Pegawai Pemerintah AS Dilarang Tinggalkan China, Ada Apa?

- Pegawai pemerintah AS dicekal meninggalkan China.
- China mengklaim menjunjung supremasi hukum.
- Pengadilan AS usut kasus mata-mata China.
Jakarta, IDN Times - Departemen Luar Negeri Amerika Serikat (AS) mengatakan seorang pegawai pemerintah AS telah dilarang meninggalkan China oleh otoritas negara tersebut, setelah bepergian ke sana untuk kunjungan pribadi. Pihaknya mengonfirmasi bahwa pegawai tersebut bekerja di Kantor Paten dan Merek Dagang AS, lembaga federal di bawah Departemen Perdagangan.
"Kami memantau kasus ini dengan sangat cermat dan bekerja sama dengan pejabat China, guna menyelesaikan situasi tersebut secepat mungkin," kata juru bicara Departemen Luar Negeri AS pada 21 Juli 2025, dikutip dari NHK News, Selasa (22/7/2025).
Hal ini merupakan yang terbaru dalam serangkaian insiden, di mana Beijing mencegah warga negara AS meninggalkan negaranya.
1. Kasus terbaru pencekalan warga AS ke luar China
Washington Post melaporkan bahwa pegawai tersebut adalah seorang laki-laki China-Amerika, yang melakukan perjalanan ke China beberapa bulan lalu untuk mengunjungi keluarga. Disebutkan, ia dicekal meninggalkan negara itu karena gagal mengungkapkan dalam permohonan visanya bahwa ia bekerja untuk pemerintah AS.
Pihak berwenang China memberlakukan larangan keluar, yang berarti orang tersebut tidak dapat meninggalkan negara itu selama penyelidikan atau peninjauan sedang berlangsung.
Chenyue Mao, seorang eksekutif perempuan di bank besar AS, Wells Fargo, juga telah diblokir untuk meninggalkan China. Dengan alasan privasi dan pertimbangan lainnya, Departemen Luar Negeri AS tidak mengomentari kasus Mao.
Merespons insiden tersebut, Wells Fargo telah menangguhkan semua perjalanan karyawannya ke Negeri Tirai Bambu.
2. China mengklaim bahwa pihaknya menjunjung tinggi supremasi hukum
Juru bicara Kementerian Luar Negeri China, Guo Jiakun, mengatakan bahwa Mao terlibat dalam kasus kriminal yang saat ini sedang ditangani oleh otoritas penegak hukum China dan dikenakan pembatasan keluar. Ia juga menekankan bahwa ini adalah kasus hukum individual.
"Siapa pun, baik warga China maupun warga negara asing, harus mematuhi hukum China di China," ujar Guo.
Sementara, saat ditanya mengenai kasus yang melibatkan pegawai pemerintah AS, Guo mengatakan bahwa ia tidak memiliki rincian untuk dibagikan. Namun, pihaknya menegaskan kembali negaranya menjunjung tinggi supremasi hukum dan menangani urusan masuk dan keluar sesuai dengan hukum, AP News melaporkan.
3. Pengadilan AS usut kasus warga yang menjadi mata-mata China

Washington dan Beijing kerap saling menuduh melakukan spionase dan mencampuri urusan dalam negeri masing-masing.
Baru-baru ini, Departemen Kehakiman AS mengatakan seorang peneliti AS kelahiran China, Chenguang Gong, telah mengaku bersalah atas pencurian rahasia dagang. Ini termasuk cetak biru untuk sensor inframerah yang dirancang untuk mendeteksi peluncuran rudal nuklir dan melacak rudal balistik.
Jaksa mengungkapkan Gong mentransfer lebih dari 3.600 berkas perusahaan ke perangkat penyimpanan pribadinya selama bekerja di sebuah firma penelitian dan pengembangan yang berpusat di Los Angeles.
"Sebelum mulai bekerja di perusahaan itu, Gong telah beberapa kali bepergian ke China. Ia mencari pendanaan untuk mengembangkan teknologi dengan aplikasi militer," ujar jaksa, dikutip dari Al Jazeera.