yang diajarnya. Dalam perjalanan penilitian tersebut, dia menemukan tablet itu "secara kebetulan". Sebagaimana para ahli matematika lain, ia sadar bahwa angka-angka pada tablet kemungkinan besar berkaitan dengan trigonometri atau bidang studi tentang segitiga.
Ia pun memutuskan untuk mendalami temuan itu dengan pertolongan dari seorang sejawatnya, Norman Wildberger. Menggunakan pendekatan rasio angka-angka, mereka kemudian menyisir penelitian selama 70 tahun terakhir untuk menggugurkan beberapa teori sebelumnya. Temuan itu memberikan pengertian yang lebih baik tentang budaya dan sejarah matematika bangsa Babilonia, katanya,
"Orang cenderung tidak menganggap matematika memiliki aspek budaya, tapi ternyata memang benar ada."
Temuan itu sekaligus membuktikan bahwa bangsa Babilonia adalah yang pertama kali mempelajari trigonometri, bukan bangsa Yunani Kuno seperti diduga selama ini.
Lempeng tersebut juga membuka kemungkinan-kemungkinan baru bagi penelitian dan pendidikan matematika modern seperti dijelaskan Profesor Wildberger kepada AAP, "Melalui Plimpton 322, kita menyaksikan trigonometri yang lebih sederhana, lebih teliti, dan jelas lebih unggul dibandingkan yang kita miliki sekarang."
Perlu waktu dua tahun bagi Mansfield danWildberger untuk tiba pada teori itu. Mereka sekarang mengundang para ilmuwan lain untuk mengujinya.
"Saya ingin orang membaca, menguji, dan memberi kritik sehingga menjadikan teori itu lebih baik melalui analisis dan debat," ujar Dr. Mansfield pekan lalu.
Tablet yang bertarikh antara 1822 hingga 1762 SM itu sekarang disimpan di Rare Book and Manuscript Library Columbia University di New York.