Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

Serangan Militer Israel, Lebanon Hadapi Risiko Kelaparan

pemandangan ibu kota Lebanon, Beirut (unsplash.com/Sara Calado)
Intinya sih...
  • Tingkat kelaparan dan malnutrisi di Lebanon dapat meningkat tajam akibat serangan Israel.
  • 40% petani lokal mengungsi, mengganggu produksi lokal dan akses ke pasar, memperparah ketahanan pangan.
  • Pelapor khusus PBB menyatakan bahwa Israel melancarkan kampanye kelaparan secara sengaja di Gaza.

Jakarta, IDN Times - Seorang pakar terkemuka PBB mengatakan bahwa tingkat kelaparan dan malnutrsi dapat meningkat secara tajam di Lebanon apabila Israel terus melanjutkan operasi militernya di negara tersebut.

“Israel punya kemampuan untuk membuat Lebanon kelaparan – seperti halnya Israel membuat warga Palestina kelaparan di Gaza. Jika Anda melihat geografi Lebanon, Israel memiliki kekuatan untuk membatasi sistem pangan. Ada risiko besar angka kelaparan dan malnutrisi yang meroket dengan sangat cepat di Lebanon,” kata Michael Fakhri, pelapor khusus PBB tentang hak pangan, dikutip dariThe Guardian.

1. Ketahanan pangan di Lebanon sudah dalam keadaan rapuh sebelum serangan Israel pada September

Tingkat kelaparan akut bisa meningkat dengan cepat lantaran ketahanan pangan di Lebanon sudah dalam keadaan rapuh bahkan sebelum Israel melancarkan serangan udara skala penuh pada pertengahan September. Meningkatnya ketegangan dengan Hizbullah sejak 7 Oktober 2023 telah menyebabkan 40 persen petani lokal mengungsi, yang mengganggu produksi lokal serta menghambat aliran perdagangan dan akses ke pasar.

Akses terhadap pangan yang memadai menjadi kian sulit setelah seluruh penduduk terpaksa meninggalkan rumah dan lahan pertanian mereka di Lebanon selatan, sementara area sipil di Beirut mengalami serangan udara besar-besaran.

Pada Juni, PBB menambahkan Lebanon ke dalam daftar pusat kelaparan, seraya memperingatkan bahwa sepertiga populasi negara itu menghadapi tingkat kerawanan pangan yang akut di tengah konflik yang berlangsung, inflasi, naiknya harga gandum global, dan bantuan kemanusiaan yang semakin menurun bagi 1,5 juta pengungsi Suriah dan Palestina di negara tersebut.

2. Israel sengaja melancarkan kampanye kelaparan di Gaza

Pada Jumat (18/10/2024), Fakhri akan menghadapi pertanyaan dalam sidang umum PBB mengenai temuan laporan terbarunya, yang menyatakan bahwa Israel melancarkan kampanye kelaparan secara sengaja dan bahwa negara tersebut harus dimintai pertanggungjawaban atas kelaparan massal yang dialami oleh rakyat Palestina.

Laporan Fakhri yang diterbitkan pada Jul itu menyebutkan bahwa dalam sejarah pascaperang dunia kedua, tidak pernah ada populasi yang mengalami kelaparan secepat yang terjadi di Gaza.

“Kelaparan adalah ulah manusia dan selalu diakibatkan oleh satu kelompok yang membuat kelompok lain kelaparan, oleh karena itu harus selalu dipahami sebagai masalah politik,” kata Fakhri.

“Ada bukti jelas bahwa pejabat Israel telah menggunakan kelaparan sebagai kejahatan perang dan kejahatan terhadap kemanusiaan – yang merupakan pelanggaran mendasar terhadap hukum internasional tanpa pengecualian. Kelaparan menyebabkan kerugian fisik dan psikologis jangka panjang bagi para penyintasnya, dan dapat menimbulkan kerugian bagi generasi mendatang. Anda tidak bisa menghidupkan dan mematikan kelaparan seperti gencatan senjata," tambahnya.

Pada 9 Oktober 2023, dua hari setelah serangan Hamas di Israel selatan, Menteri Pertahanan Israel, Yoav Gallant, mendeklarasikan pengepungan tota terhadap Jalur Gaza, dan mengatakan akan menghentikan pasokan listrik, makanan, air, dan bahan bakar di wilayah tersebut. Laporan PBB mneyebutkan bahwa warga Gaza menyumbang 80 persen dari jumlah penduduk dunia yang mengalami kelaparan atau kondisi kelaparan yang sangat parah pada Desember.

3. Bencana kemanusiaan di Gaza tidak dimulai pada 7 Oktober

Meskipun beberapa bantuan telah sampai ke Gaza, kelompok kemanusiaan mengatakan bahwa jumlah bantuan yang diterima oleh warga sipil Palestina sangat sedikit dan tidak mencukupi kebutuhan dasar mereka untuk bertahan hidup. Sementara itu, Israel menyatakan bahwa bantuan telah tiba di Gaza, tetapi tidak disalurkan.

Pada September, data dari PBB dan pemerintah Israel menunjukkan bahwa pengiriman makanan dan bantuan ke Gaza merosot ke level terendah dalam tujuh bulan akibat aturan baru yang diterapkan oleh Israel.

Di Gaza, distribusi bantuan dipersulit oleh kurangnya bahan bakar dan ketatnya pemeriksaan keamanan di pos pemeriksaan Israel. Lebih dari 300 pekerja bantuan juga telah terbunuh di wilayah tersebut.

Fakhri adalah orang pertama dalam sistem PBB yang meningkatkan kewaspadaan akan risiko genosida melalui kelaparan. Menurutnya, bencana kemanusiaan di Gaza tidak dimulai pada 7 Oktober.

“Diperlukan bertahun-tahun keputusan politik dan tingkat kekuatan militer serta finansial yang signifikan untuk bisa membuat populasi lain kelaparan. Hal ini juga memerlukan sistem internasional yang memungkinkan situasi ini terjadi, sehingga negara-negara yang terus mengirim uang dan senjata ke Israel juga turut bersalah," ujarnya. 

Israel telah berulang kali membantah tuduhan genosida, menyalahkan Hamas atas situasi yang terjadi di Gaza, dan mengklaim bahwa mereka mengizinkan lebih banyak bantuan masuk ke wilayah tersebut. 

Menurut otoritas kesehatan Palestina, sedikitnya 42.227 orang telah tewas di Gaza dan 98.464 lainnya terluka sejak konflik ini dimulai setahun yang lalu.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Fatimah
EditorFatimah
Follow Us