Pelapor Khusus PBB Minta Staf Medis Dunia Boikot Israel

- Francesca Albanese mendesak para profesional medis dunia memutuskan hubungan dengan Israel atas penghancuran sistem kesehatan Gaza.
- Rumah sakit dan klinik di Gaza menjadi sasaran pasukan Israel, menyebabkan kurangnya pasokan medis penting dan kerusakan infrastruktur.
Jakarta, IDN Times - Pelapor Khusus PBB untuk Palestina, Francesca Albanese mendesak para profesional medis di seluruh dunia untuk memutuskan hubungan dengan Israel, sebagai tanggapan langsung atas penghancuran sistem kesehatan di Gaza.
“Saya mendesak para profesional medis di seluruh dunia untuk mengupayakan pemutusan semua hubungan dengan Israel dengan cara konkret untuk secara tegas mengecam penghancuran penuh sistem perawatan kesehatan Palestina di Gaza oleh Israel,” kata Albanese, dikutip dari Anadolu, Selasa (31/12/2024).
Saat ini PBB juga khawatir akan krisis kemanusiaan yang makin memburuk di Gaza, di mana rumah sakit dan klinik kesehatan menjadi sasaran dari pasukan Israel.
“Kurangnya pasokan medis penting, kerusakan infrastruktur dan hilangnya nyawa telah membuat sektor kesehatan Gaza mesti berjuang terus,” ucap dia.
Albanese juga menyoroti kasus Dr. Hussan Abu Safiya, seorang dokter Palestina yang telah ditahan oleh otoritas Israel. Ia menyerukan pembebasannya segera dan menambahkan tagar #FreeDrHussanAbuSafiya dalam cuitannya di media sosial X, untuk mendukung perjuangannya.
1. Warga Palestina kekurangan pangan di musim dingin

Warga Palestina di Jalur Gaza menghadapi kekurangan pangan yang parah pada musim dingin ini akibat serangan Israel yang terus berlanjut, yang telah mengganggu rantai pasokan dan menghambat pengiriman bantuan kemanusiaan.
Banyak keluarga di daerah kantong tersebut tidak dapat memperoleh pasokan makanan pokok dan air bersih, sementara harga-harga kebutuhan pokok telah meroket. Masyarakat di Gaza harus menunggu dalam antrean panjang selama berjam-jam di pusat-pusat distribusi makanan.
Lebih dari 14 bulan sejak pecahnya konflik Israel-Palestina pada Oktober 2023, krisis kemanusiaan di Gaza terus berlanjut.
2. Anak-anak meninggal di kamp pengungsian

Tiga anak Palestina meninggal di kamp pengungsian sementara dalam sepekan terakhir karena kedinginan, menurut Direktur Jenderal Kementerian Kesehatan Gaza, Munir Al-Barsh, pekan lalu.
Bayi berusia dua pekan, Sila Mahmoud Al-Faseeh meninggal akibat cuaca dingin di kamp pengungsian di Al-Mawasi, Khan Younis, pada Rabu. Dia menjadi bayi kedua yang meninggal di kamp yang sama setelah Aisha Adnan Al-Qassas pada 20 Desember 2024.
3. Jumlah korban tewas di Gaza terus bertambah

Pasukan Israel masih terus membombardir Jalur Gaza sampai hari ini. Jumlah korban tewas pun terus meningkat. Data dari Kementerian Kesehatan Gaza per tadi malam, korban tewas meningkat menjadi 45.541 orang. Selain itu, sebanyak 108.338 orang juga dilaporkan terluka.
"Pasukan Israel menewaskan 27 orang dan melukai 149 lainnya dalam empat pembantaian keluarga dalam 24 jam terakhir,” sebut pernyataan Kemenkes Gaza.
"Banyak orang masih terjebak di bawah reruntuhan dan di jalan karena tim penyelamat tidak dapat menjangkau mereka," tambah pernyataan itu.