Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

Senator AS Ajukan RUU untuk Cegah Trump Berperang dengan Iran

Presiden AS Donald Trump. ( The White House, Public domain, via Wikimedia Commons)

Jakarta, IDN Times - Senator Partai Demokrat Amerika Serikat (AS), Tim Kaine, mengajukan Rancangan Undang-Undang (RUU) terkait konflik Iran-Israel yang bertujuan mencegah Presiden Donald Trump melibatkan militer AS dalam konflik Iran tanpa persetujuan Kongres. 

Langkah ini diambil di tengah meningkatnya ketegangan di Timur Tengah. Kaine khawatir AS terseret ke dalam konflik baru yang tak berujung di kawasan tersebut.

"Saya sangat prihatin bahwa eskalasi baru-baru ini antara Israel dan Iran dapat dengan cepat menarik AS ke dalam konflik tak berujung lainnya. Rakyat AS tidak memiliki kepentingan untuk mengirim prajuritnya bertempur dalam perang abadi lainnya di Timur Tengah," tutur Kaine, dilansir The Guardian. 

1. RUU untuk batasi wewenang presiden menyatakan perang

RUU yang diusulkan oleh Kaine bersandar pada Resolusi Kekuasaan Perang tahun 1973. Undang-undang tersebut dirancang untuk membatasi kemampuan presiden AS memulai aksi militer secara sepihak dan menegaskan kembali wewenang Kongres untuk menyatakan perang.

RUU ini diajukan sebagai privileged resolution atau resolusi istimewa. Artinya, RUU ini tidak bisa dihalangi untuk dibawa ke lantai Senat untuk diperdebatkan dan diputuskan melalui pemungutan suara. 

Namun, legislasi ini tidak melarang tindakan defensif. Presiden masih diperbolehkan bertindak untuk membela diri dari serangan yang akan segera terjadi.

RUU ini harus disetujui oleh Senat dan DPR AS sebelum bisa ditandatangani oleh presiden, yang kemungkinan besar akan memvetonya, dilansir Al Jazeera.

2. Pro-kontra keterlibatan AS dalam konflik Iran-Israel

Upaya Kaine mendapat dukungan dari legislator lain yang juga khawatir akan risiko perang. Senator Bernie Sanders juga memperkenalkan RUU terpisah yang bertujuan memblokir penggunaan dana federal bagi aksi militer terhadap Iran tanpa izin Kongres.

“Perang lainnya di Timur Tengah dapat menelan banyak korban jiwa, menghabiskan triliunan dolar, lebih banyak kematian, menambah konflik serta pengungsian. Saya akan melakukan apa pun yang saya bisa sebagai Senator untuk membela Konstitusi dan mencegah AS terseret lagi ke dalam perang,” ujar Sanders. 

Suara antiperang datang dari spektrum beragam, mulai dari kubu progresif seperti anggota Kongres Rashida Tlaib, hingga politisi sayap kanan seperti Marjorie Taylor Greene. Sementara, politisi seperti Senator Republik, Lindsey Graham, justru mendesak AS terlibat dalam operasi militer Israel. 

“Pastikan setelah operasi ini selesai, tidak ada lagi program nuklir Iran yang tersisa. Kalau sampai harus menyediakan bom, ya sediakan saja bomnya,” ujar Graham. 

3. Resolusi serupa pernah diajukan pada periode pertama Trump

ilustrasi bendera Iran. (unsplash.com/sina drakhshani)

Ketegangan terbaru dipicu oleh serangan yang dilancarkan Israel pada hari Jumat (13/6/2025) terhadap Iran. Serangan tersebut dilaporkan menargetkan berbagai situs militer dan fasilitas nuklir penting milik Iran.

Iran kemudian membalas serangan itu dengan meluncurkan ratusan rudal balistik, yang sebagian berhasil menembus pertahanan udara Israel. Eskalasi ini terjadi hanya beberapa hari sebelum negosiator dari AS dan Iran dijadwalkan bertemu di Oman untuk melanjutkan pembicaraan terkait kesepakatan nuklir.

Presiden Trump telah mengisyaratkan bahwa AS bisa saja ikut terlibat. 

"Kami tidak terlibat di dalamnya. Ada kemungkinan kami bisa terlibat. Tapi saat ini kami tidak terlibat," ujar Trump, dilansir The Hill. 

Sebelumnya, Kaine juga pernah mengajukan resolusi serupa pada 2020 setelah serangan udara AS menewaskan Jenderal Iran, Qasem Soleimani. Saat itu, AS-Iran juga sempat berada di ambang perang. 

Resolusi tersebut berhasil lolos di Kongres, namun pada akhirnya diveto oleh Trump.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Rama
EditorRama
Follow Us