Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

Taiwan Sebut Xi Jinping sebagai Pendosa jika Memicu Perang

ANTARA FOTO/REUTERS/Juan Medina

Jakarta, IDN Times – Pejabat keamanan Taiwan mengatakan bahwa Presiden Xi Jinping akan menjadi “pendosa” bagi semua orang China, jika dia menyerang negara kepulauan itu.

Di sisi lain, dampak dari perang akan membuat China terisolasi secara diplomatik, karena komunitas internasional praktis akan menjatuhkan sanksi.

China telah meningkatkan tekanan militer dan politik terhadap Taiwan, yang diperintah secara demokratis, dalam dua tahun terakhir. Bagi China, Taiwan adalah wilayah yang tidak terpisah dari negaranya. Sementara, Taipei berdiri pada posisinya sebagai negara yang independen dan berdaulat dari China.

1. Taiwan sebut perang bisa menjadi bumerang bagi China

Ilustrasi Taiwan. (ANTARA/REUTERS/Tyrone Siu)

Kepala Biro Keamanan Nasional Taiwan, Chen Ming-tong, mengatakan bahwa Xi akan menghadapi bencana jika dia menindaklanjuti ancamannya untuk menyerang Taiwan. Sanksi internasional sebagai konsekuensi perang juga akan memperburuk posisi Xi Jinping.

“Tidak ada kemungkinan menang dalam menggunakan kekuatan untuk menyerang Taiwan,” kata Chen, kepada awak media di parlemen pada Kamis (20/10/2022), dilansir Reuters.

“Xi akan kehilangan apa yang disebut peremajaan besar orang-orang Tiongkok, dan menjadi orang berdosa bagi orang-orang Tiongkok,” kata Chen, menggunakan istilah yang merujuk pada mereka yang beretnis Tionghoa, daripada memakai istilah China. 

2. Taiwan siap dialog dengan China, ini syaratnya

Xi Jin Ping dan Tsai Ing-wen (instagram.com/tsai_ingwen |instagram.com/chinaxinhuanews)

Saat membuka kongres Partai Komunis China pada hari Minggu lalu, Presiden Xi mengatakan, rezimnya akan terus berjuang untuk reunifikasi dengan Taiwan. Xi juga menegaskan bahwa negaranya mempunyai hak untuk menggunakan kekerasan demi mencapai kepentingan nasional tersebut.

Di sisi lain, pemerintah Taiwan mengatakan, hanya 23 juta penduduk di pulau itu yang dapat memutuskan masa depan mereka. Taipei juga menentang kebijakan one-China policy yang selama ini digunakan Beijing, karena Taiwan tidak pernah diperintah secara langsung oleh China.  

"Sangat jelas bahwa kedua belah pihak harus saling menghormati dan berkembang secara terpisah, yang merupakan cara yang akan membawa kebahagiaan bagi rakyat," kata Chen.

3. Taiwan fokus memperkuat pertahanannya untuk hadapi China

Presiden Republik Taiwan, Tsai Ing-wen, berada di salah satu dari empat kapal selam buatan asing yang dimiliki AL Taiwan. twitter.com/IISS_org

Dilansir The Straits Times, Presiden Taiwan Tsai Ing-wen telah berulang kali menawarkan untuk melanjutkan pembicaraan dengan China berdasarkan prinsip-prinsip kesetaraan dan saling menghormati. Tetapi, Beijing menolak kemajuan tersebut, dengan bersikeras bahwa Tsai harus terlebih dahulu mengakui bahwa Taiwan adalah bagian dari China.

Tsai saat ini fokus pada program modernisasi militer untuk menanggapi ancaman China yang semakin meningkat.

Sejak Agustus lalu, latihan militer China di semenanjung Taiwan semakin intensif sebagai bentuk kemarahan atas kunjungan ketua Parlemen Amerika Serikat (AS), Nancy Pelosi, ke Taipei.

Sementara itu, Presiden AS Joe Biden juga berulang kali menegaskan posisi negaranya, bahwa Washington akan menerjunkan militernya jika China menyerang Taiwan.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Vanny El Rahman
EditorVanny El Rahman
Follow Us