Rusia Tuding Misi Uni Eropa di Armenia sebagai Mata-mata

- Wakil Menlu Rusia menuduh misi perdamaian UE di Armenia sebagai mata-mata terhadap tentara Rusia.
- Rusia menyebut ketidakadilan penetapan garis perbatasan Armenia-Azerbaijan berujung pada demonstrasi, namun tidak akan ikut campur.
- Armenia dianggap tidak menjaga hubungan dengan Rusia dan ditekan Barat untuk menjauh dari negara tersebut.
Jakarta, IDN Times - Wakil Menteri Luar Negeri (Menlu) Rusia Mikhail Galuzin menuding misi perdamaian Uni Eropa (UE) di Armenia sebagai mata-mata. Ia menganggap petugas UE diterjunkan di perbatasan Armenia-Azerbaijan untuk memata-matai tentara Rusia.
Pekan lalu, Rusia menyebut bahwa terdapat ketidakadilan soal penetapan garis perbatasan Armenia-Azerbaijan yang berbuntut pada demonstrasi akbar. Namun, Moskow menegaskan bahwa demonstrasi di Armenia adalah urusan dalam negeranya dan tidak akan ikut campur.
1. Diklaim bertugas memata-matai Rusia, Iran, dan Azerbaijan
Galuzin menambahkan bahwa petugas misi sipil UE di Armenia tidak hanya mengawasi tentara Rusia, tapi juga mengumpulkan informasi soal Iran dan Azerbaijan.
"Sayangnya, pemimpin Armenia lebih memilih mengundang misi sipil dari Uni Eropa yang sebenarnya tidak melindungi keseluruhan perbatasan dengan Azerbiajan. Mereka diduga terlibat dalam aksi intelijen untuk mengumpulkan informasi soal Rusia, Iran, dan Azerbaijan dengan dalih mengawasi perbatasan," ujarnya pada Selasa (4/6/2024), dikutip RFE/RL.
Ia pun menyayangkan keputusan Perdana Menteri (PM) Armenia Nikola Pashinyan yang tidak mengundang misi yang sama dari CSTO (Collective Security Treaty Organization).
"Berbagai risiko yang dihadapi Armenia saat ini seharusnya dapat diatasi jika Yerevan memilih untuk mengundang misi yang sama lewat CSTO untuk mengawasi perbatasan Azerbaijan," tambahnya.
2. Armenia mengurangi komunikasi dengan Rusia

Galuzin melontarkan bahwa Armenia tidak lagi menunjukkan mempertahankan kontak dengan Rusia di tingkat Kementerian Pertahanan dan Kementerian Luar Negeri.
"Hampir tidak ada pertemuan bilateral di tingkat Kemlu sejak November 2023. Sepertinya mereka sudah tidak menunjukkan keinginan untuk mengadakan konsultasi antar-departemen," tuturnya, dikutip Tass.
"Ini bukan salah kami bahwa memang terdapat penurunan dinamika kontak bilateral dalam area pertahanan. Bahkan, kerja sama militer dan teknikal terus mengalami penurunan dalam beberapa tahun terakhir," sambungnya.
Ia menilai bahwa perkembangan ini adalah hasil dari tekanan Barat kepada Armenia yang berupaya untuk menjauhkan Yerevan dari Rusia.
3. Rusia siap memfasilitasi rekonsiliasi Armenia-Azerbaijan

Pada saat yang sama, Galuzin juga mengaku siap mendukung rekonsiliasi antara Armenia dan Azerbaijan. Ia menilai pertemuan antara Menlu Armenia dan Azerbaijan pada 10-11 Mei lalu sebagai langkah positif.
"Pertemuan tersebut membuka peluang keterlibatan kedua pihak untuk mengarah pada stabilitas dan perdamaian di Kaukasus Selatan. Satu langkah penting sudah dilakukan," ungkapnya.
"Moskow sudah mengadakan pertemuan kedua pihak pada Mei 2023 dan Juli 2023. Kami siap memfasilitasi kembali rekonsiliasi kedua negara sahabat Rusia tersebut untuk mendukung kesepakatan bersama dan seimbang dalam memastikan kesejahteraan kedua negara," tambahnya.