Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

Monumen Tragedi Tiananmen 'Hilang' di Sejumlah Kampus Hong Kong

relief dinding tentang tragedi Tiananmen di Universitas Lingnan (twitter.com/Finn Lau)
relief dinding tentang tragedi Tiananmen di Universitas Lingnan (twitter.com/Finn Lau)

Jakarta, IDN Times – Pada Jumat (24/12/2021), dua monumen peringatan peristiwa Tiananmen tahun 1989 dihilangkan dari Universitas Cina Hong Kong (CUHK) dan Universitas Lingnan. Hal ini terjadi setelah Universitas Hong Kong juga memutuskan untuk mencopot patung bersejarah lainnya, "Pillar of Shame", sehari sebelumnya.

Keputusan ini lantas memicu reaksi kurang mengenakkan dari kalangan aktivis dan para alumni kedua universitas. Bahkan, seniman pembuat monumen-monumen tersebut tidak segan menuntut pihak kampus jika ditemukan kerusakan terhadap karyanya.

1. Dua monumen Tiananmen raib dari CUHK dan Universitas Lingnan

Replika dari monumen "Dewi Demokrasi" sudah menghilang dari alun-alun CUHK pada Jumat (24/12/2021). Reuters melaporkan, pengangkatan patung setinggi 6,4 meter itu dilakukan saat dini hari.

Dari CNN, dihilangkannya salah satu simbol peringatan tragedi Tiananmen tahun 1989 tersebut lantaran keberadaannya yang tak pernah mendapatkan izin dari universitas sejak pertama kali dibawa pada 2010. Pihak kampus menyebutkan, keputusan itu diambil setelah diadakannya penilaian internal.

Pada waktu yang bersamaan, Universitas Lingnan juga telah membongkar relief dinding yang menggambarkan sederet peristiwa Tiananmen–berupa potret "Dewi Demokrasi", deretan tank yang berbaris di hadapan 'Tank Man', serta korban yang berjatuhan akibat tragedi.

Dilansir The Guardian, proses pembongkaran dilakukan atas pertimbangan "risiko hukum dan keamanan bagi lingkungan universitas” yang mungkin timbul akibat keberadaan relief tersebut.

2. Patung 'Pillar of Shame' juga dibongkar sehari sebelumnya

Sehari sebelum pencopotan patung "Dewi Demokrasi" serta relief dinding di CUHK dan Universitas Lingan, monumen Tiananmen ikonik lainnya juga bernasib sama. Pada Kamis (23/12/2021), patung "Pillar of Shame" yang sudah berdiri tegak selama lebih dari 20 tahun di Universitas Hong Kong berujung dihilangkan.

Reuters melansir, pemindahan patung tembaga setinggi 8 meter tersebut dilakukan pada Rabu malam (22/12/2021). Lokasi "Pillar of Shame" berada sengaja diberi barikade kuning dan terpal putih serta dijaga ketat oleh puluhan anggota keamanan.

Suara bising dari perkakas terdengar jelas di sekitar lokasi. Setelah beberapa jam, para pekerja membawa bagian atas patung dan menariknya ke atas derek untuk akhirnya diangkut dan disimpan.

Masih dari Reuters, dewan Universitas Hong Kong mengeluarkan pernyataan bahwa keputusan tersebut "berdasarkan nasihat hukum eksternal dan penilaian risiko untuk kepentingan terbaik universitas".

3. Chen: 'Mereka layaknya pencuri di malam hari'

potret bangunan Universitas Hong Kong (wikimedia.org)
potret bangunan Universitas Hong Kong (wikimedia.org)

Melihat kejadian ini, Chen Weiming, selaku pemahat kedua patung yang dihilangkan keberadaannya, pun buka suara. Melansir dari Reuters, baginya, penghapusan monumen-monumen Tiananmen tersebut menjadi pertanda matinya kebebasan dan supremasi hukum di Hong Kong.

“Mereka (pihak kampus) takut dipotret dan malu sewaktu siang hari, sehingga mereka pun membongkar patung-patungnya saat malam, layaknya pencuri,” tutur Chen, mengutip dari Reuters.

Dirinya menambahkan, ia tak segan-segan akan menuntut pihak kampus apabila ada kerusakan terhadap karyanya.

Lebih jauh lagi, reaksi negatif dan kekecewaan juga datang dari kalangan aktivis. Pasalnya, monumen-monumen Tiananmen bukanlah pahatan semata.

"[Patung tersebut] melambangkan bahwa Hong Kong masih memiliki ruang untuk kebebasan berbicara dan ini [menunjukkan] kalau Hong Kong masih merupakan bagian yang berbeda dari China," jelas Alex Lee, pendiri sebuah kelompok aktivis seni, seperti yang dilansir CNN.

Hal ini selaras dengan pernyataan salah satu alumni CUHK, Felix Chow. Dari laman The Guardian, ia mengaku "sedih dan terkejut". Menurutnya, patung "Dewi Demokrasi" merupakan sebuah simbol kebebasan akademik di mana setiap mahasiwa CUHK bisa mengutarakan pendapatnya.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Siantita Novaya
EditorSiantita Novaya
Follow Us

Latest in News

See More

Jenazah Staf KBRI Peru Sudah Diautopsi, Kemlu Minta Pemulangan Dipercepat

04 Sep 2025, 11:33 WIBNews