Sederet Negara yang Bergantung pada Aliran Sungai Nil

- Sungai Nil sebagai sumber kehidupan dan pusat peradaban Mesir Kuno.
- Teknologi modern membantu memahami adaptasi masyarakat kuno terhadap pasokan air.
- Kerja sama antarnegara penting karena Sungai Nil menjadi sumber daya bersama bagi jutaan penduduk.
Jakarta, IDN Times - Sungai Nil merupakan sungai terpanjang di dunia dengan panjang lebih dari 6.800 kilometer yang telah menjadi sumber kehidupan bagi jutaan orang sejak ribuan tahun lalu. Alirannya dari Afrika Timur hingga Laut Mediterania menyokong pertanian, irigasi, transportasi, hingga listrik.
Dilansir National Geographic, 95 persen penduduk Mesir tinggal dalam jarak beberapa mil dari Sungai Nil karena ketergantungannya yang besar pada sungai ini.
Selain peran modernnya, Sungai Nil juga menjadi pusat peradaban Mesir Kuno. Tanah subur di sekitar delta menjadi pendukung pertumbuhan pertanian, sementara papirus dari tepi sungai dimanfaatkan sebagai bahan dasar pembuatan kertas.
1. Jejak sejarah dan penelitiannya

Bagi Mesir kuno, Sungai Nil adalah jalur perdagangan sekaligus sumber pangan utama. Banjir tahunan membawa lumpur subur yang menjadikan wilayah sekitar delta sebagai lumbung makanan.
Kini, penelitian modern turut mengungkap sejarahnya. “Teknologi GIS dan penginderaan jauh membantu memahami bagaimana masyarakat kuno beradaptasi dengan pasokan air yang berkurang,” tulis penjelajah National Geographic, Raghda (Didi) El-Behaedi.
2. Daftar negara yang dilalui oleh Sungai Nil

Sungai Nil melintasi beberapa negara, tepatnya di Afrika. Berikut adalah daftar negaranya:
Burundi
Republik Demokratik Kongo
Mesir
Eritrea
Ethiopia
Kenya
Rwanda
Sudan Selatan
Sudan
Tanzania
Uganda
Menurut data resmi dari Nile Basin Initiative (NBI), kerja sama antarnegara sangat penting karena Sungai Nil menjadi sumber daya bersama bagi jutaan penduduk.
3. Konflik air dan masa depan Sungai Nil

Meski vital, Sungai Nil menghadapi ancaman seperti, pembangunan bendungan, polusi, dan perebutan pasokan air memicu ketegangan. Contohnya yaitu, Bendungan Grand Ethiopian Renaissance yang dibangun di Nil Biru yang menimbulkan konflik dengan Mesir dan Sudan.
Laporan PBB mencatat, Mesir yang mendapatkan 90 persen airnya dari Nil diprediksi akan mengalami kekurangan air pada 2025. Hal ini menegaskan pentingnya dialog antarnegara untuk menjaga keberlanjutan sungai bersejarah ini.
Sungai Nil bukan sekadar aliran air, melainkan simbol sejarah, kehidupan, dan tantangan masa depan bagi beberapa negara tersebut. Kerja sama regional menjadi kunci menjaga keberlangsungan sungai yang telah menopang peradaban manusia selama ribuan tahun.