Qatar Bantah Klaim Trump soal Peringatan Serangan Israel di Doha

- Qatar bantah adanya peringatan sebelum serangan Israel di Doha, menegaskan klaim Gedung Putih tidak sesuai kenyataan.
- Hamas tuduh AS ikut bertanggung jawab atas serangan tersebut, menyebut Washington memberi "lampu hijau" kepada Israel.
- Serangan Israel di Doha bisa memperburuk kredibilitas Amerika Serikat di Timur Tengah, Qatar tetap akan menjaga perannya sebagai mediator dalam perundingan gencatan senjata di Gaza.
Jakarta, IDN Times – Pemerintah Qatar membantah klaim Gedung Putih yang menyatakan bahwa Presiden Amerika Serikat (AS), Donald Trump telah memberi peringatan sebelum serangan Israel menghantam Doha. Dilansir Al Jazeera, Qatar menegaskan bahwa informasi itu “sepenuhnya salah” karena panggilan dari AS baru diterima setelah ledakan terjadi di ibu kota Qatar.
Sebelumnya, juru bicara Gedung Putih, Karoline Leavitt mengatakan Trump telah memerintahkan utusannya untuk menginformasikan Qatar soal serangan tersebut. Namun, Menteri Luar Negeri Qatar Sheikh Mohammed bin Abdulrahman Al Thani menyebut panggilan itu datang sepuluh menit setelah bom jatuh, dan menyebut insiden itu sebagai bentuk “terorisme negara”.
1. Qatar tegaskan tidak ada peringatan sebelumnya

Juru bicara Kementerian Luar Negeri Qatar, Majed al-Ansari, menegaskan bahwa klaim Gedung Putih tidak sesuai kenyataan. “Panggilan telepon dari pejabat Amerika datang setelah terdengarnya ledakan akibat serangan Israel di Doha,” ujarnya dalam pernyataan di platform X.
Sheikh Mohammed bin Abdulrahman Al Thani juga menyebut bahwa serangan Israel ke wilayah Qatar merupakan pelanggaran nyata terhadap kedaulatan negara dan hukum internasional. Ia menambahkan bahwa Qatar akan mengambil langkah-langkah yang diperlukan untuk menjaga stabilitas serta kedaulatan negaranya.
2. Hamas tuduh AS ikut bertanggung jawab

Hamas menuduh AS turut bertanggung jawab atas serangan tersebut, mengingat Washington disebut memberi “lampu hijau” kepada Israel. Kelompok itu menyebut serangan ini membuktikan Israel tidak berniat mencapai kesepakatan damai dan justru menggagalkan upaya internasional.
“Pemerintah AS bertanggung jawab bersama dengan pendudukan Israel atas kejahatan ini,” kata Hamas, dikutip dari Al Jazeera. Serangan itu menewaskan lima orang, termasuk seorang petugas keamanan Qatar, meski tim negosiator Hamas dinyatakan selamat.
3. Reaksi Internasional dan ancaman kredibilitas AS

Sejumlah pengamat menilai serangan Israel di Doha bisa memperburuk kredibilitas Amerika Serikat di kawasan Timur Tengah. Qatar, yang berstatus sekutu utama non-NATO AS sejak 2022, merasa status kehormatan itu seakan tidak berarti jika kedaulatannya tetap dilanggar.
Meskipun demikian, Qatar memastikan tidak akan mundur dari perannya sebagai mediator dalam perundingan gencatan senjata di Gaza. Sheikh Tamim menegaskan, negaranya akan mengambil langkah yang diperlukan untuk menjaga keamanan dan kedaulatan.