Rusia Sebut Barat Berusaha Merusak Stabilitas di Georgia

- Pemerintah Rusia menuduh Barat merusak stabilitas Georgia terkait seruan AS dan UE untuk investigasi kecurangan dalam pemilu parlemen.
- Juru Bicara Kepresidenan Rusia menyatakan bahwa Presiden Zourabichvili berusaha merusak stabilitas di negaranya atas perintah Barat, bukan dari Rusia.
- Presiden Zourabichvili mengklaim Partai Georgian Dream menggunakan taktik dan propaganda mirip dengan Rusia dalam melakukan kecurangan di pemilu.
Jakarta, IDN Times - Pemerintah Rusia, pada Senin (28/10/2024), menuding Barat berniat merusak stabilitas Georgia. Pernyataan ini menanggapi seruan Amerika Serikat (AS) dan Uni Eropa (UE) untuk investigasi terkait dugaan kecurangan dalam pemilu parlemen pada akhir pekan lalu dari partai oposisi.
Pada Minggu (27/10/2024), Presiden Georgia Salome Zourabichvili sudah menolak mengakui hasil pemilu parlemen yang memenangkan Partai Georgian Dream. Ia menyebut bahwa pemilu di negaranya diliputi oleh kecurangan dan maraknya intimidasi kepada sejumlah warga.
1. Sebut Presiden Zourabichvili ingin merusak negaranya sendiri
Juru Bicara Kepresidenan Rusia, Dmitry Peskov, mengungkapkan bahwa Presiden Zourabichvili berusaha merusak stabilitas di negaranya sendiri atas perintah Barat.
"Zourabichvili berusaha menyulut instabilitas di negaranya sendiri. Ini disampaikan secara luas untuk membuat keributan di Georgia. Dalam mata telanjang, kita dapat melihat bahwa ada upaya intervensi, tapi bukan dari Rusia melainkan dari sejumlah negara Eropa yang tak terima hasil pemilu kali ini," terang Peskov, dikutip Civil.
Ia menambahkan, hasil pemilu parlemen di Georgia sudah menunjukkan pilihan dari rakyatnya sendiri. Ia menyarankan agar tidak ada pihak asing yang ikut campur dan membiarkan Georgia menyelesaikan urusannya sendiri.
Juru Bicara Kementerian Luar Negeri Rusia Maria Zakharova menuding AS berupaya mendorong paham neokolonialismenya di Georgia. Ia mengklaim bahwa Washington akan menggerakkan paham itu dengan dalih demokrasi.
2. Klaim Partai Georgian Dream meniru taktik Rusia

Pada hari yang sama, Presiden Zourabichvili mengungkapkan bahwa Partai Georgian Dream menggunakan taktik dan propaganda mirip dengan Rusia dalam melakukan kecurangan di pemilu parlemen pekan lalu.
"Partai Georgian Dream menggunakan metodologi Rusia dan kemungkinan besar mendapatkan bantuan dari Badan Keamanan Federal Rusia (FSB) untuk mengakali hasil pemilu. Mereka menggunakan propaganda menjelang pemilu yang menjiplak ide dari pemilu di Rusia," terangnya, dilansir Reuters.
Ia mengklaim sebenarnya suara Partai Georgian Dream berada jauh di bawah hasil 54 persen yang dipublikasikan secara luas. Ia menyebut partai penguasa tersebut hanya mendapatkan suara sebesar 40 persen.
3. Georgia tidak berniat mengembalikan hubungan diplomatik dengan Rusia

Sehari sebelumnya, Perdana Menteri (PM) Georgia Irakli Kobakhidze mengatakan bahwa negaranya tidak berniat mengembalikan hubungan diplomatik dengan Rusia. Ia pun menolak eksistensi Rusia di dua wilayah pecahan, Abkhazia dan Ossetia Selatan.
"Kami tidak memiliki hubungan diplomatik dengan Federasi Rusia. Kami hanya menerapkan kebijakan pragmatik kepada Rusia. Kami tidak berniat mengembalikan hubungan itu karena 20 persen teritori Georgia diduduki oleh Federasi Rusia," terang Kobakhidze, dikutip The Moscow Times.
Sementara itu, PM Hungaria Viktor Orban yang mengadakan kunjungan ke Tbilisi sudah mengakui hasil pemilu yang memenangkan Partai Georgian Dream. Ia pun mengklaim tidak ada kecurangan seperti tuduhan partai oposisi.
"Saya sudah membaca penilaian dari organisasi internasional dan saya melihat bahwa tidak ada yang mempertanyakan pemilu di Georgia ini dijalankan secara adil dan demokratik atau tidak. Di samping itu, tidak ada yang berani sejauh ini dan berniat merusak negaranya sendiri," tuturnya.