Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

PBB: Penipuan Siber Asia Tenggara Telah Menyebar Secara Global

Ilustrasi bendera PBB. (pexels.com/Niklas Jeromin)

Jakarta, IDN Times - Kantor PBB untuk Narkoba dan Kejahatan (UNODC) mengatakan jaringan penipuan siber di Asia telah menyebar secara global. Geng-geng Asia Tenggara dan China telah meraup puluhan miliar dolar setiap tahunnya. Mereka menyasar korban dalam berbagai kejahatan dunia maya dengan skema investasi palsu, mata uang kripto, penipuan asmara, dan penipuan lainnya.

Laporan ini disampaikan UNODC pada 21 April 2025, di tengah upaya tindakan keras resmi pemerintah di Asia Tenggara yang gagal untuk menahan mereka, dilansir NHK News pada Kamis (24/4/2025).

1. Jaringan kriminal tersebut menyebar ke Amerika Selatan hingga pulau Pasifik

Potret kota Phnom Penh di Kamboja. (unsplash.com/Vanna Phon)

UNODC mengungkapkan bahwa kompleks kejahatan berpindah-pindah karena penggerebekan baru-baru ini. Jaringan kriminal mereka tersebar di sepanjang daerah perbatasan di dalam dan luar di seluruh wilayah, terutama di Kamboja, Laos, Myanmar, dan Filipina. Kini, jaringan tersebut telah memperluas operasinya ke Amerika Selatan, Afrika, Timur Tengah, Eropa, dan beberapa pulau Pasifik.

Kamboja telah melakukan penggerebekan, namun hal itu mendorong sindikat kejahatan untuk pindah ke lokasi yang lebih terpencil. Juru bicara pemerintah Kamboja, Pen Bona, mengatakan negaranya merupakan salah satu korban industri penipuan siber. Pihaknya berkomitmen untuk memeranginya.

"Pemerintah telah membentuk komisi ad-hoc diketuai oleh Perdana Menteri Hun Manet. Pemerintah berupaya meningkatkan penegakan hukum dan perangkat hukum sambil bekerja sama dengan mitra internasional dan PBB," kata Bona, dikutip dari France24.

2. Para sindikat juga memperluas layanan teknologi berbasis AI

Hal tersebut menunjukkan bahwa mereka mampu memperluas operasi koordinasi dengan kelompok kriminal dari belahan dunia lain. Juga, dengan perluasan pengembangan layanan teknologi berbasis Artificial Intelligence (AI).

Respons ini adalah bentuk ekspansi dari pertumbuhan industri, serta upaya mencari cara dan tempat baru untuk berbisnis. Mereka juga mengantisipasi risiko di masa mendatang, jika gangguan terus berlanjut dan meningkat di Asia Tenggara.

"Penyebarannya seperti kanker. Pihak berwenang menanganinya di satu area, tetapi akarnya tidak pernah hilang. Mereka hanya bermigrasi," kata Benedikt Hofmann, Penjabat Perwakilan Regional UNODC untuk Asia Tenggara dan Pasifik.

3. PBB desak masyarakat internasional untuk bertindak

Akibat penipuan dunia maya pada 2023, negara-negara di Asia Tenggara dan Asia Timur diperkirakan kehilangan 37 miliar dolar AS (sekitar Rp621,5 triliun). Sementara, Amerika Serikat melaporkan kerugian lebih dari 5,6 miliar dolar AS (Rp94 triliun).

UNODC mengimbau pemerintah di Asia Tenggara dan sekitarnya untuk mengambil tindakan lebih lanjut. Hal tersebut meliputi peningkatan koordinasi intelijen keuangan dan kolaborasi investigasi antarnegara.

PBB juga mendesak masyarakat internasional untuk bertindak. Sebab, tidak ikut campur akan menimbulkan konsekuensi yang belum pernah terjadi sebelumnya bagi Asia Tenggara yang berdampak secara global.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Rama
EditorRama
Follow Us