Rusia: Perang Dunia III Pasti Pakai Nuklir

Jakarta, IDN Times - Menteri Luar Negeri Rusia, Sergey Lavrov, menyatakan senjata nuklir akan menjadi alat utama jika nantinya Perang Dunia III terjadi. Pernyataan itu disampaikan Lavrov pada Rabu (2/3/2022), sehari setelah dia menghadiri pertemuan virtual perlucutan senjata Jenewa.
Lavrov, dalam momen itu, juga mengatakan Ukraina telah mencuri senjata nuklir Uni Soviet. Menurut dia, Rusia akan menghadapi ancaman nyata jika Ukraina memperoleh senjata tersebut. Namun, Lavrov tak bisa memberikan bukti terkait tudingannya.
"Ukraina memiliki teknologi nuklir Soviet dan senjata semacam itu," kata Lavrov dikutip Al Jazeera.
1. Rusia telah menyiagakan pasukan nuklirnya

Presiden Rusia, Vladimir Putin, sudah menempatkan pasukan nuklir strategisnya dalam keadaan siaga sejak Minggu (28/2/2022). Keputusan itu menuai kecaman dari berbagai pihak karena ada kekhawatiran senjata tersebut digunakan untuk melumpuhkan Ukraina.
Putin menyampaikan, keputusan itu diambil setelah NATO membuat "pernyataan agresif" kepada Rusia, bersamaan dengan serentetan sanksi keuangan yang telah dijatuhkan negara-negara Barat.
2. AS menganggap keputusan Putin sebagai gertakan belaka

Presiden Amerika Serikat (AS), Joe Biden, menganggap keputusan Putin menyiagakan pasukan nuklirnya sebagai gertakan semata. Dia bahkan mengatakan, warga dunia dan AS tidak perlu khawatir tentang Rusia yang akan memulai perang nuklir.
Institut Penelitian Perdamaian Internasional Stockholm (SIPRI) memperkirakan Rusia memiliki 6.255 hulu ledak, sedangkan AS hanya memiliki 5.550. China berada jauh di bawah dua negara itu dengan hanya memiliki 350 hulu ledak, kemudian ada Prancis dengan 290 hulu ledak.
Dengan kata lain, Rusia saat inii merupakan negara dengan senjata nuklir terbsar di dunia.
3. Invasi di Ukraina terjadi sejak Kamis (24/2/2022)

Rusia melancarkan invasi ke Ukraina pada Kamis (24/2/2022). Presiden Putin berdalih, pengerahan militer melintasi teritori Ukraina bertujuan melindungi warga, khususnya di Donetsk dan Luhansk, dari pelecehan dan genosida yang didalangi oleh pemerintahan Volodymyr Zelenskyy.
Kremlin menolak tuduhan Barat yang menyebut Putin melakukan invasi. Mereka berkali-kali menyebut bahwa apa yang mereka lakukan adalah operasi militer spesial.
Hingga hari ketujuh invasi, diprediksi lebih dari 1 juta warga Ukraina telah meninggalkan negeri.