Palestina Khawatir atas Kemenangan Netanyahu dalam Pemilu Israel

Tangerang Selatan, IDN Times - Pemilu di Israel telah menuai sorotan bagi rakyat Palestina. Pasalnya, eks Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu selangkah lagi akan berkuasa sebagai kepala dari koalisi ultrakanan.
Para pejabat Palestina di Tepi Barat dan jalur Gaza, mengatakan bahwa corak ultra kanan dari aliansi Netanyahu itu memicu kekhawatiran atas meningkatnya ketegangan antar kedua negara.
"Tidak diragukan lagi hasil dari koalisi semacam itu akan meningkatkan sikap permusuhan terhadap rakyat Palestina dan membuat tindakan pendudukan menjadi lebih ekstrem," ujar anggota Komite Eksekutif Organisasi Pembebasan Palestina, Bassam Salhe di kota Ramallah, Rabu (2/11/2022).
1. Israel diprediksi akan semakin meningkatkan agresinya ke Palestina

Hamas, kelompok Islam Palestina yang beberapa kali telah berperang melawan Israel selama dekade terakhir, memperkirakan akan ada lebih banyak agresi dari Israel jika koalisi Netanyahu berkuasa.
"Jelas bahwa Israel condong ke arah lebih ekstremisme, yang juga berarti agresi terhadap rakyat kami akan meningkat," kata juru bicara Hamas, Hazem Qassem, dikutip dari Reuters.
"Pemerintah yang dipimpin Netanyahu yang meluncurkan beberapa perang melawan rakyat Palestina kami, dan kehadiran tokoh-tokoh paling ekstrem dalam koalisi berarti bahwa kami akan menghadapi lebih banyak terorisme Zionis," sambung dia.
Netanyahu telah lama dikenal sebagai politisi yang menentang perdamaian bersama Palestina untuk hidup bertetangga dengan Israel.
Presiden Palestina, Mahmoud Abbas, yang semasa jabatannya berusaha merundingkan perdamaian dengan Israel, menyampaikan pidatonya di pertemuan puncak Arab pada Rabu, namun ia tidak menyinggung soal pemilu Israel.
Dia menyampaikan pandangan sebelumnya yang menyatakan bahwa Israel menghancurkan solusi dua negara secara sistematis. Pernyataan itu menyangkut negosiasi Israel-Palestina yang memungkinkan perluasan pemukiman bagi warga Palestina di wilayah yang diinginkan.
Meskipun negosiasi itu terhenti pada 2014, Abbas telah bertemu dengan Menteri Pertahanan Israel Benny Gantz untuk meredam ketegangan dan menerapkan langkah-langkah keamanan kedua negara. Dia juga menerima panggilan Perdana Menteri Yair Lapid pada bulan September untuk mendiskusikan solusi kedua negara.
2. Analis sebut perdamaian antara Israel-Palestina akan semakin sulit dicapai
Analis politik di Gaza, Reham Owda mengatakan bahwa proses perdamaian dengan otoritas Palestina akan semakin sulit dicapai. Terlebih Netanyahu menganggap Abbas sebagai musuhnya dan menentang untuk meraih solusi dua negara.
"Dengan Netanyahu, slogannya adalah, tidak ada perdamaian, tidak ada solusi dua negara, lebih banyak penyelesaian dan fokusnya adalah pada Iran," kata Owda.
Tahun ini, lebih dari 100 warga Palestina tewas akibat diserang pasukan Israel yang menduduki Tepi Barat. Sementara itu, serangan oleh warga Palestina telah menewaskan 20 orang Israel di wilayah pemukiman Israel.
3. Kemenangan aliansi Netanyahu tidak akan mengubah kebijakan Israel terhadap Palestina
Melansir Al Arabiya, banyak warga Palestina, termasuk yang mengungsi di Yordania dan lebanon mengatakan, tidak ada perbedaan antara Netanyahu dengan politisi Israel lainnya dalam hal kebijakan terhadap Palestina.
“Tentu situasinya akan berubah dari buruk menjadi lebih buruk. Dia akan melanjutkan dari tempat pendahulunya pergi,” ujar Khaled Shriteh (29), seorang sopir taksi Ramallah.
“Bagi kami, pihak kanan dan kiri adalah sama, keduanya adalah milik kami. musuh," kata Jamal Mansour, seorang pengungsi Palestina di kamp Bourj al-Barajneh di Beirut.