Trump Ajak Rusia Gabung Kembali G7

- Trump menyalahkan Trudeau dan Obama sebagai dalang pengusiran Rusia dari G8
- Trump mengatakan Putin merasa terhina dikeluarkan dari G8
- AS memberi isyarat tak akan jatuhkan sanksi ke Rusia, ingin Eropa melakukannya terlebih dahulu
Jakarta, IDN Times - Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump mengusulkan agar Rusia diterima kembali menjadi anggota G7. Pernyataan tersebut dilontarkan Trump saat menghadiri KTT kelompok negara-negara industri tersebut di Kanada pada Senin (16/6/2025).
Rusia dikeluarkan dari G8 setelah menganeksasi Krimea pada 2014. Menurut Trump, mendepak Moskow dari kelompok itu adalah kesalahan besar. Dia menyebut perang di Ukraina tidak akan terjadi jika Negara Beruang Merah tetap berada di kelompok tersebut.
"Perang ini bisa saja berakhir sejak lama jika dunia bereaksi terhadap Rusia dengan cara yang berprinsip alih-alih tertipu oleh manipulasi dan kebohongan," ungkap Trump, dikutip dari The Guardian.
1. Trudeau dan Obama dituduh menjadi dalang pengusiran Rusia dari G8
Trump menyalahkan mantan Perdana Menteri Kanada, Justin Trudeau, dan mantan Presiden AS, Barack Obama, sebagai dalang pengusiran Rusia. Namun, Trudeau baru resmi berkuasa di Kanada pada November 2015, sementara keluarnya Moskow dari G8 terjadi pada 2014.
"Dia (Vladimir Putin) diusir oleh Trudeau, yang meyakinkan satu atau dua orang, bersama Obama. Dia diusir. Dan dia bukan orang yang senang dengan hal itu, saya bisa katakan itu," ujar Trump pada pertemuan G7, dilansir CNN.
Trump tidak menyebutkan bahwa keputusan untuk menangguhkan keanggotaan Moskow pada 2014 diambil secara kolektif oleh AS, Kanada, Inggris, Prancis, Jerman, Italia, dan Jepang. Pada saat itu, negara-negara tersebut juga menarik diri dari rencana KTT G8 yang seharusnya diselenggarakan oleh Rusia di Sochi.
2. Trump sebut Putin sangat terhina dikeluarkan dari G8

Pada 2018, Trump secara agresif menyerang sesama pemimpin G7 dan menyerukan agar Rusia diterima kembali ke kelompok tersebut. Trump mengatakan bahwa mereka harus membiarkan Moskow kembali untuk melibatkannya di meja perundingan.
Trump menambahkan, Putin merasa sangat terhina karena dikeluarkan dari G8. Putin disebut tidak ingin berbicara dengan para pemimpin G7, kecuali dirinya.
"Itu (pengusiran Rusia) adalah kesalahan karena Anda menghabiskan banyak waktu untuk membicarakan Rusia, sementara dia tidak lagi berada di meja perundingan. Jadi, itu membuat hidup menjadi lebih rumit, tetapi Anda tidak akan mengalami perang," kata Trump.
3. AS beri isyarat tak akan jatuhkan sanksi ke Rusia
.jpg)
Trump mengisyaratkan tidak akan menjatuhkan sanksi lebih lanjut kepada Rusia, dan mengatakan akan melihat Eropa melakukannya terlebih dahulu. Dia ingin terus berusaha mendorong negosiasi perdamaian yang macet, sebelum menjatuhkan sanksi lebih lanjut kepada Moskow.
"Ketika saya menjatuhkan sanksi kepada suatu negara, itu akan menghabiskan banyak uang bagi AS, jumlah uang yang sangat besar. Ini bukan hanya sekadar menandatangani dokumen. Anda berbicara tentang miliaran dan miliaran dolar. Sanksi tidak semudah itu. Ini bukan hanya jalan satu arah," kata Trump.
Sementara itu, Uni Eropa dan Inggris mendorong sanksi yang lebih terkoordinasi terhadap Rusia pada pertemuan para pemimpin G7. Blok tersebut menyerukan pemotongan batas harga minyak Moskow, dari 60 menjadi 45 dolar AS (setara Rp977-Rp733 ribu). Langkah itu bertujuan mengurangi pendapatan Negara Beruang Merah itu dari penjualan minyak.
"Kami harus memberikan tekanan lebih besar kepada Rusia untuk mengamankan gencatan senjata yang sesungguhnya, untuk membawa Rusia ke meja perundingan dan mengakhiri perang ini, sanksi sangat penting untuk tujuan tersebut," ujar Presiden Komisi Eropa, Ursula von der Leyen, dilaporkan oleh Politico.