Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

Profil Kelompok Separatis BLA yang Bajak Kereta Api di Pakistan

kereta api di Pakistan. (unsplash.com/Hassaan Malik)
Intinya sih...
  • Pasukan keamanan Pakistan berhasil membebaskan 346 penumpang kereta Jaffar Express yang dibajak kelompok bersenjata BLA.
  • BLA merupakan kelompok separatis yang menuntut kemerdekaan Balochistan, provinsi terluas dan termiskin di Pakistan.
  • Kelompok ini dipimpin oleh Bashir Zaib dan mendapat dana dari sumber ilegal serta dukungan diaspora Baloch di luar negeri.

Jakarta, IDN Times - Pasukan keamanan Pakistan berhasil membebaskan 346 penumpang kereta Jaffar Express yang dibajak kelompok bersenjata Tentara Pembebasan Balochistan (BLA) pada Selasa (11/3/2025).

Kejadian di provinsi Balochistan ini menewaskan 33 militan BLA dan 21 warga sipil dalam baku tembak selama 36 jam.

BLA merupakan kelompok separatis yang menuntut kemerdekaan Balochistan, provinsi terluas dan kaya sumber daya namun termiskin di Pakistan. Kelompok ini telah melancarkan lebih dari 150 serangan dalam setahun terakhir.

Berikut sejarah terbentuknya BLA hingga menjadi salah satu ancaman terbesar bagi stabilitas Pakistan.

1. Sejarah berdirinya BLA

peta Balochistan. (Central Intelligence Agency, Public domain, via Wikimedia Commons)

Konflik di Balochistan berakar dari sejarah panjang marginalisasi sejak bergabung dengan Pakistan pada 1948. Rakyat Balochistan merasa sumber daya alam mereka dieksploitasi tanpa memberikan kesejahteraan bagi penduduk lokal.

Dilansir Al Jazeera, provinsi ini dihuni sekitar 15 juta dari total 240 juta penduduk Pakistan berdasarkan sensus 2023. Indeks pembangunan manusia Balochistan tercatat hanya 0,421, jauh di bawah provinsi Punjab yang mencapai 0,732.

Ketidakpuasan ini memicu lahirnya BLA pada awal tahun 2000-an. Gerakan perlawanan semakin menguat setelah pemimpin nasionalis Nawab Akbar Bugti tewas dalam operasi militer Pakistan pada 2006.

Kelompok ini awalnya dipimpin tokoh-tokoh suku tradisional seperti keluarga Marri. Seiring waktu, kepemimpinan beralih ke kalangan muda terdidik dari organisasi mahasiswa. Mereka menolak tawaran otonomi dan bersikeras menuntut kemerdekaan penuh.

2. Perkembangan sentimen anti-China

Ilustrasi bendera China. (unsplash.com/Yan Ke)

BLA berkembang menjadi gerakan separatis sekuler yang berbeda dari kelompok militan lain di Pakistan. Kelompok ini tidak mengejar agenda keagamaan seperti ISIS-K atau Taliban Pakistan.

Perhatian BLA kemudian beralih ke investasi China yang semakin masif di Balochistan. Provinsi itu menjadi rumah bagi pelabuhan strategis Gwadar. Pelabuhan ini merupakan bagian dari Koridor Ekonomi China-Pakistan dengan nilai hingga 62 miliar dolar AS (sekitar Rp1.013 triliun). Proyek ini dianggap hanya menguntungkan pemerintah pusat dan Beijing.

Sentimen anti-China menguat karena minimnya manfaat proyek bagi penduduk lokal. Misalnya, tambang emas dan tembaga Saindak yang dioperasikan perusahaan China hanya memberikan 5 persen pendapatan ke pemerintah provinsi. Penduduk lokal pun hanya mendapat pekerjaan kasar dengan kondisi tidak aman.

3. Struktur dan kepemimpinan BLA

bendera BLA. (Frodo11112, CC0, via Wikimedia Commons)

BLA kini dipimpin Bashir Zaib, mantan aktivis mahasiswa berusia 40-an tahun dari distrik Nushki. Pergantian kepemimpinan terjadi setelah pemimpin sebelumnya, Aslam Baloch, tewas dalam serangan bom di Kandahar, Afghanistan tahun 2018.

