Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

Netanyahu Hindari Wilayah Eropa ketika Terbang ke AS, Kenapa?

Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu (Avi Ohayon, CC BY-SA 3.0, via Wikimedia Commons)
Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu (Avi Ohayon, CC BY-SA 3.0, via Wikimedia Commons)
Intinya sih...
  • Pemerintah Israel jelaskan alasan teknis di balik rute panjang
  • Kondisi kesehatan Netanyahu ikut memengaruhi jalur penerbangan
  • Pertemuan dengan Trump dibayangi konflik Gaza dan diplomasi
Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Jakarta, IDN Times – Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu, menggunakan jalur penerbangan lebih panjang saat menghadiri Sidang Umum Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) di New York pada Kamis (25/9/2025). Pesawat kepresidenan Wing of Zion melintasi Laut Mediterania, hanya melalui wilayah udara Yunani dan Italia sebelum berbelok ke selatan menuju Selat Gibraltar, lalu menyeberangi Atlantik. Langkah ini diambil untuk menghindari risiko penahanan akibat surat perintah Mahkamah Pidana Internasional (ICC).

Dilansir dari CNN, pada November 2024, ICC yang berbasis di Den Haag mengeluarkan surat perintah terhadap Netanyahu dan Eks Menteri Pertahanan Israel, Yoav Gallant, atas dugaan kejahatan perang di Gaza.

Negara-negara Eropa Barat seperti Prancis, Spanyol, Portugal, Irlandia, dan Inggris yang menandatangani Statuta Roma diwajibkan menangkap Netanyahu jika ia memasuki wilayah mereka. Jalur pendek yang melintasi negara-negara tersebut sengaja dilewati demi mencegah potensi pendaratan darurat yang berbahaya.

1. Pemerintah Israel jelaskan alasan teknis di balik rute panjang

ilustrasi pesawat terbang (pexels.com/Pixabay)
ilustrasi pesawat terbang (pexels.com/Pixabay)

Tel Aviv tidak secara resmi memberi alasan terkait jalur tidak lazim ini, tetapi media Israel melaporkan penghindaran dilakukan karena faktor Statuta Roma ICC. Dua minggu sebelumnya, Kantor Perdana Menteri menyebut beberapa jurnalis dan anggota rombongan tak diikutsertakan demi memberi ruang bagi tambahan bahan bakar yang diperlukan untuk rute panjang. Keputusan ini digambarkan sebagai penyesuaian teknis yang berhubungan dengan keamanan serta kapasitas penerbangan.

Seorang sumber diplomatik dari Prancis menyampaikan bahwa negara itu sebenarnya memberi izin penggunaan wilayah udaranya. Namun, pesawat Wing of Zion akhirnya tidak melintas, kemungkinan karena perubahan rencana mendadak. Amichai Stein, koresponden diplomatik i24 News Israel, menilai penghindaran wilayah udara Prancis berkaitan dengan surat perintah ICC serta ketegangan politik antara Tel Aviv dan Paris mengenai konflik di Gaza.

2. Kondisi kesehatan Netanyahu ikut memengaruhi jalur penerbangan

Kecemasan Netanyahu makin meningkat akibat kondisinya setelah menjalani operasi prostat pada akhir 2024. Yechiel Leiter, Duta Besar Israel untuk Amerika Serikat, mengungkap bahwa pada kunjungan ke Washington, pada Februari 2025, Netanyahu juga sengaja menghindari wilayah udara Eropa.

“Dia baru saja menjalani operasi, dia datang dengan dua dokter, dan mereka mengatakan kepadanya bahwa dia mungkin harus mendarat untuk perawatan,” kata Leiter, dilansir dari The Guardian.

Untuk mengurangi risiko, jalur September ini dirancang agar tetap berada dekat pangkalan militer Amerika Serikat (AS). Dengan begitu, pendaratan darurat bisa dilakukan di wilayah yang aman karena Israel maupun AS bukan anggota ICC. Pola serupa terjadi pada Juli 2025, ketika penerbangan Netanyahu ke AS memicu kritik Francesca Albanese, pelapor khusus PBB, yang menuding Italia, Prancis, dan Yunani memberi jalur aman bagi Netanyahu yang dicari ICC.

3. Pertemuan dengan Trump dibayangi konflik Gaza dan diplomasi

Presiden AS Donald Trump (kanan) dan Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu (kiri) bersalaman saat menggelar konferensi pers bersama di East Room, Gedung Putih, Washington, D.C., pada 15 Februari 2017. (The White House from Washington, DC, Public domain, via Wikimedia Commons)
Presiden AS Donald Trump (kanan) dan Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu (kiri) bersalaman saat menggelar konferensi pers bersama di East Room, Gedung Putih, Washington, D.C., pada 15 Februari 2017. (The White House from Washington, DC, Public domain, via Wikimedia Commons)

Dilansir dari Anadolu Agency, Netanyahu berangkat dari Tel Aviv pada Kamis pagi untuk menghadiri Sidang Umum PBB ke-80 pada Jumat (26/9/2025), sebelum bertemu Presiden AS Donald Trump. Sebelum berangkat, Netanyahu menyampaikan kepada wartawan bahwa ia akan mengecam para pemimpin negara yang mengakui kenegaraan Palestina serta membicarakan dengan Trump tentang peluang besar yang muncul dari kemenangan Israel dan kebutuhan untuk menuntaskan tujuan perang. Ia dan Trump juga sama-sama menolak yurisdiksi ICC.

Dalam waktu yang sama, hubungan Israel dengan Prancis makin tegang. Paris memimpin langkah diplomatik yang mendesak Israel menghentikan operasi militer di Gaza serta mendorong pengakuan kenegaraan Palestina. Serangan Israel sejak Oktober 2023 telah menewaskan lebih dari 65.400 warga Palestina, mayoritas perempuan dan anak-anak, sehingga memicu kelaparan, penyakit, dan membuat Gaza tidak layak huni.

Netanyahu menolak pengakuan Palestina sebagai negara, sebuah sikap yang selama ini menjadi inti karier politiknya. Penolakan itu kini memperburuk hubungan dengan sejumlah negara Barat, termasuk mereka yang aktif dalam inisiatif perdamaian Gaza.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Sonya Michaella
EditorSonya Michaella
Follow Us

Latest in News

See More

Kronologis Muktamar X PPP: Agus Suparmanto Terpilih Jadi Ketua Umum

28 Sep 2025, 20:17 WIBNews