Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

AS-Houthi Gencatan Senjata, Setop Pengeboman ke Yaman

pasukan Houthi di Kota Sanaa, Yaman. (Public domain, via Wikimedia Commons)

Jakarta, IDN Times - Presiden Donald Trump mengumumkan Amerika Serikat (AS) menghentikan serangan udara terhadap Houthi di Yaman. Pengumuman itu disampaikan Trump di Gedung Putih, Selasa (6/5/2025) saat bertemu Perdana Menteri Kanada Mark Carney.

Keputusan ini muncul setelah Houthi yang didukung Iran setuju tidak lagi menyerang kapal di Laut Merah. Oman berhasil menengahi kesepakatan gencatan senjata antara AS dan Houthi.

Kedua pihak tidak akan lagi saling menyerang, termasuk kapal AS di Laut Merah dan Selat Bab al-Mandab. Kesepakatan ini diharapkan dapat memulihkan aktivitas pelayaran di jalur perdagangan vital tersebut.

Pengumuman terjadi beberapa jam setelah Israel menyerang bandara utama Yaman di Sanaa. Serangan Israel merupakan balasan setelah rudal Houthi jatuh dekat Bandara Ben Gurion Tel Aviv pada Minggu (4/5/2025). 

1. Trump sebut Houthi telah menyerah

Trump menyatakan Houthi tidak ingin bertarung lagi dan telah menyerah. AS akan memegang janji Houthi untuk saat ini. 

"Houthi telah memberitahu kami bahwa mereka tidak ingin berperang lagi. Mereka sudah tidak ingin bertarung, dan kami akan menghormati itu,  kami akan menghentikan pengeboman," kata Trump, dilansir Al Jazeera. 

Marco Rubio, Menteri Luar Negeri AS dan penasihat keamanan nasional sementara, menyebut kesepakatan itu sebagai perkembangan penting. Dia menjelaskan bahwa masalah ini selalu terkait kebebasan navigasi dan tugas AS adalah menghentikan gangguan terhadap lalu lintas perdagangan global, dilansir CNN. 

Mohammed Ali al-Houthi, anggota Dewan Politik Tertinggi Houthi, menanggapi pengumuman Trump dengan hati-hati.

"Pengumuman Trump tentang penghentian agresi AS terhadap Yaman akan dievaluasi di lapangan terlebih dahulu. Sejak dulu, operasi Yaman merupakan dukungan untuk Gaza demi menghentikan agresi dan membuka aliran bantuan," tulis al-Houthi di platform X.

2. Oman jadi penengah perjanjian AS-Houthi

Oman berperan penting dalam kesepakatan gencatan senjata antara AS dan Houthi. Negara ini rutin menjadi perantara antara AS dan kelompok Houthi dalam beberapa tahun terakhir.

Badr Albusaidi, Menteri Luar Negeri Oman, telah mengonfirmasi kesepakatan ini.

"Setelah diskusi dan kontak terbaru yang dilakukan oleh Kesultanan Oman dengan AS dan otoritas terkait di Sanaa, Republik Yaman, kedua belah pihak akhirnya mencapai kesepakatan gencatan senjata," tulis Albusaidi.

Operasi militer AS terhadap Houthi yang disebut Operation Rough Rider telah berlangsung sejak 15 Maret 2025. Militer AS mengklaim telah menyerang lebih dari 1.000 target dan menewaskan ratusan pejuang Houthi beserta pemimpinnya, dilansir NBC.

3. Houthi masih akan tetap serang Israel

Meski menyetujui gencatan senjata dengan AS, pemimpin Houthi masih akan melanjutkan serangan terhadap Israel.

"Kami akan terus mendukung Gaza apapun risikonya. Kejadian ini membuktikan serangan kami efektif dan kami akan melanjutkannya," kata Mahdi al-Mashat, kepala Dewan Politik Tertinggi Houthi.

Israel menyerang bandara Sanaa, Yaman pada Selasa (6/5/2025), untuk kedua kalinya dalam dua hari. Serangan ini menghancurkan tiga pesawat Yemenia Airlines dan melumpuhkan seluruh bandara utama Yaman. Militer Israel juga menargetkan beberapa pembangkit listrik di negara itu.

Menteri Pertahanan Israel, Israel Katz, menyebut serangan tersebut sebagai peringatan untuk Iran yang dianggap mendukung Houthi. Media Houthi melaporkan, serangan Israel juga mengenai pabrik semen dan pembangkit listrik Haziz, mengakibatkan tiga orang tewas dan 38 luka-luka.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Rama
EditorRama
Follow Us