Momen Sekjen PBB Buka Puasa Bersama Pengungsi Rohingya di Bangladesh

Jakarta, IDN Times – Sekretaris Jenderal PBB, Antonio Guterres, menyempatkan diri berbuka puasa bersama pengungsi Rohingya di Bangladesh selatan. Kegiatan itu mengakhiri kunjungannya ke Cox's Bazar, kota di mana para pengungsi bermukim, Jumat (14/3/2025).
“Puasa dan berbuka puasa bersama kalian adalah bukti rasa hormat saya yang mendalam terhadap agama dan budaya kalian,” katanya, dilansir dari UN News.
Dalam unggahan media sosialnya di X, buka puasa dihadiri oleh ribuan orang. Guterres menulis bahwa hampir 100 ribu warga Rohingya berpartisipasi dalam kegiatan itu.
Kunjungan Guterres ke Cox's Bazar dilakukan di tengah pemotongan bantuan dari donor utama, seperti Amerika Serikat (AS) dan Eropa. Pengungsi Rohingya menjadi salah satu pihak yang akan merasakan dampak besar dari pemotongan itu.
“Ini adalah bulan suci Ramadan, bulan solidaritas. Tidak dapat diterima jika di bulan solidaritas ini, masyarakat internasional justru mengurangi dukungan kepada Rohingya di Bangladesh,” imbuhnya.
1. Misi solidaritas di bulan suci Ramadan
Guterres mengatakan, kunjungannya di bulan Ramadan adalah misi solidaritas kepada Rohingya dan Bangladesh yang menampung mereka.
“Saya di sini untuk menyoroti penderitaan, tetapi juga potensi, pengungsi Rohingya di dunia. Lebih dari 1 juta pengungsi Rohingya di sini merasa bangga,” katanya.
Ia memuji dukungan yang diberikan oleh Bangladesh dan masyarakat lokal yang telah berbagi tanah, air, dan sumber daya mereka dengan para pengungsi. Bantuan itu sangat besar.
Bangladesh menampung lebih dari 1 juta pengungsi Rohingya. Mereka melarikan diri dari kekerasan di Myanmar. Eksodus terbesar terjadi setelah serangan brutal oleh pasukan keamanan Myanmar pada 2017.
2. Dunia tak boleh abaikan penderitaan Rohingya
Guterres mengatakan bahwa masyarakat internasional tak boleh mengabaikan penderitaan Rohingya. Di hadapan para pengungsi, ia berjanji akan meminta dukungan kepada berbagai negara.
“Sangat penting bagi masyarakat internasional untuk melakukan segala hal guna memastikan bahwa perdamaian dapat dibangun kembali di Myanmar. Hak-hak warga Rohingya dihormati, serta diskriminasi dan penganiayaan seperti yang telah kita saksikan di masa lalu, akan berakhir,” katanya.
Dia menambahkan, solusi atas krisis kemanusiaan itu harus diatasi segera oleh Myanmar. Ia mendesak pemulangan sukarela, aman, dan berkelanjutan bagi semua pengungsi.
3. Rohingya butuh bantuan kemanusiaan mendesak
Sebelumnya, Amnesty International mendesak masyarakat internasional untuk segera bergerak maju dan memberikan dukungan yang diperlukan. Hal ini guna menghindari dampak yang menghancurkan bagi para pengungsi Rohingya di Bangladesh.
“Kekurangan dana hanya akan memperburuk kekurangan pasokan dan layanan penting yang sudah ada di kamp-kamp tersebut,” kata Smriti Singh, Direktur Amnesty International untuk wilayah Asia Selatan, dilansir VOA.
Singh menambahkan, warga Rohingya di Cox's Bazaar tidak punya banyak pilihan selain bergantung pada bantuan Program Pangan Dunia (WFP). Terlebih lagi, pemerintah Bangladesh tak membolehkan mereka meninggalkan kamp dan mencari pekerjaan.
Pemerintah sementara Bangladesh mengatakan bahwa dihentikannya bantuan USAID akan menghentikan proyek-proyek lain di negara tersebut. Namun pendanaan untuk pengungsi Rohingya akan terus mengalir.