Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

Penduduk Gaza Terancam Kehausan karena Krisis Air Bersih

Seorang anak kecil berjalan di dalam Gaza selama perang Gaza-Israel untuk mendapatkan makanan (commons.wikimedia.org/Jaber Jehad Badwan)
Intinya sih...
  • Penduduk Gaza terancam kehausan karena krisis air akibat serangan Israel dan kerusakan infrastruktur yang membuat layanan air hampir terhenti.
  • Fasilitas sanitasi dan layanan air rusak parah, menyebabkan penduduk hanya memiliki rata-rata 3-5 liter air per orang per hari, jauh di bawah standar WHO.
  • Krisis air bersih meningkatkan risiko kesehatan masyarakat, sementara Israel menutup akses ke Gaza sejak 2 Maret 2025 setelah berakhirnya fase pertama kesepakatan gencatan senjata.

Jakarta, IDN Times - Penduduk Jalur Gaza terancam tewas kehausan karena sekarat di tengah krisis air yang melanda.

Krisis air itu disebabkan fasilitas sanitasi dan layanan air bersih Palestina runtuh di tengah serangan Israel yang tak kunjung henti.

1. Hampir semua fasilitas sanitasi dan layanan air rusak

Dilansir Xinhua News, Minggu (11/5/2025), operasi militer Israel, kerusakan infrastruktur yang meluas, pemadaman listrik, dan pembatasan bahan bakar dan pasokan penting telah membuat layanan air hampir terhenti.

Berdasarkan pernyataan Otoritas Air Palestina (PWA), akibat dari kondisi itu, 85 persen fasilitas sanitasi dan layanan air rusak parah.

2. Penduduk Gaza hanya dapat lima liter air per hari

Dengan kerusakan parah itu, penduduk hanya memiliki rata-rata 3-5 liter air per orang per hari. Angka tersebut jauh di bawah standar darurat minimum Organisasi Kesehatan Dunia atau World Health Organization (WHO), yaitu minimal 15 liter per hari.

PWA juga mengatakan, krisis air bersih meningkatkan risiko kesehatan masyarakat.

Selain itu, rusaknya layanan sanitasi menghentikan pengolahan air limbah yang mengalir ke daerah permukiman.

3. Israel langgar hukum perang internasional

PWA menuduh Israel melanggar hukum humaniter internasional dan menyerukan penghentian segera operasi militer. Serangan Israel disebut sebagai praktik pendudukan sistematis. Sehingga mereka menuntut pencabutan blokade, dan perlindungan pekerja sektor air.

Secara terpisah, kantor media pemerintah yang dipimpin Hamas di Gaza menuduh Israel melakukan kejahatan terorganisasi terhadap lebih dari 2 juta warga sipil di Jalur Gaza dengan memberlakukan blokade menyeluruh dan membatasi masuknya pasokan kemanusiaan.

Dalam sebuah pernyataan pada hari Jumat, kantor tersebut mengatakan Israel telah menutup semua penyeberangan Gaza selama 70 hari berturut-turut, memblokir masuknya sekitar 39 ribu truk bantuan yang membawa bahan bakar, makanan, dan pasokan medis.

Israel menutup akses ke Gaza sejak 2 Maret 2025, setelah berakhirnya fase pertama kesepakatan gencatan senjata yang dicapai dengan Hamas pada bulan Januari. Fase kedua belum dilaksanakan karena kedua pihak tidak mendapatkan kesepakatan.

Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Vadhia Lidyana
Dwi Agustiar
Vadhia Lidyana
EditorVadhia Lidyana
Follow Us