Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

Tahanan Politik Thailand Meninggal di Penjara

ilustrasi (Unsplash.com/Markus Winkler)
Intinya sih...
  • Aktivis Thailand Netiporn Sanaesangkhom meninggal di dalam penjara setelah melakukan mogok makan selama berbulan-bulan, menolak makanan dan air.
  • Sanaesangkhom ditahan sejak 26 Januari lalu dan menuntut reformasi sistem peradilan di Thailand serta perubahan pada undang-undang lesse majeste yang terkenal kejam.
  • Kematian Sanaesangkhom menimbulkan pertanyaan tentang standar ganda dalam sistem penjara Thailand dan diprotes oleh kelompok Pengacara Hak Asasi Manusia Thailand.

Jakarta, IDN Times - Aktivis Thailand Netiporn Sanaesangkhom dilaporkan meninggal di dalam penjara. Dia aktivis politik yang didakwa menghina Raja Thailand dan dipenjara dalam tahanan prasidang.

Departemen pemasyarakatan mengatakan, perempuan itu mengalami serangan jantung pada Selasa (14/5/2024) pagi. Sanaesangkhom juga disebut tidak responsif terhadap pengobatan.

Sanaesangkhom telah ditahan sejak 26 Januari lalu. Menurut pengacaranya, dia melakukan mogok makan hingga akhir April, menolak makanan dan air. Para aktivis Thailand menyerkan agar peringatan dibuat dan diadakan di Bangkok serta kota-kota di Thailand utara, termasuk Chiang Mai, Lampang dan Chiang Rai.

1. Mempertanyakan gangguan konvoi mobil kerajaan

Sanaesangkhom masih muda, baru berusia 28 tahun. Dia menuntut reformasi sistem peradilan di Thailand, termasuk perubahan pada undang-undang lesse majeste yang terkenal kejam. Undang-undang itu disebut kerap mengkriminalisasi komentar kritis tentang keluarga kerajaan Thailand.

Dilansir BBC, Sanaesangkhom awalnya ditahan atas tuduhan penghinaan terhadap pengadilan. Penahanannya diperpanjang setelah jaminan dalam kasus lesse majeste yang terpisah dicabut.

Dia dituduh dalam dua dua kasus lesse majeste, salah satunya berkaitan dengan menanyakan pandangan masyarakat mengenai gangguan yang disebabkan oleh konvoi mobil kerajaan. Dia menulis di dalam pamflet yang berbunyi "Apakah Anda setuju bahwa pemerintah mengizinkan raja menggunakan kekuasaan sesuka hatinya?"

2. Standar ganda sistem penjara Thailand

Kematian Sanaesangkhom mengejutkan banyak orang. Kematian itu juga menimbulkan pertanyaan tentang standar ganda dalam sistem penjara Thailand.

"Mengapa dia dibiarkan mati? Mengapa perawatannya tidak mendesak? Karena kami sudah memintanya sebelumnya. Departemen pemasyarakatan perlu menjawab hal ini," kata Kritsadang Nutcharat, pengacara dari kelompok Pengacara Hak Asasi Manusia Thailand, dikutip The Guardian.

Kritsadang mengatakan perlakuan terhadapnya harus dibandingkan dengan apa yang diterima oleh orang dewasa. Orang dewasa yang ia maksud adalah mantan Perdana Menteri Thaksin Sinawatra, yang tidak pernah menghabiskan waktu di penjara meski hukumannya delapan tahun.

Raja telah mengubah hukuman itu menjadi satu tahun dan Thaksin menghabiskan enam bulan di rumah sakit polisi karena kondisi kesehatan. Dia dihukum karena tuduhan korupsi.

3. Berbicara seharusnya tidak menyebabkan kematian, kata Amnesty

Sanaesangkhom adalah salah satu anggota kelompok Thaluwang. Istilah tersebut berarti "menghancurkan istana." Thaluwang menuntut reformasi demokrasi, termasuk pembatasan kekuasaan dan kekayaan monarki.

Thaluwang juga menyerukan untuk menghapus undang-undang lesse majeste.

Dilansir Associated Press, organisasi Amnesty International cabang Thailand menggambarkan kematian aktivis Thaluwang itu sebagai pengingat yang mengejutkan bahwa pihak berwenang menolak hak para aktivis untuk dibebaskan sementara dengan jaminan.

Mereka menyebut penahanan telah digunakan untuk membungkam ekspresi perbedaan pendapat yang dilakukan secara damai.

"Ini adalah hari yang suram bagi masyarakat Thailand, menyoroti pelecehan peradilan yang parah dan kegagalan sistem peradilan dalam mengakui hak asasi manusia," kata organisasi tersebut.

"Berbicara tidak seharusnya menyebabkan kematian; itu harus menginspirasi perubahan," tambahnya.

Gerakan Thaluwang telah berkurang karena banyak pemimpin aktivis yang dituduh melakukan berbagai tindakan pencemaran nama baik keluarga kerajaan. Namun kelompok tersebut terus mengorganisir demonstrasi meski dalam skala kecil.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Pri Saja
EditorPri Saja
Follow Us