Pertahanan Udara Israel Tak Mampu Hadapi Serangan Iran Selanjutnya

- Sistem pertahanan udara Israel diprediksi tak mampu menahan serangan Iran dan Hizbullah.
- Serangan Iran pada Oktober 2024 berhasil menghantam pangkalan udara Israel, menunjukkan kekurangan sistem pertahanan udara.
- AS menyuplai Israel dengan rudal THAAD untuk memperkuat pertahanan udaranya, namun biayanya mencapai ratusan juta dolar.
Jakarta, IDN Times – Sistem pertahanan udara Israel diprediksi tak akan mampu menahan serangan Iran selanjutnya. Mantan pejabat senior pertahanan Amerika Serikat (AS), Dana Stroul, mengatakan Israel berisko kekurangan pasokan rudal ke depannya.
"Jika Iran menanggapi serangan Israel dan Hizbullah juga ikut serta, pertahanan udara Israel akan kewalahan," kata Stroul, dilansir The Jerussalem Post, Selasa (15/10/2024).
Pertahanan udara menjadi hal yang harus diperhitungkan oleh Israel sebelum melancarkan balasan ke Iran terkait serangan pada 1 Oktober 2024 lalu. Presiden Iran, Masoud Pezeshkian, telah berjanji bahwa Teheran akan membalas serangan Israel jika berani melakukan serangan ke Iran.
1. Serangan Iran semakin presisi dan mudah lolos

Serangan Iran kini cukup mengkhawatirkan bagi Israel. Pasalnya, serangan Iran pada April lalu 99 persen berhasil dicegat. Namun, serangan pada 1 Oktober ini memperlihatkan kekakuratan dan mudahnya rudal Iran menghantam sasaran di Israel.
Sistem pertahanan udara Israel sendiri terdiri dari Iron Dome untuk mencegah rudal jarak pendek dari Hamas, David’s Sling untuk mencegah rudal jarak menengah dari Hizbullah, dan Arrow system yang dapat menahan rudal balistik Iran. Sistem pertahanan tersebut selalu aktif 24 jam untuk mengamankan wilayah udara Israel.
Pada Oktober ini 30 rudal menghantam Pangkalan Udara Nevatim, dan satu rudal meledak di dekat markas Mossad. Dengan kata lain, sistem pertahanan Israel yang terdiri dari tiga lapis kini mudah ditembus oleh Iran.
2. Pasokan rudal Israel gak mencukupi

Storul mencatat bahwa AS tak akan mampu secara terus menerus memberikan pasokan kepada Israel saat ini karena stok senjata kian menipis. Boaz Levy, CEO Israel Aerospace Industries, yang memproduksi senjata itu juga mengafirmasi hal tersebut.
”Bukan rahasia lagi bahwa kami perlu mengisi kembali stok,” katanya.
Sistem Terminal High Altitude Area Defense (THAAD) yang dipasok AS baru-baru ini disebut akan digunakan untuk mengisi kekurangan roket Arrow System Israel.
Biaya untuk rudal pencegat tersebut juga tak sedikit. Perkiraan biaya untuk setiap pencegat Arrow berkisar antara 2-3 juta dolar.
Israel dapat dengan mudah menggunakan sekitar 600-900 juta dolar untuk pencegat Arrow untuk mempertahankan diri. Israel telah menggunakan pencegat Arrow secara berkala untuk menembak jatuh rudal balistik yang ditembakkan oleh Houthi Yaman dan kadang-kadang untuk menembak jatuh rudal dari Hizbullah.
3. AS pasok rudal THAAD ke Israel

Sebagai bantuan, AS telah menyuplai Israel dengan rudal THAAD. Departemen Pertahanan AS pada Minggu (13/10/2024) mengatakan bahwa Menteri Pertahanan Lloyd Austin telah memberikan izin untuk pengerahan rudal dan kru senjata tersebut ke Israel.
"Baterai THAAD akan memperkuat sistem pertahanan udara terpadu Israel. Tindakan ini menggarisbawahi komitmen kuat AS untuk membela Israel, dan untuk membela warga Amerika di Israel, dari serangan rudal balistik lebih lanjut oleh Iran," kata Pentagon, dilansir Al Jazeera.
Israel telah berjanji untuk menyerang balik Iran. Meski demikian, Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu, mengatakan kepada presiden AS Joe Biden, bahwa pihaknya tak akan menyerang fasilitas nuklir dan minyak. Israel memilih akan menyasar target militer.
Adapun Biden telah menyatakan tak akan mendukung Israel atas rencana serangannya ke fasilitas nuklir dan minyak Iran. Biden dengan tegas menolak hal tersebut.