Politisi Korsel Serukan Peningkatan Keamanan usai Insiden Penikaman

Jakarta, IDN Times - Ketua partai oposisi utama Korea Selatan Hong Ik-pyo menyebut insiden penikaman yang menimpa pimpinan partainya pada Selasa (2/1/2024) sebagai ancaman terhadap demokrasi. Ia mendesak pihak berwenang untuk melakukan penyelidikan secepatnya dan meningkatkan keamanan bagi tokoh-tokoh politik terkemuka.
Pemimpin Partai Demokrat Lee Jae-myung masih dalam perawatan intensif di rumah sakit pada Rabu (3/1/2024), sehari setelah insiden penikaman terhadapnya. Ia menjalani operasi selama lebih dari dua jam pada Selasa (2/1/2024) malam untuk memperbaiki pembuluh darah besar di lehernya yang teriris akibat ditikam dengan pisau.
“Tindakan teror terhadap Ketua Lee Jae-myung jelas merupakan tantangan terhadap demokrasi dan ancaman terhadap demokrasi,” kata Hong dalam pertemuan dewan pimpinan partai.
1. Tokoh seperti Lee sangat rentan terhadap ancaman keselamatan
Jin Jeong-hwa, seorang saksi di lokasi penikaman, mengatakan bahwa insiden tersebut jelas menunjukkan perlunya perlindungan keamanan yang lebih ketat bagi para pemimpin politik.
“Orang-orang seperti pemimpin oposisi benar-benar membutuhkan petugas keamanan khusus,” kata Jin dalam wawancara dengan Reuters.
Berdasarkan pengalamannya di acara-acara politik, tokoh seperti Lee sangat rentan terhadap ancaman keselamatan.
Lee, yang berusia 59 tahun, kalah tipis dari Presiden Korea Selatan Yoon Suk Yeol, yang berasal dari Partai Kekuatan Rakyat yang konservatif, dalam pemilu tahun 2022. Ia kemudian memimpin partai oposisi utama sejak Agustus 2022.
Dilansir Reuters, Korea Selatan memiliki sejarah kekerasan politik meskipun ada pembatasan ketat terhadap kepemilikan senjata. Pendahulu Lee, Song Young-gil, terluka pada 2022 akibat mendapat serangan benda tumpul di kepalanya.
Pemimpin partai oposisi konservatif Park Geun-hye, yang kemudian menjabat sebagai presiden, disayat wajahnya pada 2006. Ayahnya, Park Chung-hee, yang menjabat presiden selama 16 tahun, ditembak mati oleh kepala mata-mata pada 1979.
2. Korsel adakan pemilihan parlemen pada 10 April
Serangan terhadap Lee terjadi hanya 100 hari sebelum Korea Selatan mengadakan pemilihan parlemen pada April, ketika Partai Kekuatan Rakyat yang berkuasa berupaya merebut kembali kursi mayoritas dari Partai Demokrat.
Presiden Yoon menyatakan keprihatinan mendalam atas keselamatan Lee usai serangan tersebut. Ia menekankan kekerasan semacam itu tidak boleh ditoleransi dalam keadaan apa pun, dan memerintahkan polisi untuk segera menyelidikinya.
Kedua partai kini telah mengurangi acara berskala besar dan jadwal lainnya. Ketua partai oposisi juga mendesak anggotanya agar menahan diri untuk tidak membuat interpretasi politik atas insiden tersebut.
“Para anggota, mohon jangan terpengaruh dan, selain mengungkapkan harapan untuk kesembuhan Lee, hindari membuat interpretasi politik atau menyebut tersangka sehubungan dengan insiden tersebut,” kata Hong.
3. Tersangka mengaku berniat membunuh Lee
Dilansir Yonhap, polisi pada Rabu mengatakan bahwa mereka berencana untuk meminta surat perintah penangkapan terhadap tersangka penikaman, yang kini masih ditahan di kantor polisi.
Tersangka, yang diidentifikasi hanya dengan nama belakangnya Kim, 66 tahun, dituduh menikam leher Lee, dengan cara berpura-pura meminta tanda tangannya pada Selasa pagi. Insiden tersebut terjadi saat ketua partai oposisi itu berkunjung ke lokasi pembangunan bandara baru di Pulau Gadeok Busan.
Polisi sebelumnya mengungkapkan bahwa Kim telah mengaku berniat membunuh Lee. Hal ini dibuktikan dengan pembelian dan modifikasi pisau gunung berukuran 17 sentimeter, yang menunjukkan adanya perencanaan untuk kejahatan tersebut. Ia juga dilaporkan telah mengikuti rencana tur Lee di kota-kota selatan.
Penyelidik juga telah menggeledah rumah dan kantor Lee di kota Asan, lebih dari 300 km dari lokasi serangan. Polisi mengatakan bahwa mereka akan berkonsentrasi untuk mengetahui motif pasti di balik serangan itu.