Wakil pimpinan BLA, Hammal Rehan, menguasai beberapa bahasa termasuk Inggris, Urdu, dan Persia. Ia memimpin unit khusus Brigade Majeed yang dibentuk tahun 2010. Unit ini bertugas melakukan serangan-serangan berani terhadap target-target strategis.

Kemampuan tempur BLA meningkat drastis setelah bergabungnya mantan perwira militer Pakistan, Rehman Gul Baloch. Dilansir The Guardian, mantan tentara lulusan Universitas Peshawar ini membantu kelompok mengembangkan taktik dari serangan hit-and-run menjadi operasi skala besar.

Markas pelatihan BLA tersebar di wilayah perbatasan Iran dan Afghanistan. Lokasi strategis ini memudahkan mereka mengakses senjata dan melakukan operasi lintas batas.

4. Cara BLA merekrut anggota dan mendanai operasi

bendera Pakistan. (unsplash.com/Hamid Roshaan)

BLA mendapat dana dari berbagai sumber ilegal. Tambang batu bara di Balochistan menjadi sumber pemasukan utama kelompok ini. Mereka juga terlibat dalam penyelundupan, penculikan, dan perdagangan narkotika.

Pemerintah Pakistan menuding India memberikan dana kepada BLA. Namun, kelompok ini mengklaim beroperasi mandiri dari simpati dan dukungan rakyat Balochistan. BLA turut menerima dukungan finansial dari diaspora Baloch di luar negeri.

BLA mendapat senjata dari pasar gelap di perbatasan Iran dan Afghanistan. Kelompon ini mencuri kesempatan dengan merebut senjata-senjata yang ditinggalkan pasukan AS di Afghanistan pada 2021.

BLA sendiri berhasil merekrut anggota dari kalangan terdidik, termasuk ahli teknologi informasi, analis data, dan profesional lainnya. Para pemuda Baloch tertarik bergabung karena kekecewaan terhadap kebijakan pemerintah dan kasus-kasus penghilangan paksa.

Media sosial menjadi sarana andalan BLA untuk melancarkan propaganda dan perekrutan. Mereka rutin mempublikasikan literatur perjuangan dan video operasi tempur untuk menarik anggota potensial.

5. Jejak serangan BLA dari masa ke masa

tentara Pakistan di Karachi. (Wikimedia Commons/Voice of America)

Balochistan telah mengalami lima gelombang pemberontakan sejak bergabung dengan Pakistan pada 1947. Namun, BLA sendiri baru muncul pada akhir 1990-an dan menjadi lebih aktif di awal 2000-an. Gerakan bersenjata mereka semakin intensif setelah pembunuhan pemimpin nasionalis Nawab Akbar Bugti oleh militer Pakistan pada 2006.

Kelompok ini mulai menyasar aset dan warga China secara intensif sejak 2018, dimulai dengan serangan terhadap pekerja China di kota Dalbandin. BLA menyerang Konsulat China di Karachi pada November 2018. Empat orang tewas dalam insiden tersebut termasuk dua polisi, sementara staf konsulat selamat. Dua tahun kemudian, BLA menyerang gedung Bursa Efek Karachi yang sebagian sahamnya dimiliki konsorsium China.

Intensitas serangan meningkat tajam pada 2021 dimana jumlah serangan BLA berlipat ganda dibanding tahun sebelumnya. Pada 2022, BLA mengerahkan pengebom bunuh diri perempuan yang menarik perhatian global. Shari Baloch, seorang guru berusia 30 tahun, meledakkan diri di Universitas Karachi dan menewaskan tiga pengajar China, dilansir NYT.

BLA semakin berani pada November 2024 saat membom stasiun kereta Quetta yang menewaskan puluhan orang. Dilansir The Conversation, kelompok ini telah melancarkan lebih dari 150 serangan dalam setahun terakhir. Pembajakan kereta Jaffar Express menjadi serangan terbaru BLA di tahun ini.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Sonya Michaella
EditorSonya Michaella
Follow Us