Taliban Taklukkan 3 Ibu Kota di Afghanistan dalam Sehari

Jakarta, IDN Times – Kelompok pemberontak Taliban berhasil merebut tiga ibu kota provinsi di Afghanistan dalam sehari. Dengan demikian, setidaknya sudah ada lima ibu kota yang dikuasai Taliban sejak serangkaian serangan mulai Jumat (6/8/2021).
Dilansir dari Al Jazeera, tiga ibu kota yang dimaksud adalah Kunduz, Sar-e-Pol, dan Taloqan di wilayah utara Afghanistan. Ketiganya takluk dalam waktu yang relatif sama, hanya terpaut beberapa jam.
Pada Minggu (8/8/2021), Taliban mengumumkan bahwa mereka berhasil menguasai markas polisi, kompleks gubernur, dan penjara di wilayah Kunduz. Kota ini sebelumnya pernah dikuasai Taliban pada 2015 dan 2016.
“Bentrokan hebat dimulai kemarin sore, semua markas pemerintah dikuasai Taliban, hanya pangkalan militer dan bandara yang dikendalikan ANDSF (pasukan keamanan Afghanistan), yang mana mereka melakukan perlawanan kepada Taliban,” kata anggota majelis Kunduz, Amruddin Wali.
Pejabat kesehatan di Kunduz melaporkan ditemukannya 14 jenazah, termasuk anak-anak dan perempuan. Tercatat lebih dari 30 orang terluka dan sudah dilarikan ke rumah sakit.
“Kami tidak tahu apa yang terjadi di luar karena semua upaya dan perhatian kami tertuju pada pasien yang datang,” kata seorang dokter kepada Al Jazeera dari rumah sakit Kunduz.
1. Tiga kota berhasil ditaklukkan dalam sehari

Pada hari yang sama, Taliban juga mengumumkan bila pejuangnya telah menaklukkan kota Sar-e-Pol.
Mohammad Noor Rahmani, anggota dewan dari Sar-e-Pol, mengatakan bahwa kelompok itu telah mengambil gedung-gedung pemerintah di ibu kota provinsi utara. Mereka juga mengusir pejabat dari kota utama ke pangkalan militer terdekat.
Aktivis perempuan di Sar-e-Pol, Parwina Azimi, pejabat pemerintahan dan pasukan yang tersisa dipaksa mundur ke barak sekitar 3 kilometer dari kota.
Kemudian, melalui Twitter, Taliban menyampaikan bahwa mereka juga telah merebut Taloqan, ibu kota provinsi Takhar. Warga Taloqan, Zabihullah Hamidi, mengatakan kepada bahwa dia melihat pasukan keamanan dan pejabat meninggalkan kota dengan konvoi kendaraan.
"Kami mundur dari kota sore ini setelah pemerintah gagal mengirim bantuan," kata seorang sumber keamanan. Taliban dikabarkan berhasil menguasai seluruh Taloqan.
2. Pemerintah yakinkan masyarakat bahwa mereka akan memerangi Taliban

Tidak sedikit warga Kunduz yang berusaha melarikan diri sebelum kedatangan Taliban. Sebagian dari mereka ada yang ketakutan dan hanya memilih berdiam diri di rumah.
“Meskipun pertempuran telah mereda, itu masih terasa seperti kota militer,” kata seorang warga, merujuk pada bentrokan antara Taliban dengan pasukan keamanan Afghanistan.
Kementerian pertahanan Afghanistan merilis video komando yang mengatakan ANDSF telah melakukan operasi terkoordinasi di provinsi itu selama 24 jam terakhir.
Komando itu mengatakan Taliban menderita banyak korban dalam operasi ini karena mereka mencoba untuk mengambil bagian-bagian penting di provinsi. Pemerintah bahkan tegas menyampaikan, keinginan Taliban untuk menguasai kota tidak lebih dari mimpi belaka.
“Anda harus yakin bahwa pasukan Afghanistan bersama Anda,” komando itu memberi tahu orang-orang Kunduz.
3. Upaya memerangi Taliban memperhatikan keselamatan warga sipil
Taliban telah menguasai sebagian besar pedesaan di Afghanistan sejak serangkaian serangan dimulai pada Mei, bertepatan dengan dimulainya penarikan pasukan asing. Saat ini, pertempuran sengit masih berlangsung di ibu kota provinsi Kandahar dan Helmand.
Pada Minggu, seorang anggota dewan provinsi Helmand, mengatakan serangan udara pemerintah merusak sebuah klinik kesehatan dan sekolah menengah di ibu kota Lashkar Gah.
Pernyataan kementerian pertahanan juga menegaskan, serangan udara dilakukan di beberapa bagian kota yang menewaskan 54 pejuang Taliban dan melukai 23 lainnya. Laporan kementerian tidak menyebut kerusakan klinik dan sekolah.
Kepala urusan internasional di Dewan Keamanan Nasional Afghanistan, Ahmad Shuja Jamal, menyebut Taliban tidak memiliki kapasitas untuk mempertahankan ibu kota. Namun, pemerintah mengakui kendala yang mereka hadapi adalah pertempuran di darat bisa mengorbankan warga sipil, termasuk penggunaan ranjau oleh Taliban.
“Sekitar dua pertiga dari korban adalah perempuan dan anak-anak, dan itu menunjukkan modus operandi Taliban yaitu mereka menggunakan rumah-rumah sipil untuk bersembunyi, tetapi juga melancarkan serangan dan itu menciptakan korban yang mengerikan bagi warga sipil,” katanya.