Prancis: Penderitaan Manusia di Gaza Tak Dapat Ditoleransi

Jakarta, IDN Times - Presiden Prancis Emmanuel Macron menegaskan kembali penentangan kerasnya terhadap langkah Israel untuk mengintensifkan serangannya di Gaza.
Pada Senin (19/5/2025), Macron mengatakan bahwa tingkat penderitaan manusia di wilayah kantong Palestina itu tidak dapat ditoleransi.
"Kami dengan tegas menentang perluasan operasi militer Israel di Gaza. Tingkat penderitaan manusia tidak dapat ditoleransi. Menjelang konferensi 18 Juni di New York, kami semua harus bekerja untuk menerapkan solusi dua negara," ungkap Macron, dilansir Anadolu.
Israel telah melancarkan serangan darat baru di Gaza yang diberi nama Gideon’s Chariots selama akhir pekan. Pasukan Pertahanan Israel (IDF) mengatakan operasi tersebut bertujuan mencapai semua tujuan perang di Gaza, termasuk mengalahkan Hamas dan mengamankan pembebasan sandera yang tersisa di wilayah tersebut.
Pada Juni mendatang, Arab Saudi dan Prancis akan menjadi tuan rumah konferensi internasional yang dukungan PBB. Pertemuan itu bertujuan menetapkan peta jalan bagi negara Palestina.
1. Serangan Israel tewaskan lebih dari 300 orang dalam 72 jam
Dilansir NBC News, Otoritas Kesehatan Gaza mengungkapkan bahwa pengeboman Israel telah menewaskan lebih dari 300 orang dalam 72 jam hingga Senin. Invasi Negara Zionis tersebut telah menewaskan lebih dari 53 ribu orang di daerah kantong itu, dan terus bertambah seiring berlanjutnya serangan.
Menurut PBB, 92 persen rumah di Gaza telah hancur atau rusak. Badan itu menambahkan bahwa banyak orang telah mengungsi berkali-kali dan terjadinya kelangkaan tempat berlindung.
Serangan Israel terjadi ketika kelompok-kelompok bantuan internasional telah berulang kali memperingatkan terkait risiko kelaparan di Gaza, setelah pemerintah Perdana Menteri Benjamin Netanyahu mempertahankan blokade bantuan penuh selama hampir 3 bulan.
2. Bantuan yang diizinkan masuk oleh Israel sangat tidak memadai

Netanyahu baru-baru ini mengatakan bakal mengizinkan pasokan pangan untuk memasuki Gaza dalam jumlah terbatas. Hal tersebut diumumkan setelah meningkatnya tekanan internasional atas bencana kelaparan yang mengancam.
Para pemimpin dari Inggris, Prancis, dan Kanada mengkritik izin tersebut sangat tidak memadai. Kepala bantuan kemanusiaan PBB, Tom Fletcher, mengatakan jumlah truk bantuan yang telah diizinkan masuk seperti setetes air di lautan dari apa yang sangat dibutuhkan, dilaporkan BBC.
Hamas mendesak masyarakat internasional untuk menekan Israel agar mengizinkan sedikitnya 500 truk bantuan dan 50 truk bahan bakar untuk masuk ke Gaza setiap harinya. Milisi perlawanan Palestina itu menyebut tanda-tanda kelaparan dan keruntuhan kemanusiaan telah memburuk pada tingkat yang mengerikan.
3. Inggris-Prancis-Kanada ultimatum Israel untuk menghentikan serangan

Para pemimpin Inggris, Prancis, dan Kanada mengancam akan mengambil tindakan konkret, termasuk sanksi, jika Israel tidak menghentikan serangan militernya yang baru dan terus memblokir bantuan untuk memasuki Gaza.
Menanggapi ancaman tersebut, Netanyahu mengatakan bahwa ketiga pemimpin negara Eropa itu telah menawarkan hadiah besar bagi Hamas. Dia meminta agar semua pemimpin benua biru itu mengikuti visi Presiden AS, Donald Trump, untuk mengakhiri konflik.
Pernyataan ketiga pemimpin Eropa itu menegaskan kembali dukungan untuk gencatan senjata, serta penerapan solusi dua negara. Solusi itu mengusulkan berdirinya negara Palestina merdeka yang akan berdiri berdampingan dengan Israel.