Pejabat Israel Kaget AS dan Houthi Gencatan Senjata

- Israel terkejut dengan gencatan senjata AS dan Houthi di Yaman.
- Gencatan senjata terjadi setelah Israel mengebom bandara di ibu kota Yaman, Sanaa.
- Houthi menghentikan serangan terhadap kapal-kapal di Laut Merah tetapi tidak melibatkan penghentian serangan terhadap Israel.
Jakarta, IDN Times - Para pejabat Israel dilaporkan terkejut dengan gencatan senjata antara Amerika Serikat (AS) dan kelompok Houthi di Yaman. Mereka mengatakan tidak mengetahui adanya upaya untuk mencapai kesepakatan semacam itu.
Menteri Luar Negeri Oman, Badr Albusaidi, mengumumkan gencatan senjata tersebut pada Selasa (7/5/2025), setelah Presiden AS, Donald Trump, menyatakan bahwa Washington akan menghentikan pengeboman terahdap sasaran Houthi di Yaman setelah kelompok itu setuju untuk mengakhiri serangan terhadap kapal-kapal di Laut Merah.
"Kami benar-benar terkejut. Israel tidak diberitahu sebelum Trump membuat pernyataan tersebut," kata seorang pejabat Israel kepada Jerusalem Post.
Seorang sumber Israel yang mengetahui masalah ini bahkan menggambarkan pengumuman gencatan senjata itu sebagai berita yang sangat buruk bagi Israel, terutama di tengah negosiasi yang sedang berlangsung antara AS dan Iran.
1. Serangan Houthi terhadap Israel akan terus berlanjut
Pengumuman gencatan senjata tersebut terjadi hanya beberapa jam setelah Israel mengebom bandara di ibu kota Yaman, Sanaa. Pihak bandara mengatakan bahwa fasilitas tersebut hancur total dan mengalami kerugian sekitar 500 juta dolar AS (sekitar Rp8,2 triliun).
Serangan Israel tersebut merupakan bagian dari serangkaian serangan balasan terhadap Houthi, setelah kelompok pemberontak itu menembakkan rudal ke Bandara Internasional Ben Gurion pada Minggu (4/5/2025). Rudal tersebut menghantam area perimeter bandara, menyebabkan delapan orang terluka dan menghentikan sementara aktivitas penerbangan
Pejabat senior Houthi, Mohammed Abdul Salam, mengatakan kesepakatan gencatan senjata dengan AS tidak mencakup penghentian serangan terhadap Israel.
"Dukungan Houthi terhadap rakyat Palestina di Gaza tidak akan berubah," katanya kepada Al-Masirah TV yang dikelola Houthi.
2. AS intensifkan serangan terhadap Yaman sejak Maret
Dilansir dari Anadololu, Yaman telah menghadapi serangan besar-besaran dari AS sejak pertengahan Maret 2025, termasuk sekitar 1.300 serangan udara dan laut. Kelompok Houthi menyebutkan bahwa ratusan warga sipil tewas akibat serangan tersebut.
Sejak November 2023, Houthi telah melancarkan lebih dari 100 serangan drone dan rudal terhadap kapal-kapal yang dianggap berkaitan dengan Israel di Laut Merah. Mereka mengatakan serangan tersebut dilakukan sebagai sebagai bentuk solidaritas terhadap warga Palestina di Jalur Gaza yang menghadapi serangan brutal Israel.
Kelompok ini menghentikan serangannya ketika Israel dan kelompok perlawanan Palestina Hamas mengumumkan gencatan senjata pada Januari 2025. Serangan kembali berlanjut pada Maret setelah Israel menghentikan bantuan kemanusiaan ke Gaza dan melanjutkan perang.
Lebih dari 52 ribu warga Palestina telah tewas akibat perang genosida Israel di Gaza sejak Oktober 2023. Sebagian besar korban adalah perempuan dan anak-anak.
3. Iran dan Arab Saudi sambut baik gencatan senjata AS-Houthi
Dilansir dari Al Jazeera, juru bicara Kementerian Luar Negeri Iran, Esmaeil Baqaei, menyambut baik penghentian agresi AS terhadap Yaman. Mereka juga memuji Houthi atas perlawanan mereka yang luar biasa.
Apresiasi serupa juga disampaikan oleh Arab Saudi.
"Kerajaan menyambut baik pernyataan yang dikeluarkan Kesultanan Oman mengenai tercapainya gencatan senjata di Yaman dengan tujuan melindungi navigasi dan perdagangan internasional,” kata Kementerian Luar Negeri Saudi dalam sebuah pernyataan.