Prancis Bongkar Kampanye Disinformasi dari Rusia

Jakarta, IDN Times - Menteri Luar Negeri Prancis Catherine Colonna, pada Selasa (13/6/2023), mengaku berhasil membongkar kampanye disinformasi yang diduga dilakukan oleh Rusia. Ia juga menyebut Moskow melakukan aksi serupa di beberapa negara Barat lainnya.
Pada akhir Maret, Parlemen Prancis menyebut bahwa kelompok hacker pro-Rusia, NoName057(16) ada di balik aksi serangan siber di website-nya. Aksi mereka diketahui dari akun Telegram-nya dan disebut mendorong aksi demonstrasi penolakan perpanjangan pensiun.
1. Colonna sebut Rusia berniat merusak dukungan Barat ke Ukraina
Colonna mengungkapkan bahwa kampanye disinformasi dari Rusia ini bertujuan merusak dukungan Barat kepada Ukraina. Badan Intelijen Prancis diketahui berhasil mengungkap intervensi asing dalam media online.
"Kedutaan Besar Rusia dan Pusat Kebudayaan Rusia ikut serta secara aktif dalam menyebarkan kampanye, termasuk akun penyebaran lewat jejaring sosial. Ini menunjukkan bahwa Rusia masih melanjutkan strategi hybrid dalam upaya merusak kondisi perdebatan demokratik," tutur Colonna, dikutip Politico.
Rusia disebut memberikan kampanye pro-Rusia dengan meniru media besar di Prancis, Le Monde, Le Figaro, dan Le Parisien, beserta laman milik institusi pemerintahan. Mereka mengubah pandangan dan menciptakan akun palsu dalam menyebar konten tersebut.
2. Pelaku memroduksi artikel pro-Rusia di laman media palsu
Kampanye Rusia dilakukan dengan memroduksi artikel palsu di dalam laman yang serupa dengan media besar yang punya kredibilitas di Prancis. Namun, domain media palsu buatan Rusia tersebut berbeda dari sebenarnya, seperti dari aslinya .fr menjadi .ltd.
Dilaporkan France24, operasi ini berhasil diungkap oleh pemerintah dalam fase kedua kampanye yang mulai naik ke permukaan pada 2022. Pelaku diketahui melakukan mode yang lebih modern untuk menghindar dari hukuman dan agar lebih sulit terlihat.
Operasi Doppelgaenger tersebut sudah diinisiasi pada 2022 oleh beberapa organisasi, termasuk EU Disinfolab dan Meta. Hasil ini diharapkan dapat mengakhiri operasi disinformasi dari Rusia.
3. Swiss juga mendapat serangan dari hacker pro-Rusia
Pada Senin (12/6/2023), Swiss mengumumkan bahwa beberapa laman miliknya menjadi target serangan siber DDos. Terdapat dugaan bahwa serangan ini berasal dari kelompok peretas asal Rusia.
Pusat Keamanan Siber Swiss (NCSC) menyebut bahwa beberapa laman milik pemerintah federal dan perusahaan yang berafiliasi dengan konfederasi tidak dapat diakses karena terdampak serangan siber. Hacker NoName disebut berada di balik aksi ini.
"NCSC sedang manganalisis serangan ini bersama dengan unit administrasi dan akan menentukan kebijakan yang sesuai," tutur NCSC, dikutip Reuters.
Serangan ini berlangsung ketika Parlemen Swiss mempersiapkan pemutaran video Presiden Ukraina, Volodymyr Zelenskyy, yang dijadwalkan pada Kamis dan bersamaan dengan Hari Nasional di Rusia.
Pekan lalu, laman Parlemen Swiss juga diserang oleh kelompok NoName. Melalui akun Telegram-nya, kelompok itu melakukan serangan dengan alasan perilaku Swiss yang Rusofobia dan memberlakukan sanksi kepada Moskow.