Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

Thailand Beri Hak Kerja Legal untuk 80 Ribu Pengungsi Myanmar

Bendera Thailand (unsplash.com/chris robert)
Bendera Thailand (unsplash.com/chris robert)
Intinya sih...
  • Kebijakan Thailand memberikan hak kerja legal bagi 80 ribu pengungsi Myanmar.
  • Harapannya, kebijakan ini dapat mendorong pertumbuhan ekonomi Thailand dan mengurangi ketergantungan pengungsi pada bantuan kemanusiaan.
  • Sebanyak 42.601 pengungsi berada dalam usia produktif untuk bekerja di Thailand.
Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Jakarta, IDN Times - Pemerintah Thailand mengumumkan pada Rabu (27/8/2025), untuk memberikan izin pekerjaan secara resmi bagi ribuan pengungsi Myanmar yang telah bermukim di kamp-kamp perbatasan antara kedua negara. Kebijakan ini disambut baik oleh Badan Pengungsi Perserikatan Bangsa-Bangsa (UNHCR).

Keputusan ini akan membuka akses kerja legal bagi sekitar 80 ribu pengungsi, banyak dari mereka telah tinggal dalam kamp pengungsian selama lebih dari 40 tahun. Pemerintah berharap langkah ini dapat membantu mengatasi kekurangan tenaga kerja di Thailand akibat keluarnya pekerja asal Kamboja baru-baru ini.

1. Kebijakan ini diharapkan dapat mendorong pertumbuhan ekonomi Thailand

Juru bicara pemerintah Thailand, Jirayu Hongsub, menyampaikan bahwa kabinet telah menyetujui usulan Kementerian Tenaga Kerja yang memberikan hak bekerja kepada pengungsi Myanmar yang telah lama tinggal di negara tersebut. Menurutnya, kebijakan ini tidak hanya memudahkan pengungsi untuk mandiri secara finansial, tetapi juga diharapkan dapat mendorong pertumbuhan ekonomi Thailand.

Dalam data Kementerian Tenaga Kerja per 25 Juli 2025, tercatat hampir 3 juta pekerja asal Myanmar sudah berkontribusi pada sektor konstruksi, pertanian, dan jasa di Thailand. Kehadiran pengungsi legal yang bekerja diharapkan memperkuat ketahanan ekonomi dan mengisi kekosongan pasokan tenaga kerja setelah konflik bersenjata dengan Kamboja menyebabkan ribuan pekerja Kamboja meninggalkan Thailand.

2. Diharapkan mengurangi ketergantungan pengungsi pada bantuan kemanusiaan

Perwakilan UNHCR di Thailand, Tammi Sharpe, memuji kebijakan pemerintah Thailand sebagai titik balik yang strategis.

"Langkah ini tidak hanya menjunjung tinggi prinsip kemanusiaan tetapi juga investasi jangka panjang bagi masa depan Thailand," ujarnya, dilansir Arab News.

Sharpe juga menambahkan bahwa kebijakan ini dapat mengurangi ketergantungan pengungsi pada bantuan kemanusiaan, terutama karena hampir separuh dari pengungsi yang mendapat manfaat telah lahir di kamp-kamp pengungsian dan tidak mengenal tempat lain.

UNHCR menilai kebijakan ini memberi contoh bagi negara-negara lain dalam mengelola permasalahan pengungsi secara berkelanjutan di tengah pemotongan dana bantuan global.

3. Sebanyak 42.601 pengungsi berada dalam usia produktif

Sebagian besar pengungsi Myanmar yang mendapat hak kerja tersebut berasal dari sembilan kamp sementara di sepanjang perbatasan Thailand-Myanmar dan telah menetap di sana sejak 1984. Dari total sekitar 81 ribu pengungsi, sebanyak 42.601 orang berada dalam usia produktif untuk bekerja.

Pada Senin (25/8/2025), juru bicara PBB untuk Sekretaris Jenderal, Stéphane Dujarric, mengatakan bahwa pengakuan hak kerja ini mengakui situasi yang telah berlangsung lama bagi pengungsi dan memungkinkan mereka berkontribusi secara nyata pada perekonomian Thailand.

"Kebijakan ini, apabila dilaksanakan penuh, dapat menjadi tolok ukur wilayah untuk solusi berkelanjutan berbasis hak asasi manusia bagi pengungsi," ujarnya, dikutip Asia One.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Sonya Michaella
EditorSonya Michaella
Follow Us